"Ada apa, Amanda?" Tanya Tasya membuyarkan lamunan Amanda.Amanda dan Arvan sedang berkunjung ke rumah Johan dan Tasya. Mereka berencana akan mengadakan syukuran kepindahan sekaligus dengan acara cuci perut Tasya. Arvan dan Amanda sedang membantu memindahkan barang-barang dari apartemen menuju rumah baru mereka.Seperti halnya Arvan, saat bujang Johan juga memilih untuk tinggal di apartemen karena lebih praktis. Tetangga di apartemen yang cenderung bersifat individual dan cenderung tidak peduli satu sama lain membuat hidup mereka lebih tenang. Tidak akan ada penghuni yang akan menguntit atau membicarakan mereka. Namun, semenjak menikah, ditambah lagi Tasya yang sedang hamil besar. Membuat Johan memikirkan tempat tinggal yang cocok untuk membesarkan anak-anak mereka. Sebuah tempat dengan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan untuk anak-anak mereka nantinya.Karena itu, Johan dan Tasya sepakat untuk membeli sebuah rumah bergaya minimalis di sebuah kawasan perumahan di sekitar kota Jak
Beberapa hari berlalu, namun keadaan masih sama. Amanda masih tidak bisa mengatakan kepada Arvan mengenai kehamilannya. Kali ini dia yakin bahwa dia memang hamil karena dirinya sudah melakukan tes kehamilan beberapa kali. Dan hasilnya sama. Dua Garis. Positif. Dia positif hamil. Berita menggembirakan bagi Amanda namun dia tidak tahu reaksi apa yang akan ditunjukkan Arvan bila dia mengetahui kenyataan ini.Hal itu membuat Amanda merasa gelisah. Dirinya dihinggapi keraguan. Perlukah dia mengatakan pada Arvan atau menyembunyikanya. Tapi dirinya tidak mungkin selamanya menyimpan kehamilannya dari Arvan. Cepat atau lambat suaminya pasti akan segera mengetahui rahasia ini.Amanda yang masih belum siap dengan kemungkinan buruk yang mungkin dihadapinya saat mengatakan bahwa dirinya hamil. Mulai mengatur strategi untuk masa depannya. Dia membongkar lemari pakaiannya mencari sesuatu yang dia ingat dia letakan di sana. Begitu dia menemukan sebuah buku tabungan dia membuka dan memeriksanya. Juml
Amanda hanya bisa menurut karena dia tidak punya alasan untuk menolak. Apalagi tatapan tajam dari Arvan membuatnya takut buka suara. Mereka sedang duduk di sebuah klinik menunggu panggilan untuk pemeriksaan Amanda. Arvan terlihat tenang menunggu. Betrbeda dengan Amanda yang nampak gelisah menyadari sebentar lagi kehamilannya akan segera terbongkar.Tidak beberapa lama nama Amanda dipanggil dan mereka berdua segera masuk ke ruang dokter. Amanda lalu mendapatkan beberapa pemeriksaan setelah dia menyampaikan keluhan yang dialaminya."Baik ibu Amanda,, sejauh ini kondisi ibu baik. Namun kita akan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui dengan pasti kondisi ibu. Ibu bisa mengikuti perawat kami," ucap dokter dengan santun sambil mengarahkan Amanda mengikuti seorang pria berbaju putih. Arvan juga ikut keluar menemani Amanda.Setelah menunggu selama hampir satu jam nama Amanda dipanggil kembali dan masuk ke dalam ruangan dokter. Arvan juga ikut masuk. Jika Arvan masuk karena penas
Amanda membuka pintu apartemen dalam diam. Rasanya sangat lelah. Meskipun kram yang dirasakannya sudah lama menghilang namun kebisuan yang terjadi selama perjalanan pulang membuat otaknya menerka-nerka apa sebenarnya yang dipikirkan dan direncanakan Arvan setelah mengetahui bahwa sebentar lagi dia akan menjadi seorang ayah.Bukannya merasa tenang karena tidak perlu lagi menyembunyikan apapun pada Arvan, Amanda justru menyadari sikap diam Arvan menimbulkan sejuta pertanyaan di dalam benaknya. Selama perjalanan pulang dia menerka-nerka tindakan yang mungkin akan dilakukan Arvan padanya, dan semua yang dia pikirkan tidak satupun menyenangkan.Tidak berbeda jauh dengan Amanda, setelah mendengar kabar kehamilan itu, Arvan mulai dihinggapi banyak pertanyaan di kepalanya. Banyak hal yang dipikirnya. Mulai dari pertanyaan apa Amanda sudah tahu sejak awal tentang kehamilannya dan sengaja tidak memberitahunya. Tapi apa alasannya? Apakah Amanda belum siap memiliki anak darinya. Apa Amanda tidak
