Tiba, di Surabaya, Arvan dan Amanda mencari penginapan yang tidak jauh dari lokasi kunjungan Arvan besok. Mereka menghabiskan satu hari di Surabaya dengan berjalan-jalan di seputar kota Surabaya. Mereka tidak bisa pergi lebih jauh karena Arvan masih harus melakukan pekerjaan besok. menjelang Sore mereka sudah kembali ke hotel dan memilih untuk beristirahat disana. Mereka memang memilih tidak berkeliling terlalu jauh untuk menjaga tubuh mereka tetap fit saat perjalanan besok harinya.Keesokan harinya, Arvan sudah terlihat rapi dengan kemeja dan celana chinonya. Dia sudah siap akan berangkat namun masih harus menunggu Amanda yang masih mandi. Arvan memilih duduk di sofa sambil melihat ponselnya. tidak beberapa lama Amanda keluar dengan mengenakan dress berbahan lace berwarna putih tulang. sangat cantik dan pas di tubuh Amanda. perutnya yang masih rata membuatnya tidak terlihat seperti wanita hamil. tidak lupa Amanda mengaplikasikan sedikit make up agar penampilannya terlihat segar.“aku
Arvan dan Amanda memilih penerbangan pagi karena perjalanan yang mereka tempuh untuk sampai ketempat tujuan masih cukup jauh. sekitar pukul 6 pagi pesawat yang membawa mereka terbang meninggalkan bandara internasional Juanda menuju bandara Internasional Lombok atau oleh warga sekitar dikenal sebagai Bandar Udara Internasional Zainuddin Abdul Madjid. Perjalanan menuju Lombok sekitar 1 jam. Namun karena perbedaan waktu antara Surabaya dan Lombok yang berselisih satu jam membuat mereka tiba di Lombok sekitar pukul 8 pagi. Perjalanan masih berlanjut. Mereka kembali harus menunggu untuk keberangkatan selanjutnya dengan tujuan Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin III yang ada di Sumbawa. Sekitar 90 menit mereka menunggu untuk keberangkatan selanjutnya. Jadi Arvan memutuskan untuk mengelilingi Bandara sambil menunggu jadwal terbang mereka. Tawa dan senyuman tidak lepas dari mulut keduanya. Mereka yang terbiasa dengan hiruk pikuk Jakarta yang begitu padat dan sesak merasa takjub dengan suasana
Siska melangkahkan kakinya lebar-lebar melewati beberapa staf yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Hari masih pagi namun wajah Siska tidak menampakkan senyuman sedikitpun. Siska bertemu dengan seorang wanita yang sedang duduk di mejanya berbincang sebentar sebelum akhirnya wanita itu berdiri dan mengantar Siska menuju pintu yang letaknya tidak jauh dari mejanya. “Permisi pak, Mbak Siska ingin menemui bapak,” ucap wanita itu setelah dia membuka pintu dan Johan terlihat tengah duduk di kursinya. Johan menghela nafas. “biarkan dia masuk,” ucap Johan. Tidak beberapa lama Siska masuk ke dalam ruangan Johan dengan sopan. Setelah sekretaris Johan mengundurkan diri, Siska lalu berjalan menuju meja Johan. “Maaf pak, apa Bapak mengetahui keberadaan Pak Arvan? saya tidak bisa menghubunginya pagi ini,” ucap Siska langsung pada intinya. Alasan dia bertemu Johan karena dia kesulitan menghubungi Arvan. Siska tidak tahu harus bertanya pada siapa lagi selain Johan karena dia sahabat satu-satunya
Malam sudah merambat naik. Angin yang berhembus juga terasa menusuk kulit namun suasana tenang dan sunyi yang ditawarkan pulau terpencil yang ada di sumbawa ini membuat siapapun masih ingin berdiam sejenak menikmati suara alam dan deburan ombak yang menjadi satu. Apalagi bagi Amanda dan Arvan menemukan tempat setenang ini di jakarta sangat sulit. Suara binatang malam yang berasal dari hutan alam yang ada di belakang mereka dan deburan ombak di depan mereka seakan saling memanggil.Suasana makan malam yang ditawarkan pihak hotel malam ini adalah barbeque. Suasana santai dan bersahabat mulai tercipta di antara pengunjung hotel. Hanya ada sekitar 10-12 orang yang menjadi tamu hotel itu.Resort ini sangat mengutamakan pelayanan. Pelayanan yang diberikan pihak resort sangat spesial dan detail. Pelayanan yang mendetail itu membuat tamu merasa dihargai dan diperhatikan. Pihak resort bahkan tidak keberatan bila tamunya menginginkan makanan yang berbeda dari daftar menu selama chef mereka mamp
