"Jangan berkata benci bila nantinya jadi merindu. Karena Cinta itu datangnya tiba-tiba dan penuh dengan misteri. "
_______________________________________Ghania Syaqilla tampak berdiri disebelah mobil maybach berwarna hitam . Tampak sekali gadis itu sedang mengingat-ingat sesuatu.
"Ahhh.. Iya. Ini mobil yang nyiprati air tempo hari. Aku harus tau siapa pemiliknya, biar bisa balas dendam. " ucap Ghania dalam hati.
Gadis itu memutuskan untuk menunggu pemilik mobil mewah yang masih jarang ada di Indonesia.
Maybach-Motorenbau GmbH adalah perusahaan mobil mewah yang berasal dari Jerman. Didirikan pada tahun 1909 oleh Wilhelm Maybach bersama anak laki-lakinya, Karl Maybach, sebagai Direktur. Pada awalnya perusahaan ini adalah anak perusahaan dari Luftschiffbau Zeppelin GmbH yang juga dikenal sebagai "Luftfahrzeug-Motorenbau GmbH" (yang artinya adalah Gedung Perusahaan Mesin Pesawat) sampai tahun 1918. Saat ini, Maybach dimiliki oleh Daimler AG dan berpusat di Stuttgard, Jerman.
Cukup lama gadis berwajah cantik dengan hijab abu-abu itu menunggu diarea parkir perusahaan keamanan tempat temannya bekerja sebagai administrasi.
Parkiran yang cukup luas itu memuat banyak merk mobil, sementara untuk motor diparkir di basement.
Ghania hampir saja meninggalkan tempat parkir itu, ketika telinganya memdengar suara pria berbicara.
Ghania yang duduk di pembatas parkir harus bisa memicingkan matanya untuk bisa melihat jelas pria yang berdiri di dekat mobil maybach itu .
"Oh dia toh, yang punya! Oke, tunggu pembalasanku. " Ghania tersenyum menatap ponselnya yang berhasil mengambil photo pria pemilik maybach yang dicarinya.
Tak lama gadis itu pun beranjak meninggalkan tempat parkir itu setelah mobil yang ditunggunya pergi.
*************
Kemal tampak diam di kursinya, tangannya memainkan gelas berisi wine.
Pria itu duduk memghadap meja makan berukuran besar, di ujung meja duduk seorang pria paruh baya yang menatap lekat kearah Kemal.
"Ayah berencana mengundang tuan Daniel beserta putrinya Krisnabella makan malam. "
"Acara apa? "
"Tentu saja mengenalkanmu padanya."
"Saya tidak membutuhkan itu. "
"Usiamu sudah 31 tahun. Kapan kau akan menikah? "
"Menikah adalah urusan pribadi saya. Kapan dan dengan siapa saya menikah itu jadi keputusan saja. "
"Krisnabella gadis yang cantik juga cerdas. Ayahnya bahkan berencana menjadi investor di perusahaan Fawaz. " ujar Fawaz Al Hadid, ayah dari Kemal.
"Perusahaan Fawaz, bukanlah perusahaan milik saya. Jadi saya tidak ada hubungan dengan mereka. "
"Bilang siapa? Ayah bisa mengarahkan tuan Daniel untuk menanamkan modalnya ke Kemal Company. Asal kamu mau menokah dengan putrinya. "
"Untuk ayah saja, lagi pula hareem ayah sudah lama kan, tidak terisi orang baru. "sindir Kemal membuat tuan Fawaz menjadi kesal.
Fawaz Al Hadid seorang pria berdarah Turki, seorang pengusaha otomotif yang cukup terkenal dikalangan pemain bisnis juga wanita pengejar pria kaya.
Di usianya yang menjelang 60 tahun, tuan Fawaz masih terlihat bugar layaknya pria berusia 40 tahun.
Kemal adalah putra pertamanya dari istri pertama seorang wanita berdarah Maroko.
Kemal sendiri lahir di Istambul Turki, jadi tidak heran bila Kemal mewarisi kecantikan wajah ibunya dan ketampanan dari ayahnya.
Dari ibu, dia mewarisi mata dengan netra abu-abu sepasang bibir tipis yang menggoda alis tebal dengan bulu mata sedikit lebih panjang dan lentik. Kulit yang putih bersih dan rambut ikal dari sang ibu.
Sementara dari ayah dia mewarisi postur tubuh yang sempurna juga rahang yang kokoh dan hidung yang mancung, sangat sempurna untuk penilaian bagi seorang pria.