Seharian Arvan menjadi murung dan tidak berkonsentrasi di kantor. Dia terlihat tidak bersemangat melakukan aktivitas apapun. Dia hanya menatap ponselnya, berusaha mengirim pesan pada seseorang namun dengan segera dihapuskan. Dia melakukannya beberapa kali.Semalam tidurnya sama sekali tidak nyenyak. Bahkan Arvan hampir tidak bisa memejamkan matanya. Arvan memikirkan setiap ucapan Amanda. Arvan memikirkan bagaimana ekspresi wajah Amanda saat mengatakan semuanya. terlihat sangat sedih dan terluka.Arvan seakan tersedot kembali ke pusaran ingatannya saat pertama kali dia menemukan Amanda dan mulai mengusik hidup istrinya itu. Bagaimana dia mengatakan semua kata-kata kasar penuh kebencian dan mengatasnamakan balas dendam untuk merenggut kebebasan Amanda. Menikahi Amanda namun memperlakukannya seperti wanita murahan. dia tidak pernah sekalipun memperlakukan Amanda selayaknya seorang istri.Saat itu, dirinya diliputi begitu banyak rasa marah. Dirinya marah menyadari Amanda terlihat baik-bai
Perbincangan dengan Johan seharian tadi memberikan pencerahan bagi Arvan. Beberapa ide muncul dibenaknya. Membuat Arvan bersemangat untuk segera merealisasikannya. Mungkin sebaiknya dia langsung menggendong Amanda dan membawanya ke kamar mereka. Ketika Amanda berteriak Arvan hanya perlu membungkamnya dengan ciuman yang bergairah. Atau perlukah dia menyiapkan makan malam mewah dan romantis sebelum mengatakan bahwa dia mencintai istrinya. Atau perlukan dia mencari hotel dan melakukan staycation beberapa hari disana. Menghilang sejenak dari hiruk pikuk kota Jakarta yang menyesakkan.Semua ide yang muncul di otaknya saat ini sangat ingin diwujudkan Arvan hingga membuatnya begitu bersemangat mengotak atik ponselnya mencari di berbagai aplikasi online seputar penerbangan di beberapa destinasi yang ada di indonesia.Yah. Dia akan mewujudkan semua idenya untuk menunjukkan perhatian dan perasaannya pada Amanda. Dia ingat dia akan melakukan penerbangan ke Surabaya beberapa hari. Dibandingkan me
"Maaf pak Arvan, jika bapak pergi ke Surabaya selama dua hari, bagaimana pertemuan dengan tuan Sanjaya," ucap Siska dengan nada kesal namun Arvan tidak menggubris tingkah Siska."Tidak perlu khawatir Siska. Aku sudah meminta Johan dan tim produksi untuk menghandle pertemuan itu," ucap Arvan tanpa memalingkan wajahnya dari dokumen yang sedang ditandatanganinya."Apa bapak tidak memerlukan seseorang untuk mengatur jadwal selama di Surabaya? Saya tidak keberatan jika," tawar Siska mencari kesempatan"Tidak perlu Siska. Lagipula aku di sana hanya untuk menganalisa hasil kerja untuk gedung baru setelah itu aku kembali ke Jakarta," potong Arvan cepat.Siska merasa kesal Arvan sama sekali tidak melihatnya atau mendukungnya untuk ikut bersama pria itu. Padahal Siska sudah membayangkan akan menghabiskan waktu berdua dengan Arvan di Surabaya."Aku rasa sudah beres, Siska. Kamu boleh pergi. Ohya tolong hubungi Johan minta dia menemui saya sekarang," ucap Arvan sambil menggeser berkas yang tadi d
Arvan masih tidak mempercayai dirinya yang akan menyandang status Ayah. Jika sebelumnya dia merasa Johan sangat berlebihan dengan kehamilan Tasya, Maka Arvan perlahan tanpa dia sadari juga melakukan hal sama. bahkan lebih merepotkan lagi. Bahkan Arvan mulai bersikap protektif pada Amanda tanpa disadari.Arvan tak hentinya tersenyum dan menggenggam tangan Amanda saat mereka sedang menonton televisi bersama. Walaupun belum terbiasa dengan perubahan sikap Arvan, namun Amanda sangat senang karena ternyata dugaannya salah. dia senang karena Arvan justru menyambut berita kehamilannya dengan senyum yang selalu terlukis di wajahnya.Sepertinya ketakutannya akan anaknya yang tidak akan mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sejauh ini hanya pikiran negatif Amanda saja.“aku akan jadi Ayah,,” ucap Arvan bahagia.Amanda yang sedang menonton hanya menanggapi sambil tersenyum.“kira-kira apa yang sedang dilakukannya di dalam sana,” ucap Arvan sambil menunjuk perut Amanda.“Entahlah. Bukannya dia ma