“Mungkin kau bisa menceritakan alasanmu saat aku melucuti setiap helai pakaianmu," ucap Arvan di atas Amanda. Arvan membuat jarak mereka menipis. Amanda membulatkan matanya mendengar ucapan dan tindakan suaminya. Sebisa mungkin dia berusaha melepaskan dirinya dari Arvan.Amanda terus berusaha melepaskan dirinya tapi hal itu justru membuat Arvan semakin menipiskan jarak diantara mereka. Dia bahkan dapat mencium aroma tubuh Arvan saat ini. Hal itu membuat konsentrasi Amanda pecah. Jantungnya berpacu tidak menentu. “Mas,, Lepaskan Aku," ucap Amanda yang masih berusaha melepaskan diri.Sepertinya Amanda harus memeriksakan jantungnya bila Arvan selalu menyerangnya seperti ini. Dia merasakan jantungnya berpacu berkali-kali lipat sekarang.Perlawanan Amanda seakan tidak ada Artinya bagi Arvan. Pria itu dengan mudah menepis perlawanan Amanda lalu mengunci kedua lengan Amanda keatas kepalanya setelah itu dia melumat bibir Amanda dengan gerakan penuh nafsu.Tidak berhenti sampai disitu. Arvan
Senin siang dengan cuaca kota Jakarta yang terik dan menyengat, Arvan ditemani Johan baru saja selesai bertemu dengan klien mereka. Syukurlah semuanya berjalan lancar. Mereka baru kembali ke kantor dan singgah di ruangan Johan untuk makan siang. Arvan masih kesal pada Johan karena panggilan masuknya yang tidak mengenal waktu kemarin.“Lo kenapa sih? Muka lo tegang banget hari ini,, kagak dikasih jatah lo semalam?” ucap Johan asal.“Gara-gara lo, sial," ucap Arvan sambil melempar dokumen yang dibawanya ke meja.“kok lo malah salahin gue sih," ucap Johan nggak terima.“gara-gara lo, gue harus kerja lembur di hari minggu. Gue bahkan harus begadang," ucap Arvan yang malam itu terpaksa begadang memeriksa kembali pekerjaan Johan, dibayangi lekuk tubuh Amanda yang gagal disentuhnya.“karena situasi urgent, Bro. gue juga nggak mau lo ngamuk kalau datanya sampai nggak valid”, sanggah Johan masih berusaha membela diri.“iya, tapi lo bisakan infoin ke gue, biar gue nggak nunggu lo hampir dua jam,
Siska menghabiskan waktunya di salah satu kelab malam di Jakarta dengan berpesta dan menari dengan beberapa kenalannya. Seorang pria bahkan dengan jelas mencoba mendekatinya dan Siska sama sekali tidak menolak. Untuk apa dirinya berlagak jual mahal saat Arvan sudah tidak memperdulikan dirinya. Dia sungguh merasa frustasi memikirkan sikap bosnya. Terlebih saat berada di apartemennya bayangan Arvan seringkali mengganggunya. Siska sadar, dirinya memang bodoh membiarkan bosnya masuk ke apartemennya dan mereka menjalin hubungan disana. Saat itu dirinya terlalu buta dan berpikir bisa menaklukkan Arvan setelah pria itu mengalami patah hati. Lihatlah sekarang, dirinya tidak lebih hanya seorang sekretaris. Pria itu dengan mudahnya melupakan momen kebersamaan mereka. Mengingat hal itu membuat Siska semakin meneguk habis minuman di gelasnya. Lebih baik dia mabuk mungkin dengan begitu bisa mengurangi rasa sakit hatinya.Siska mulai menebarkan pesonanya berharap ada pria kaya yang akan tertarik p
Seperti biasanya setelah mengunjungi mamanya, Amanda akan langsung pulang, dia tidak ingin Arvan mendapati apartemen kosong tanpa dirinya. Bila hal itu terjadi bisa saja arvan akan curiga dan mulai mencari tahu kegiatannya selama arvan tidak dirumah. Akan berbahaya baginya bila Arvan sampai mengetahui keberadaan mamanya. Amanda takut arvan akan memanfaatkan kondisi mamanya untuk menekan hidupnya.Amanda berjalan di lorong apartemen sambil membongkar tasnya mencari kunci. Dia pulang terlambat karena jalanan macet. Seharusnya dia bisa tiba satu jam yang lalu. Dia sudah membuka pintu apartemennya dan bersiap untuk masuk."Dari Mana," ucap seseorang dari belakang membuat Amanda membeku di tempat. Amanda merasa kakinya membeku dan sulit digerakkan. Dia memang sudah sangat terlambat pulang tapi dia tidak menyangka Arvan akan pulang lebih cepat dari biasanya."Dari minimarket sebentar mas," ucap amanda sebelum akhirnya masuk kerumah dan melepaskan tas yang dia gunakan. Arvan mengikutinya da