Di usia lima belas tahun, Kemal harus mengikhlaskan ibunya pergi menghadap Tuhan karena tekanan psikis yang diderita.
Fawaz Al Hadid terkenal suka mengoleksi wanita cantik. Mereka ditempatkan disebuah rumah besar dan mewah.
Dan tak jarang diantara wanita - wanita itu meneror istri pertama demi sebuah status istri sah.
Hal tersebutlah yang membuat nyonya Fawaz depresi dan akhirnya ditemukan tergeletak diatas lantai kamarnya dalam kondisi meninggal dengan butiran obat tidur berhambur ditangannya.
Kepergian sang ibu tentu saja membuat Kemal sangat kehilangan dan membenci ayahnya juga wanita-wanita penghuni hareem ayahnya.
"Mereka datang dari Hongkong untuk menemui ayah, jadi sangat pantas ayah yang menemui mereka. Jangan libatkan Kemal dalam urusan ayah, apalagi menyangkut wanita. " Kemal lalu berdiri , dan dengan angkuh meninggalkan meja makan tanpa menyentuh makanan mewah yang sidah terhidang diatas meja panjang itu.
"Kemal! Berhenti. "
"Kemal ada urusan lain, yah! Maaf Kemal tinggal. "
Tanpa menoleh lagi, Kemal keluar dari ruang makan . Tak lama terdengar suara mobil meninggalkan rumah besar bergaya erofa itu.
*************
Suasana kafe Memorsa dibilangan kawasan Jakarta Selatan pukul 8 malam masih cukup ramai.
Kafe yang berada di kawasan bisnis ini banyak di kunjungi oleh ekskutif muda, dan anak muda yang mencari tempat asik buat ngobrol.
"Selamat malam, silahkan memilih menu untuk menemani anda. " sapa penerima tamu dengan daftar menu ditangannya saat Kemal memasuki kafe tersebut.
Kemal mengangguk, lalu duduk di kursi yang berada di dekat jendela dengan kaca berukuran besar .
Seporsi steak ukuran besar, segelas moctail menjadi pilihan makan malamnya, ditambah secangkir Coffe Americano.
Kemal tampak tak peduli dengan tatapan memuja dari wanita - wanita yang berada di kafe tersebut.
Pria itu tetap santai menikmati makan malamnya dengan tenang, walau ada beberapa orang wanita yang berusaha menarik perhatiannya dengan menyapa atau meminta untuk bisa mengobrol.
"Sebentar lagi, kafe ini akan tutup. Bagaimana kalau kita lanjutkan di club saja? " ajak seorang pria wanita berdandan cukup seksi yang dengan penuh percaya diri duduk dihadapannya.
Kemal hanya melirik kearah si wanita tanpa punya niat merespon ajakan wanita tersebut
"Anda biasa ke club mana? Kalau mau saya akan ajak anda ke club Paradise langganan saya. Disana suasananya bikin nagih. "
Kemal meletakkan pisau dan garpunya lalu menghabiskan Tortila hingga tandas.
Menyapu mulutnya dengan tissu, " Nona! Kalau saya jadi anda. Saya akan pergi disaat obrolan anda tidak mendapat respon. "
Ucapan dengan nada datar dari mulut Kemal, berhasil membuat wanita didepannya terdiam dan beranjak pergi meninggalkannya.
Kafe yang dikunjungi Kemal ini memang sangat nyaman untuk ngobrol dan menghabiskan waktu. Kafe dengan dua lantai ini memiliki dua lantai, di mana lantai atas didesign seperti rootop bagi pengunjung yang memerlukan udara segar dan bagi perokok .
Tak lama dua orang pria datang dan langsung duduk didepan Kemal. Satu diantaranya masih mengenakan pakaian kerja lengkap denga dasi dan jas mahalnya. Sementara yang satu berpakaian casual dan terlihat lebih santai.
"Kenapa malah nyasar disini? Bukannya mau makan malam dirumah? "tanya pria dengan dasi yang bernama Marko Ducati.
"Tadinya, tapi aku tinggalkan. " jawab Kemal dengan sikap angkuhnya.
"Ada apa, kau bertengkar dengan ayahmu? "kali ini pria dengan pakaian casual yang bertanya.
