Kaira dan Harun tengah melakukan pemeriksaan di ruang IGD. Mereka merawat pasien keracunan makanan sejak kemarin. Meskipun tidak ada yang meninggal dunia. Namun, pasien yang membutuhkan perawatan insentif cukup banyak, sekitar dua puluh orang.Mereka keracunan makanan setelah pulang menghadiri resepsi pernikahan. Beruntung, nyawa mereka bisa di selamatkan karena cepat di bawa ke rumah sakit dan segera mendapatkan pertolongan pertama.Ketika keduanya sudah mulai santai dan sedang mengecek data pasien, ruang IGD kembali disibukkan dengan kedatangan pasien korban tanah longsor. Sekitar tiga puluh orang di bawa ke rumah sakit Kusuma Pratama Hospital. "Pasien harus segera di operasi untuk menyelamatkan nyawanya dan mengangkat kayu yang menancap di perutnya. Kita butuh persetujuan dari pihak keluarga. Perawat Rifki, apa kau sudah menghubungi keluarga korban?"Kaira memberikan penjelasan kepada Rifki, kepala perawat di rumah sakit itu. Pemuda berparas manis itu mendongak."Tadi pihak keluar
Kaira pergi ke minimarket selepas pulang bekerja, ia tidak ditemani oleh Kaivan karena pria itu sedang banyak pekerjaan. Wanita cantik tersebut melangkah dengan anggun sambil mendorong troli. Memilah dan memilih barang-barang yang hendak dibeli untuk keperluan rumah.Kaira berbelanja sayur, buah, bahan makanan, ikan, daging, seafood, Frozen food, serta bumbu-bumbu dapur. Minuman seperti susu, jus, cola, kopi, teh, dan minuman lain pun juga dibelinya.Cukup banyak belanjaan yang ia beli sampai penuh dua troli. Ketika, Kaira hendak menuju kasir, langkahnya terhenti saat seorang wanita yang sangat dikenalnya datang menghampiri dan menghadang Kaira."Akhirnya aku bertemu denganmu di sini," ucap wanita seksi itu dengan tatapan tajam.Kedua bola mata Kaira membulat sempurna saat mengetahui siapa wanita itu. "Ka--Kak Karin. Kau ....""Bagus, kau masih mengenaliku. Sudah puas kau sekarang karena telah benar-benar menghancurkan hidupku?" tanyanya semakin tajam menatap Kaira dan mendekati wani
Kaira melangkah dengan gamang ke arah sebuah kamar, ia tidak bisa berkutik. Sebab, di belakangnya, ada dua orang bertubuh kekar mengawal dirinya. Mereka suruhan Madam. Kaira terus berjalan sambil menahan tangis. Wanita itu tidak ingin terdengar suara tangisannya karena pasti, akan memicu kemarahan dua orang itu.Setibanya di kamar itu, Kaira dipaksa masuk, kedua orang itu mendorong kuat tubuh wanita itu hingga hampir tersungkur. Sampai di dalam, ia melihat seorang pria bertubuh gempal, bertelanjang dada. Tatapannya begitu tajam ketika melihat Kaira masuk. Seperti harimau yang hendak memangsa buruannya.Kaira menelan ludah. Memejamkan mata sejenak, ketika lelaki bertubuh gempal itu mendekat dan berusaha menjamah tubuhnya. Kaira sebisa mungkin menghindar agar tidak sampai tersentuh.Lelaki itu tampak kesal dengan perlakuan Kaira, ia pun makin mendekat dan mencengkeram rahang Kaira kuat, membuat wanita itu terpekik."Ahh!""Berani kau menghindariku. Kau itu sudah aku bayar mahal, jadi ja
Kaivan menggenggam sebelah tangan Kaira yang terbalut infus. Napasnya terdengar lemah dari balik selang oksigen. Pria itu tertunduk dan masih tidak habis pikir, kenapa bisa Kaira diculik dan dibawa ke rumah bordir itu.Pemuda itu terus meminta informasi dari anak buahnya tentang perkembangan kasus Kaira, ia ingin menyelidiki karena penasaran dengan pelaku yang begitu tega dan jahat kepada istrinya."Bangun, Sayang. Aku janji, tidak akan pernah melepaskan orang-orang yang telah menyakitimu. Semoga kau tidak mengalami trauma lagi. Aku mohon, lekas lah sadar, Sayang," monolog Kaivan sambil terus tertunduk. Tidak terasa, air mata Kaivan menetes membasahi kedua pipinya. Kesedihan dan penyesalan kembali melanda pemuda itu."Maafkan aku, Kaira. Tidak bisa menjagamu dengan baik, sampai kau harus mengalami semua ini," sesal Kaivan yang terus tertunduk.Kaivan tertidur di samping Kaira sambil menggenggam sebelah tangannya. Begitu erat seraya tidak ingin melepaskannya. Kaivan benar-benar menjag
