Seharian Arvan menjadi murung dan tidak berkonsentrasi di kantor. Dia terlihat tidak bersemangat melakukan aktivitas apapun. Dia hanya menatap ponselnya, berusaha mengirim pesan pada seseorang namun dengan segera dihapuskan. Dia melakukannya beberapa kali.Semalam tidurnya sama sekali tidak nyenyak. Bahkan Arvan hampir tidak bisa memejamkan matanya. Arvan memikirkan setiap ucapan Amanda. Arvan memikirkan bagaimana ekspresi wajah Amanda saat mengatakan semuanya. terlihat sangat sedih dan terluka.Arvan seakan tersedot kembali ke pusaran ingatannya saat pertama kali dia menemukan Amanda dan mulai mengusik hidup istrinya itu. Bagaimana dia mengatakan semua kata-kata kasar penuh kebencian dan mengatasnamakan balas dendam untuk merenggut kebebasan Amanda. Menikahi Amanda namun memperlakukannya seperti wanita murahan. dia tidak pernah sekalipun memperlakukan Amanda selayaknya seorang istri.Saat itu, dirinya diliputi begitu banyak rasa marah. Dirinya marah menyadari Amanda terlihat baik-bai
Perbincangan dengan Johan seharian tadi memberikan pencerahan bagi Arvan. Beberapa ide muncul dibenaknya. Membuat Arvan bersemangat untuk segera merealisasikannya. Mungkin sebaiknya dia langsung menggendong Amanda dan membawanya ke kamar mereka. Ketika Amanda berteriak Arvan hanya perlu membungkamnya dengan ciuman yang bergairah. Atau perlukah dia menyiapkan makan malam mewah dan romantis sebelum mengatakan bahwa dia mencintai istrinya. Atau perlukan dia mencari hotel dan melakukan staycation beberapa hari disana. Menghilang sejenak dari hiruk pikuk kota Jakarta yang menyesakkan.Semua ide yang muncul di otaknya saat ini sangat ingin diwujudkan Arvan hingga membuatnya begitu bersemangat mengotak atik ponselnya mencari di berbagai aplikasi online seputar penerbangan di beberapa destinasi yang ada di indonesia.Yah. Dia akan mewujudkan semua idenya untuk menunjukkan perhatian dan perasaannya pada Amanda. Dia ingat dia akan melakukan penerbangan ke Surabaya beberapa hari. Dibandingkan me
"Maaf pak Arvan, jika bapak pergi ke Surabaya selama dua hari, bagaimana pertemuan dengan tuan Sanjaya," ucap Siska dengan nada kesal namun Arvan tidak menggubris tingkah Siska."Tidak perlu khawatir Siska. Aku sudah meminta Johan dan tim produksi untuk menghandle pertemuan itu," ucap Arvan tanpa memalingkan wajahnya dari dokumen yang sedang ditandatanganinya."Apa bapak tidak memerlukan seseorang untuk mengatur jadwal selama di Surabaya? Saya tidak keberatan jika," tawar Siska mencari kesempatan"Tidak perlu Siska. Lagipula aku di sana hanya untuk menganalisa hasil kerja untuk gedung baru setelah itu aku kembali ke Jakarta," potong Arvan cepat.Siska merasa kesal Arvan sama sekali tidak melihatnya atau mendukungnya untuk ikut bersama pria itu. Padahal Siska sudah membayangkan akan menghabiskan waktu berdua dengan Arvan di Surabaya."Aku rasa sudah beres, Siska. Kamu boleh pergi. Ohya tolong hubungi Johan minta dia menemui saya sekarang," ucap Arvan sambil menggeser berkas yang tadi d
Arvan masih tidak mempercayai dirinya yang akan menyandang status Ayah. Jika sebelumnya dia merasa Johan sangat berlebihan dengan kehamilan Tasya, Maka Arvan perlahan tanpa dia sadari juga melakukan hal sama. bahkan lebih merepotkan lagi. Bahkan Arvan mulai bersikap protektif pada Amanda tanpa disadari.Arvan tak hentinya tersenyum dan menggenggam tangan Amanda saat mereka sedang menonton televisi bersama. Walaupun belum terbiasa dengan perubahan sikap Arvan, namun Amanda sangat senang karena ternyata dugaannya salah. dia senang karena Arvan justru menyambut berita kehamilannya dengan senyum yang selalu terlukis di wajahnya.Sepertinya ketakutannya akan anaknya yang tidak akan mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sejauh ini hanya pikiran negatif Amanda saja.“aku akan jadi Ayah,,” ucap Arvan bahagia.Amanda yang sedang menonton hanya menanggapi sambil tersenyum.“kira-kira apa yang sedang dilakukannya di dalam sana,” ucap Arvan sambil menunjuk perut Amanda.“Entahlah. Bukannya dia ma