"Tidak bertengkar. Hanya beda pendapat saja. "
Marko dan Sabran kompak menggeleng dan berkata, " Selalu seperti itu. "
"Kali ini apa bahasannya? "
"Tentang investasi dari tuan Daniel Li yang mengajukan anaknya sebagai syarat bisnis. "
"Maksudmu, kau akan dijodohkan dengan KrisnaBella? "
"Tidak tahu, tapi aku langsung menolaknya. "
Sabran menaikkan satu alisnya mendengar perkataan temannya ini, " Kenapa? Aku dengan, gadis bernama krisnabella Li itu cantik juga seksi. "
Marko mendicih mengejek perkataan Sabran, "Kalau terkait cewek cantik dan seksi, radarmu berfungsi dengan baik ya. "
Sabran tertawa lirih, "Karena aku pria normal."
Marko mengedarkan pandangam ke sekeliling kafe yang sudah mulai sepi.
"Sepertimya kafe ini sudah mau tutup. Itu sudah ada yang ngepel lantai. " tunjuk Marko dengan dagunya pada seorang gadis yang sedang mengepel lantai.
Sabran memanggil salah satu pelayan yang sedang membereskan gelas dineja pengunjung.
"Kafenya sudah mau tutup, mas?"
"Iya, bang! Jam 11 malam kafe sudah tutup ."
"Oke, terima kasih. "
"Kalau gitu, kita lanjut di pub CloudNine saja. " ajak Marko yang dianggukin Kemal.
"Kalau ke pub, kalian saja. Kalau aku ikut, kajianku hangus semua. " ucap Sabran membuat Kemal dan Marko kompak mengangkat bahunya.
Namun karena kurang hati-hati, saat berdiri Kemal tanpa sengaja kaki panjangnya menghalangi langkah seseorang, sehingga orang tersebut jatuh terjerembab di atas lantai.
Dan fatalnya selain menjatuhkan seorang gadis, Kemal juga membuat cangkir kopi americano miliknya jatuh menimpa tubuh gadis tadi sehingga mengotori lantai juga celana gadis itu.
Gadis yang terjatuh itu segera bangun dan menatap kearah Kemal. Sedikit mendongak karena tinggi gadis itu hanya sebatas dada Kemal yang memiliki tinggi 1,82 cm.
Kedua mata gadis itu membola saat melihat siapa yang sudah membuatnya terjatuh. Si pengemudi Maybach hitam.
Seketika muncul niatnya untuk membalas perlakuan pria yang sudah membuat wajah juga pakaiannya kotor terkena air genangan dipinggir jalan tiga hari yang lalu.
"Sorry, saya tidak sengaja. " ucap Kemal meredam kemarahan gadis yang dibuatnya jatuh.
"Anda tahukan, kalau lantai ini baru saja saya bersihkan? "
"Ya, saya tahu. "
"Dan sekarang, lantai ini kotor lagi. Begitu juga dengan pakaian saya. Ditambah kaki anda sudah menyebabkan saya terjatuh ."
Kemal memperhatikan gadis yang berbicara padanya. Cukup cantik dan terlihat imut. Dengan hijab warna mocca membuat kulit putihnya semakin bersinar cantik.
"Saya akan ganti kerugian, nona. "
"Tidak perlu diganti. Tapi saya ingin anda menerima hukuman dari saya. "
"Nona, teman saya ini tak sengaja membuat anda jatuh, dan mengotori lantai juga pakaian anda dengan kopi. Kenapa harus dihukum? "
Gadis berhijab bernama Ghania itu menoleh kearah Marko, dan menyipitkan matanya.
"Oke, saya beritahu. Hari rabu lalu pukul setengah sembilan pagi, 500 meter dari kafe ini. Sebuah mobil Maybach hitam dengan plat nomor B 82 NJL melaju tanpa menghiraukan genangan air dan mengotori saya yang sedang berjalan ditrotoar. Dan ditambah dengan hari ini, saya dibuat jatuh karena kaki pemilik mobil maybach itu. "
Marko dan Sabran kompak menoleh kearah Kemal yang hanya menaikkan satu alisnya mendengar penuturan gadis cantik didepannya.
"Oke, saya ngaku salah. Tapi saya tidak bersedia menerima hukuman dari anda. Berapa kerugian yang kamu derita ?"
"Saya, tidak butuh uang anda, tuan! Saya hanya ingin tuan membantu saya membersihkan lantai ini. " jawab Ghania tegas seakan tak terbantahkan.
"Anda tak bisa seperti itu, nona! Teman saya ini bukan orang biasa. " Marko masih berusaha protes, namun Ghania malah memberinua tatapan tajam.
"Kalau dia bukan orang biasa, apakah dia mahluk asral temannya genduruwo? " balas Ghania membuat Sabran menahan tawanya dan Marko tersedak air liurnya karena menahan tawa.