Setelah mendapatkan perawatan selama satu minggu, kondisi Kaira membaik. Wanita itu sudah tidak terlalu ketakutan meski masih ada trauma dalam dirinya. Kaivan senantiasa setia menjaga sang istri. Walaupun, ia disibukan oleh pekerjaannya. Namun, tidak menggoyahkan hati pemuda tersebut untuk selalu menjaga Kaira.Kaira banyak murung dan jarang bicara semenjak kejadian itu, ia masih tidak menyangka jika kakak kandungnya tega melakukan hal keji itu padanya. Bahkan Tasya, begitu dendam pada Kaira dan bekerja sama dengan Karin untuk menyingkirkan dirinya."Sayang, ada apa? Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Kaivan yang melihat Kaira tampak melamun duduk di ranjang menatap ke arah jendela.Kaira sedikit terkejut. Namun, berusaha untuk menyembunyikan apa yang tengah ia pikirkan karena belum siap mengatakan semuanya pada Kaivan. Wanita itu terdiam tanpa kata."Kaira," panggil Kaivan lembut.Pemuda itu mendekat ke arah Kaira dan memeluk istrinya dari belakang. Menyandarkan dagu ke sebelah pun
"Kak Karin menganggap perceraiannya dengan Erlan karena aku. Sebab, sampai sekarang, Erlan masih mencintaiku. Aku pernah bertemu dengan Erlan, dia menceritakan semua yang terjadi dalam rumah tangganya." Kaira kembali menceritakan tentang Karin kepada Kaivan dan Harun. Kedua pria tampan itu mendengarkan dengan seksama, tiap bait kata yang diucapkan Kaira."Lalu, bagaimana Kak Karin bisa bekerja sama dengan Tasya? Apa mereka saling mengenal?" tanya Kaivan dengan penasaran."Mereka tidak saling kenal. Aku juga bertemu Tasya di minimarket. Misi mereka ternyata sama, menghancurkan aku. Oleh karena itulah, keduanya bekerja sama untuk melakukan hal ini," jelas Kaira dengan wajah serius."Awalnya, Kak Karin hanya ingin memberikan pelajaran padaku. Mereka menyeretku dengan paksa ke toilet. Aku dicekal dan dibekap sehingga tidak bisa bersuara. Setelah sampai toilet, Kak Karin memegangi aku dan Tasya mencengkeram kuat wajahku. Kemudian, merobek bagian depan pakaianku," lanjut Kaira yang mulai b
Kaira kembali beraktivitas. Sementara waktu, ia hanya diperbolehkan bertugas di IGD dan ICU sampai kondisinya pulih pasca trauma yang di alami ketika diculik oleh Karin dan Tasya. Harun dan Hanung khawatir, jika dipaksakan melakukan operasi, akan mengganggu prosesnya. Tentu, berbahaya pula bagi pasien. Kaira menyadari itu dan tidak melakukan protes. Wanita cantik tersebut tetap melakukan tugasnya dengan baik, meski di bawah kontrol Harun dan Hanung. Kaira begitu ramah menyapa pasien yang terbaring di ruang IGD, melakukan proses pemeriksaan dengan sabar dan telaten. Ya, terkadang memang butuh kesabaran ekstra dalam menghadapi pasien dengan berbagai karakter. Ada yang menuruti perkataan dokter, ada pula yang menentangnya. Harun selalu memperhatikan gerak-gerik Kaira. Takut-takut trauma itu datang dan mengganggu konsentrasi bekerjanya. Pemuda itu tampak tersenyum melihat Kaira yang begitu semangat. Helaan napas terdengar cukup kasar. Harun tiba-tiba mengerutkan alisnya, ketika me
Kaivan melepaskan ciumannya karena Kaira merasa sedikit sesak. Kemudian, pemuda tampan itu menangkupkan wajah Kaira dan menatapnya lamat-lamat."Wajahmu pucat, apa kau sakit, Sayang?" tanya Kaivan sambil terus mengamati wajah istrinya. Kaira menggeleng.Kaivan mengerutkan alisnya. Menatap curiga ke arah Kaira. Menelisik kebenaran di sana. Kaira tersenyum."Kenapa tersenyum? Apa kau terpesona dengan ketampananku?" goda Kaivan tanpa melepaskan tatapannya."Mas, ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Kaira sambil menurunkan kedua tangan Kaivan dari pipinya dan menggenggam erat."Apa?" tanya Kaivan penasaran."Mas, aku ....""Kenapa, Sayang?" tanya Kaivan semakin penasaran.Kaira bangkit dari kursi dan mengambil tasnya yang bergelayut di gagang lemari. Kemudian, mengambil amplop putih dan menyerahkan kepada Kaivan."Ini.""Apa ini?""Buka saja dan kau akan mengetahuinya."Kaivan pun membuka amplop itu dan melihat isinya. Kedua matanya terbelalak mana kala membaca isinya. Senyum meng