Arvan mengemudikan mobilnya dengan tenang sedangkan Amanda duduk disampingnya. Sesuai rencana, jumat Siang keduanya meluncur menuju kediaman orang tua Arvan. Arvan masih merahasiakan kehamilan Amanda. Dia ingin mengatakannya langsung dan melihat reaksi kedua orang tuanya. Arvan yakin mereka pasti akan sangat gembira mendengarnya karena sebentar lagi mereka akan menjadi kakek dan nenek. Arvan yakin orangtuanya akan sangat bahagia mengetahui menantu mereka sedang berbadan dua. Walaupun perlakukan orang tuanya kepada Amanda tidak terlalu ramah. Tapi orang tua mana yang tidak bahagia mendengar kabar akan menjadi kakek dan nenek. Semoga dengan berita kehamilan Amanda perlakuan orang tuanya kepada istrinya perlahan akan membaik. "Ayo,,, mereka pasti sudah menunggu kita. Aku tidak sabar melihat reaksi orang tuaku," ucap Arvan dengan semangat setelah memarkirkan mobilnya. Arvan bahkan dengan sigap membukakan pintu untuk Amanda dan membantu Amanda turun, Amanda yang sebelumnya ingin menolak p
Ketiganya duduk dalam diam. Dibandingkan memberikan tatapan hangat dan bahagia setelah mendapat kabar kehamilannya, Cahyadi dan Sinta justru menatapnya dengan tatapan penuh marah yang meskipun mereka tutupi namun Amanda dapat merasakannya. Bagi Amanda kebencian yang diberikan Cahyadi dan Sinta padanya bukan hal baru. Mereka bahkan dengan jelas menentang hubungannya dengan Arvan. Meskipun saat di depan Arvan mereka akan bersikap sebaliknya. Tentu, karena Arvan anak mereka satu-satunya. Mereka menginginkan anaknya mendapatkan seseorang yang sempurna yang akan meneruskan citra dan nama baik keluarga mereka. Bukan perempuan biasa seperti dirinya. Mereka bahkan memata-matai Amanda tiga tahun lalu, hingga mereka mengetahui musibah yang menimpa dirinya. Tapi bukannya bersimpati dan bersedih akan kemalangan yang menimpa kekasih anaknya, mereka menggunakan kecelakaan yang menimpa mamanya sebagai cara untuk melenyapkannya dari kehidupan Arvan. Amanda yang saat itu membutuhkan uang tidak memilik
Arvan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang saat akan meninggalkan kawasan tempat tinggal mamanya, namun dia menghentikan laju mobilnya saat matanya menangkap ponsel tergeletak di kursi penumpang di sebelahnya.‘Astaga,, Amanda melupakan ponselnya,’ pikir Arvan sambil memutar balik tujuannya.ponsel itu harus diantarkannya pada Amanda. bukan tanpa alasan bila sewaktu-waktu dia ingin menghubungi istrinya tentunya akan lebih mudah bila Amanda memegang ponselnya sendiri. untung saja dia melihat ponsel itu ketika perjalanannya belum terlalu jauh.Arvan masuk ke pekarangan rumahnya dengan wajah sumringah karena memiliki alasan bertemu istrinya sebentar. Setelah memantapkan diri untuk mengakui bahwa dirinya sebenarnya masih memiliki perasaan pada Amanda, Arvan merasa hidupnya menjadi tenang. Dia tidak lagi memiliki pikiran negatif tentang Amanda ataupun hal yang mungkin direncanakan istrinya dibelakangnya. Justru dia selalu ingin berada di dekat istrinya.Arvan masuk kedalam rumah dan
Amanda bangun dan terkejut mendapati dirinya sedang tertidur dalam dekapan Arvan. Arvan bahkan memeluknya erat dan mencium keningnya. Amanda ingat terakhir kali dia ikut tertidur setelah mengganti pakaian Arvan dengan pakaian baru dan merendam baju arvan sebelumnya agar aroma minuman segera menghilang.Amanda ingin berlama lama dalam dekapan suaminya rasanya begitu nyaman dan tenang. Rasanya seperti tidak ingin melepaskan pelukan itu. Amanda bahkan menutup matanya merasakan pelukan yang sangat dirindukannya. Amanda membuka mata lagi, hari sudah pagi dan dia harus menyiapkan sarapan. Meskipun berat, dia berusaha melepaskan diri dari pelukan Arvan. Tetapi malah terhenti ketika Arvan semakin mempererat pelukannya.“Biarkan seperti ini dulu,” ucap Arvan dikening Amanda membuat Amanda berhenti bergerak.“Sudah merasa lebih baik?”, Tanya Amanda setelah cukup lama terdiam. Arvan menghela nafasnya panjang. Terdiam. “jangan terlalu marah pada mereka. Aku bisa mengerti tindakan mereka karen