Kemal mendengus kesal, lalu meraih gagang alat pel dari tangan Ghania," Oke, saya akan bersihkan lantai ini, puas? "
Ghania hanya mengangkat bahunya dan mendekatan ember berisi air bercampur desipektan ke kaki Kemal.
Sementara Marko dan Sabran menonton adegan romantis itu sembari menahan rasa tak percaya.
Seorang pemilik perusahaan keamanan dan Teknologi mengepel lantai kafe dibawah pengawasan seorang gadis cantik tapi galak.
"Mau bertaruh? " bisik Sabran
"Bertaruh apa? "
"Satu hari nanti, mereka akan jadi pasangan kekasih. "
"Tidak mungkin. Gadis itu bukan type yang dicari Kemal. " Marko menyangkal pendapat temannya ini.
"Jodoh dan cinta itu, tidak ada yang tahu, bro. "
"Tapi aneh juga sih. Seorang Kemal yang terkenal angkuh dan brengsek bisa nurut sama seorang gadis yang baru di lihatnya. "
"Itulah misterinya. Jodoh nggak ada yang tahu. " Sabran berkata sembari tersenyum melihat bagaimana Kemal bekerja mengikuti intruksi dari seorang gadis.
Biasanya pria itu memerintah orang, kali ini dirinya yang diperintah orang, satu pemandangan yang luar biasa
Sementara karyawan kafe lainnya sibuk berbisik - bisik mengomentari apa yang dilakukan Ghania. Ditambah pengunjung kafe yang masih bertahan untuk melihat dan menjadi penonton adegan seorang pria tampan membersihkan lantai.
Ternyata membersihkan lantai dari tumpahan kopi tidaklah semudah yang dipikirkan Kemal.
Butuh waktu setengah jam untuk membuat lantai tak lagi lengket karena noda kopi.
Ghania tersenyum tipis melihat lantai kafenya sudah kembali bersih. Dan Kemal mengelap keringat di keningnya.
"Sudah bersih. Selesai hukuman saya."Kemal memberikan gagang alat pel kembali ke Ghania dengan sedikit kasar, "Dan soal percikan air dijalan. Saya minta maaf, karena tidak melihat ada orang di trotoar. "
Setelah berkata seperti itu, Kemal meninggalkan kafe tersebut di ikuti kedua temannya Marko dan Sabran.
"La, kamu berani banget nyuruh pria setampan itu ngepel. " Shania teman Ghania di kafe langsung menghampiri gadis itu.
"Emang kenapa? Memangnya pria tampan tidak boleh ngepel? " sahut Ghania Syaqilla sembari membereskan piring dan gelas bekas makan Kemal.
"Bukan. Karena yang kamu suruh ngepel tadi itu, Kemal Aldino Fawaz, boss pemilik Kemal Compeny. "
"Terus aku harus bilang, wow? Kalau dia boss, bukan berarti dia bisa seenaknya kan. "
Shania kesal sendiri berbicara pada Ghania sigadis keras kepala," Lagian kamu itu, owner kafe ini. Kenapa mengambil tugasnya Seno sih. "
"Karena aku suka. " jawab Ghania sembari memindahkan nampan berisi gelas dan piring kotor ke tangan Seno.
"Tolong ya mas Seno. Ember dan temannya ini dibawa sekalian ke belakang. "
"Baik mbak Qilla. " Seno mengangguk dan mengerjakan apa yang diminta Ghania Syaqilla si pemilik kafe Marfosa.
Ghania lalu mengambil jaket dan tas cangklongnya bersiap untuk pulang.
" Pulang dengan siapa, la? Bareng aku aja. " Shania menawarkan diri namun Ghania atau yang biasa di panggil Qilla itu malah menggeleng.
"Aku pake motor tadi. "
"Kenapa nggak beli mobil aja sih, la. "
"Aku belum memerlukannya . Masih nyaman pakai motor. "
"Tapi Kuningan ke Bekasi itu jauh loh, la. Apalagi malam begini "
"Nggak apa. Dinikmati aja. "sahut Qilla sembari tersenyum manis dan menepuk bahu temannya itu," Aku pulang duluan ya. Kasihan ibuku dirumah nggak ada temannya. "
"Oke, hati-hati, la. Salam buat ibu. "
"Walaikumsalam, nanti aku sampaikan. " Ghania Syaqilla mengangguk lalu beranjak menuju pintu," Buat lainnya. Aku pulang duluan ya. Jangan lupa semua pintu dan jendela pastikan terkunci dengan baik, tidak ada kompor dan kran air yang menyala. "
"Siap mbak Qilla. "
"Hati-hati dijalan, mbak Qilla. "
"Iya, terima kasih. Assalamualaikum."