Seperti biasa di sore hari Cahyadi akan duduk santai di teras rumahnya sambil menikmati angin sore yang terasa sejuk. Ditambah lagi pepohonan yang tampak rimbun di sekitar teras rumahnya memberikan kesan asri pada taman itu. Selain itu kicauan lovebird yang saling sahut menyahut membuat pikiran Cahyadi lebih santai. Dia sungguh bersyukur dapat menikmati semua itu.Cahyadi sedang memperhatikan lovebird peliharaannya saat Sinta muncul dihadapannya. Sinta tetap terlihat cantik di usianya yang sudah menginjak kepala lima. Sinta muncul menggunakan blouse hijau dipadukan A-line skirt dan menjinjing tas dari salah satu brand ternama. Sinta muncul dengan wajah menahan kesal. Cahyadi memperhatikan tingkah istrinya dalam diam. "Papa tahu, mama baru saja dari arisan dengan teman-teman mama," ucap Sinta dengan wajah cemberut."Tentu aku tahu. Kamu sudah mengatakannya tadi," ucap Cahyadi sambil kembali memperhatikan kandang lovebird."Mama sedang kesal, Pa," dari nadanya terdengar jelas bisa sesua
"Siapa wanita cantik yang kamu bawa, Nak," ucap Sinta pada Arvan sambil menatap Amanda dengan penuh senyum.Amanda tersenyum seramah mungkin. sejujurnya dia sangat gugup sekarang. Ini pertama kali Amanda bertemu orang tua Arvan. Arvan membohonginya dengan mengatakan akan makan siang berdua namun begitu sampai ditempat tujuan mama Arvan sudah menunggu disana. Amanda bahkan menatap Arvan meminta penjelasan namun pria itu hanya tersenyum. Sepertinya dia tidak dapat menutupi rasa senangnya karena kejutannya berhasil membuat Amanda salah tingkah."Saya Amanda, tante," ucap Amanda ramah."Nama yang bagus. Perkenalkan Tante mamanya Arvan," ucap Sinta sambil memegang dadanya. Amanda mengangguk tanda paham.Mereka bertiga lalu berbincang-bincang sembari menunggu pesanan makan siang mereka datang. Arvan membicarakan mengenai sebuah proyek yang dia dan timnya upayakan untuk dapat 'tembus'. "Tante sempat bertanya-tanya mengapa anak tante enggan tante kenalkan pada anak-anak teman tante, ternyata
Amanda sedang berada di dapur menyiapkan sarapan ketika seseorang menekan bel apartemennya. Amanda segera beranjak dan membuka pintu. Tidak ada siapapun disana hanya ada kotak hitam yang diletakkan di depan apartemen. Amanda menatap sekeliling untuk memastikan siapa tahu pengirimnya masih ada namun, dia tidak menemukannya. Amanda lalu mengambil kotak itu dan memeriksanya. tidak ada nama pengirim dan penerimanya. Dia yang curiga mulai membukanya. Betapa terkejutnya Amanda melihat isi kotak tersebut. dia segera membawa kotak itu masuk. Dia bahkan langsung berlari ke kamar dan menutupnya.Di dalam kamar, dengan wajah sedikit ketakutan amanda membuka kembali kotak yang tadi tergeletak di depan pintu apartemen. Amanda bersyukur bukan Arvan yang membuka pintu. Arvan masih dikamar bersiap untuk berangkat kerja. Kalau sampai dia melihat kotak itu, maka tamat sudah kebohongan amanda selama ini. Arvan akan tahu kalau dia sering keluar menemuinya mamanya saat arvan tidak di rumah.Aku tahu rahas
Arvan berada di ruang tengah apartemennya. dia sudah rapi dengan pakaian semi formalnya. Dengan santai dia duduk dan mengganti saluran televisi. Dia terlihat tampan dan berkharisma mengenakan baju kaos dengan kerah V neck berwarna abu dibalut blazer warna senada. Dia memadukan dengan celana katun dan sepatu kets berwarna putih. Dia menatap jam dinding dan berpikir waktunya masih cukup untuk sampai ke tempat yang disebut Johan dengan tepat waktu.Arvan masih mengganti chanel televisi berharap mendapatkan tayangan bagus sembari menunggu Amanda bersiap. Dia mengulanginya beberapa kali namun tetap tidak ada acara yang menarik baginya. Setelah tidak menemukan tayangan yang menarik, Arvan mengalihkan pandangannya pada ponselnya. Lebih baik dia mencari berita online saja.Arvan dengan sabar menunggu amanda bersiap untuk undangan dinner yang disampaikan johan beberapa hari lalu. Arvan bahagia untuk johan karena akhirnya sahabatnya itu akan menjadi seorang ayah. Walaupun dia masih tidak menyan