Arvan menatap Amanda yang masih tertidur pulas. Hari masih sangat pagi dan udara di luar juga cukup dingin. Bahkan matahari masih belum menampakkan sinarnya namun Arvan sudah terlihat rapi dengan baju kaos dan celana kargo pendeknya.Ditatapnya Amanda yang masih pulas dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Arvan mengingat percakapan mereka semalam. Banyak hal yang mereka bicarakan sebelum mereka tidur. Arvan tersenyum mengingat untuk pertama kalinya pembicaraan santai dan terbuka seperti semalam terjadi diantara mereka. Arvan berharap di kemudian hari hal itu akan menjadi rutinitas mereka sebelum tidur."Maafkan aku, sayang," ucap Arvan sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh Amanda.Dibelainya rambut istrinya dengan sangat pelan."Aku mohon jangan marah, aku sungguh minta maaf," ucap Arvan lalu mengecup kening Amanda.Tidak beberapa lama Arvan keluar dari tenda penginapannya dengan pelan-pelan agar Amanda tidak menyadari kepergiannya.***Arvan berdiri menatap air terjun
Menjelang pukul 11 siang rombongan Arvan kembali ke tenda penginapan setelah puas menikmati sejuk dan indahnya pemandangan yang disuguhkan air terjun Mata Jitu. Rombongan ini memutuskan kembali ke penginapan dan beristirahat sejenak sebelum nanti mereka kembali akan menjelajah lautan untuk melakukan snorkeling. Arvan kembali ke tendanya dengan perasaan gugup. Entah alasan apa yang akan dia utarakan pada Amanda. Mengatakan kalau dia menikmati air terjun tanpa dirinya? Istrinya pasti akan memusuhinya. Arvan masuk kamar dan tidak melihat Amanda. Namun dia mendengar suara air dari kamar mandi.Tidak beberapa lama, Amanda keluar dan melihat Arvan dengan tatapan penuh curiga. Sedangkan Arvan menatap Amanda penuh senyuman."Dari mana?" Tanya Amanda curiga."Kamu baru selesai mandi? Tidak seperti biasanya," ucap Arvan heran karena kebiasaan Amanda yang selalu bangun pagi. Tapi hari ini, dia bahkan telat mandi."Mas Arvan kemana? Kenapa tidak membangunkanku," ucap Amanda.Dia juga heran. Baga
Kali ini Arvan cukup menyesali keputusannya memperlihatkan pemandangan di sekitar Air Terjun Mata Jitu yang diambilnya dalam tanggapan kamera ponsel kepada Amanda karena istrinya kali ini merajuk bahkan tidak ingin berbicara dengannya. Bukannya marah Arvan merasa gemas dengan sikap Amanda saat merajuk Namun juga tidak bisa melakukan apapun. Sebenarnya bukan sepenuhnya salah Arvan, Amanda yang bersikeras ingin melihat pemandangan disana. Tapi setelah melihatnya, wajah Amanda semakin terlihat kesal bahkan tidak ingin mengajak Arvan bicara. Bahkan ketika mereka berada di tengah laut sekalipun, Amanda berusaha menghindar menatap Arvan. Dia akan membalikkan badannya membelakangi Arvan, tapi hal itu justru dimanfaatkan Arvan untuk memeluk istrinya dari belakang bahkan tanpa malu mencium pundak Amanda. Saat amanda mendelik padanya, Arvan hanya akan membalasnya dengan tersenyum lebar membuat Amanda semakin kesal. Jika mereka sedang terlibat perang dingin namun dimata tamu lain mereka terliha
Arvan dan Amanda duduk santai di beranda depan tenda mereka. Terdapat 2 kursi kayu yang disediakan di setiap tenda. Selepas makan malam bersama mereka memilih kembali ke tenda dan berakhir dengan duduk di depan tenda mereka. Mereka memilih menikmati malam terakhir di pulau ‘private’ mereka sambil menatap langit yang penuh dengan bintang. Langit terlihat bercahaya dengan sempurna karena ada jutaan bintang yang menghiasinya. Arvan menyelimuti Amanda dengan selimut yang cukup tebal karena khawatir istrinya akan masuk angin mengingat mereka juga tiba disana setelah menjelajah lautan saat menjelang malam.“Aku tidak akan melupakan tempat ini,” ucap Arvan memecahkan keheningan.Amanda yang duduk di kursi lain mengangguk menyetujui ucapan Arvan. Yah. Tempat ini memang tidak akan terlupakan. Suasananya yang tenang, kondisi alamnya yang masih alami dan pelayanan yang mereka terima selama di resort semuanya sangat memuaskan. Selain itu, Amanda merasa hubungannya dengan Arvan jauh lebih baik se