"Walaikumsalam. "
Ghania Syaqilla lalu keluar dari kafe dan berjalan menuju tempat parkir karyawan kafe. Menyalakan motor maticnya lalu melajukannya di jalan yang mulai lenggang di pukul setengah duabelas malam.
Arah kerumah Ghania memang menuju pinggir kota Jakarta yang lumayan sepi.
Gadis itu melajukan motornya dalam kecepatan yang standart karena kondisi jalan yang tidak begitu terang karena sebagian lampu jalan mati. Juga masih banyak lubang di jalan yang sudah hampir dua tahun rusak tidak juga kunjung diperbaiki.
Tiba-tiba Ghania merasa ada mengikutinya, dari kaca spion dia bisa melihat sebuah mobil menerangi jalannya. Mobil itu seperti sedang menemaninya, karena saat Ghania memberi jalan mobil tersebut tidak mendahuluinya, tapi tetap berada di belakang motor yang dikendarainya.
Hingga akhirnya motor yang dikemudikan Ghania berbelok kearah perkampungan penduduk dan mobil itu pun mengambil jalan kekanan yang mengarah kembali ke kota Jakarta.
Ghania tersenyum saat sudah sampai di halaman rumah sederhana yang ditempatinya bertiga dengan ibu dan seorang adik perempuan.
"Siapa pun kamu. Semoga Allah membalas kebaikanmu tadi. Terima kasih sudah menemaniku. " ucap gadis itu pelan sebelum masuk kedalam rumah.
************
"Bila ada yang bilang, cinta itu misteri tak akan ada yang menyangkalnya. "_______________________________________Kemal memperhatikan dengan teliti berkas yang diberikan oleh asistennya.Berkas pribadi seorang gadis bernama Ghania Syaqilla Rasyid, berusia 24 tahun, lulusan fakultas Psikologi Anak, Universitas Riyadh, Uni Emirate Arab melalui jalur Beasiswa. Ayahnya Abdulloh Ar Rasyid seorang terkemuka di kampung tempat tinggal dan sekitarnya namun sudah meninggal dunia setahun yang lalu. Abdulloh Ar Rasyid memiliki kelompok pengajian yang cukup dikenal banyak orang."Namanya Ghania Syaqilla. Cantik tapi sangat galak. Ternyata dia pemilik kafe Marfosa , lalu kenapa dia malah ngepel lantai? " Kemal menaikkan satu alis matanya mengingat kejadian malam itu.Sebenarnya kalau dipikirkan sangatlah lucu. Dirinya yang dikenal angkuh bisa begitu mudahnya menuruti permintaan seorang gadis
"Kadang sepi jadi sahabat yang paling mengerti. Bahwa sunyi merupakan bagian dari hal yang paling memahami. "_______________________________________ Awan kelabu masih menggantung di ujung langit, saat Ghania melangkah memasuki peron stasiun kereta api di Bekasi. Ikut berdiri didalam antrian penumpang KRL yang rata-rata adalah orang-orang yang mengantungkan hidupnya di perusahaan, mall atau warung makan di ibukota negara, kota Jakarta. Saat peluit petugas stasiun berbunyi. Ghania dengan cepat berjalan menuju peron. Melewati kerumunan wanita dengan seragam yang sama asik mengobrol tentang berita salah satu artis terkenal yang ditinggal oleh tunanganya yang menikahi artis lainnya. Melewati beberapa pria dengan kemeja rapi dan dasi menghiasi lehernya, tampak gagah dan tampan. Terbaca di idcard yang tergantung di leher, kalau mereka adalah karyawan bagian pemasaran disebuah perusahaan retail.
"Jalan takdir seseorang tak ada yang bisa mengetahuinya kecuali si pembuat takdir itu sendiri."_______________________________________Hari sabtu selepas sholat Dhuha. Ghania bersiap untuk menghadiri acara akad nikah Nissa yang dilaksanakan disalah satu hotel di jalan Hayam Wuruk.Mengenakan gamis warna hijau botol berpotongan A dengan bahan yang lembut dan jatuh dipadu dengan pasmina model plisket warna abu-abu rokok membuat tampilan Ghania terlihat lebih anggun dan semakin cantik.Dan Arlena berjanji akan menjemputnya untuk bisa pergi bersama keacara pernikahan tersebut. Tepat pukul sepuluh pagi, mobil Agya berwarna merah parkir didepan rumah Ghania yang sederhana dengan halaman yang ditanami pohon buah seperti mangga manalagi, jambu air dan mlinjo."Mak, Qilla pergi dulu ya." Pamit Ghania pada wanita paruh baya yang mengantarnya hingga teras. Ibu Maesarah mengangguk dan mencium kening putrinya
"Aku kadang berpikir untuk pergi tapi kaki ini tak bisa diajak untuk berlari. Akhirnya aku hanya bisa diam di sini, menunggu hal yang tak pasti akan terjadi."_______________________________________ Kemal menghentikan mobilnya di parkiran sebuah restoran yang terletak di kawasan Ancol. Sebuah restoran yang terkenal dengan hidangan laut dan menu western juga Chinese-nya. "Kok, ke sini?" Ghania menoleh kearah Kemal yang sudah melepas safety belt-nya. "Aku lapar. Kalau kau tak lapar, maka temanin aku makan." "Kenapa aku harus menemanimu makan. Memangnya kau tak bisa makan sendirian?" "Aku hanya tidak mau, meninggalkanmu di mobil sementara perutmu berbunyi menyuarakan musik lapar. Bisa-bisa kamu pingsan lagi," balas Kemal sembari membuka pintu dan turun dari mobil,"Ayo, turun. Aku hanya mengajakmu makan. Bukan mengajakmu untuk ngamar." "Dasar mesum," decih Ghania yang disambut tawa oleh Kemal. Senyum dan tawa pria ini sangat seks
"Seberapa kuatnya kamu, pasti ada saatnya kamu akan melemah karena hatimu sedang tidak baik-baik saja. "_______________________________________ Ketika sang surya bangun dari ranjangnya kembalilah si cantik arunika yang cahayanya menyeruak dibalik segarnya dedaunan pagi. Ghania merentangkan kedua tangannya menikmati segarnya udara pagi di kampungnya yang masih terbilang asri dengan pepohonan rindang yang masih banyak berdiri tegak di pinggir jalan. "Mak, kemungkinan qilla bisa nginap di kafe malam ini. Karena pasien Qilla banyak sekali hari ini . Juga Qilla harus menyelesaikan laporan keuangan dikafe karena ini mendekati akhir bulan. " Qilla berkata sembari mengikat tali sepatu sneakers putihnya. Emak Maesarah mengangguk sembari menyuapkan sesendok nasi uduk ke mulut Ghania juga Khanza. Ini satu kebiasaan yang selalu dilakukan emak sejak Ghania masih kanak-kanak. Menyuapi putrinya sambil bermain, belajar atau han
"Kupinjam bahumu sesaat, untuk merebahkan kepalaku agar reda suara tangis di hatiku. "_______________________________________ Sedang asik berjalan sembari mengenang kembali kejadian konyol dimasa kecilnya terkait mitos pohon beringin, Ghania merasa ada yang mengikutinya. Tiba-tiba ada yang mencekal tangannya membuat Ghania terkejut. Gadis itu segera menoleh kebelakang dan seketika jeritannya pun keluar. "Waaaaa... Emak! " Tampak seorang pria berwajah kotor karena debu memengangi tangannya sembari tertawa. Seketika rasa takut memguasai diri Ghania. Gadis itu berusaha melepaskan cekalan tangan pria tak dikenal itu. "Mau kemana lagi, neng. Ayo, kita pulang,"ucap pria itu tetap memegang tangan Ghania. "Saya bisa pulang sendiri. Tolong, lepasin tangan saya." Ghania berkata dengan wajah yang pucat.
"Orang lebih banyak percaya apa yang dilihat dari pada apa yang di dengarnya. Namun hanya mendengar pun tak, baik tanpa melihat buktinya secara langsung. "_______________________________________Udara hangat dan cahaya yang cukup terang membuat Ghania mengerjapkan kedua matanya.Gadis itu menggeliat dan tersipu sendiri saat menyadari kalau semalaman dia sudah membuat pangkuan Kemal menjadi bantal.Dan terasa hangat karena jaket milik pria itu yang menyelimutinya.Ghania lalu bangun dari tidurnya, namun saat menegakkan tubuhnya. Jantung gadis itu serasa akan lepas dari tempatnya.Kedua matanya membola dengan wajah bingungnya. Segera dibangunkannya Kemal yang masih tertidur dalam posisi duduknya."Mal, Kemal! Bangun. Kita jadi tontonan orang. "ucap Ghania lirih sembari menarik-narik kaus yang dipakai pria ituGerakan
"Menikah itu adalah nasib, mencintai adalah takdir. Kamu bisa berencana menikah dengan siapa saja. Namun kau tak bisa rencanakan cintamu pada siapa."_______________________________________Kemal tampak berada di sebuah toko perhiasan, disebuah mall. Ikut bersamanya kedua teman dekat juga salah seorang pegawai di kantor kepala desa. Untuk memastikan Kemal tidak menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri.Kemal memilih seuntai kalung dari bahan emas putih 24 karat dengan liontin berbentuk matahari sebagai mas kawinnya. Pria itu tak memilih cincin karena tak mengetahui ukuran jari tangan Ghania. Dan seperangkat perlengkapan sholat sebagai pendampingnya. Tak lupa pria itu juga membeli baju koko dan celana bahan beserta peci berwarna hitam untuk dirinya.Dia lalu menyeret Sabran untuk menemaninya masuk ke toko yang menjual baju muslimah. Dia ingin membelikan Ghania gamis untuk akad nikah nanti. Selembar gamis berbahan Maxmara atau sering disebut sutr
"Air dan darah, bagaikan ikatan keluarga dan pertemanan. Dimana darah akan lebih kental dari air namun kadang kala, malah air yang lebih bisa menyatukan."***Kemal diam, pria itu bergeming sedikit pun menunggu apa yang akan disampaikan ibu mertuanya. Jujur dia merasakan sesuatu yang sangat dekat dengannya saat menatap kedua mata Khansa yang bernetra coklat terang dengan garis wajah sama seperti garis wajah wanita Arab dengan sepasang garis rahang yang kokoh.Sementara Ghania juga tampak serius, walau dia sendiri tahu apa yang akan di ceritakan sang ibu, namun wanita cantik itu tak rela bila dirinya dikatakan berneda dengan sang adik."Khansa dan Ghania sama sekali tak memiliki ikatan darah karena pernikahan, juga dengan persusuan. Karena Khansa adalah anak yang saya rawat sejak usia satu tahun.""Jadi Khansa itu anak adopsi, Bu?""Bukan adopsi sih, lebih tepatnya anak angkat. Kalau adopsi kan, Khansa di temukan oleh Ghania dan ayahnya
"Masa depan tak akan pernah lepas dari masa lalu. Karena dari masa lalu kita akan banyak belajar untuk tidak mengulang apa yang etrjadi di masa lalu."***Kemal tampak memperhatikan gadis kecil yang tengah bermain bersama temannya. Wajah polos dengan di bingkai kerudung berwarna pink dihiasi gambar strawberry tampak bahagia. Tawa dengan menampilkan deretan gigi mentimun yang berjejer rapi membuat siapa yang melihat pasti akan ikut tertawa."Yaaahh, kepala barbienya copot!" seru Khansa dengan wajah sedih."Kamu kalau sisirin rambutnya jangan kuat-kuat, copot kan kepalanya," omel Khansa pada Tiara teman mainnya."Maaf, Khansa. Tiara ndak sengaja. Biar Tiara bawa pulang saja dulu, nanti di perbaiki sama bunda," jawab Tiara dengan wajah bersalah."Tidak usah di bawa pulang, sini kakak perbaiki bonekanya," kata Ghania yang baru keluar dari dapur dengan membawa secangkir teh untuk suaminya, lalu mengambil boneka di tangan Tiara."Terima kasih, Kak
"Satu kenyataan pahit tak bisa di elakkan jika itu berasal dari sebuah penggalan masa lalu yang mengawali adanya masa depan."*****Kemal hanya bisa menunduk, kedua tangannya mengepal menahan amarah yang tiba-tiba meluap begitu saja. Setelah mendengarkan rekaman yang diberikan oleh mantan sekretaris almarhum sang kakak, Kemal bagai ditampar dengan begitu kerasnya."Jadi, kecelakaan yang dialami kak Khalid bukan murni kecelakaan? dia sengaja di bunuh demi tahta Fawaz Corp. Lalu ada rahasia besar apa sebenarnya yang melibatkan diriku, hingga kak Khalid begitu ingin menutupinya dari tante Shimar?" tanya Kemal seakan berbicara pada diri sendiri."Kecelakaan yang salah sasaran!" sahut Zahir dan diangguki oleh Kemal.Didepannya duduk paman Zahir yang merupakan sahabat ayah juga paman Farid. Pria berusia baya itu menatap kearah Kemal dengan iba."Khalid tahu siapa yang membuat ibumu bunuh diri, dan ternyata itu bukan Fawaz Al Hadid," ujap Zah
"Sebuah cerita baru akan dikatakan lengkap saat ada awalan juga akhirannya. Dan apapun warnanya, itulah sebuah jalan cerita dari kisah hidup anak manusia."*****Kemal melajukan mobilnya kearah markas kelompok bawah tanah miliknya yang biasa di sebut dengan rumah hijau. Berita dari Sammy membuatnya ingin mematahkan leher seseorang dan itu pastinya Dinero si rubah hitam yang masih ingin merebut jalur bisnis bawah tanah milik Kemal Fawaz Corp.Memarkir mobil ditempat khusus dan langsung masuk kerumah yang disekelilinganya di tumbuhi tanaman rambat dan pohon berukuran besar. Marco dan Lexi yang sudah menunggu langsung menyambut bossnya ini.Kemal menatap penuh amarah pada dua pria yang duduk dikurisi dengan tangan yang terikat kebelakang. Wajah mereka menyiratkan ketakutan dan kekhawatiran terhadap nasib mereka."Dinero lagi! kenapa dia selalu menyuruh kelinci untuk masuk ke kandang harimau? Dan kalian berdua! sudah siap mati
"Ayah adalah panutan anak, tapi tak hal itu tak berlaku sama jika seorang anak tak lagi memandang ayahnya sebagai ayah."*****Kemal dengan terpaksa menemui ayahnya untuk mengadukan prilaku dari salah satu wanita penghuni hareem milik pria tua itu. Sebenarnya dia enggan untuk berurusan dengan sang ayah, karena Kemal tak mau di kekang oleh ayahnya. Bahkan saat tuan Fawaz menawarkan Fawas Corp, Kemal terang-terangan menolak, dia lebih suka menjalankan bisnis dibawah namanya sendiri.Karena dengan begitu dia bisa memiliki kuasa atas semuanya, tak perlu berbagi pada siapa pun termasuk si adik dari istri ketiga ayahnya yang sangat berambisi ingin menguasai semua harta Fawas Al Hadid."Apa kamu punya bukti kalau Zahira yang menjadi dalang atas penculikan istrimu?"tanya tuan Fawaz dengan pandangan menyelidik.Kemal menunjukkan beberapa photo seorang wanita bersama pria yang berbeda yang salah satunya ada
"Sikap tenangmu membuatku tenang, ketakutanmu adalah lebih menakutkan. Aku tak ingin kau menjadi takut karena aku akan selalu ada agar kau tetap merasa tenang." Kemal Aldino Fawaz. ****** Ghania memperhatikan buku-buku jari tangan kanan suaminya yang membekas luka. Seingatnya sewaktu pergi ke jamuan makan malam, tangan kanan suaminya baik-baik saja, tapi kenapa pagi ini sudah ada luka di situ. "Tangan Mas kenapa?" tanya Ghania akhirnya, membuat Kemal menoleh dan menunjukkan tangan kanannya yang terdapat luka memar."Ini?" "Iya ... itu kenapa? Kemarin malam, tangan mas baik-baik saja,"sahut Ghania lalu beralih duduk di sebelah suaminya yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Lalu memandangi sang suami dengan penuh selidik,"Mas habis berantem, ya?" "Hanya mukuli preman yang mencoba membawa pergi istriku," jawab Kemal membuat Ghania kembali mengingat kejadian malam kemarin dan kedua mata wanita cantik itu membola sempurna
"Khawatir dan ketakutan menjadi kunci hilangnya keberanian bila terus di pikirkan. Tapi jika kamu mau, jadilah kuat untuk mengubah takut menjadi berani."*****Arunika menyapa ramah saat sang surya bersiap untuk bergeser dengan sinar hangatnya. Dersik serenata mengalun pelan diantara tarikan halus nafas dua insan yang saling mendekap penuh hangat. Emosi semalam luruh dengan wangi aroma petrikor yang menguar dari celah pintu balkon yang sedikit terbuka. Menghamburkan udara dingin habis hujan semalam.Ghania mengeliat saat mendengar alarm ponselnya berbunyi, dengan sedikit sulit dia mengulurkan tangannya agar bisa menggapai ponsel yang berada diatas meja nakas. Gerakannya membuat pria kekar disebelahnya malah semakin mengeratkan pelukan dan menempelkan wajah tampan khas Timur Tengahnya di dada penuh milik Ghania, istrinya."Mas ... Mas Kemal! Bangun dulu, kita belum sholat subuh,"ucap Ghania sembari
"Kebencian dapat mematikan hati nurani, membutakan mata untuk melihat satu kebenaran diantara ribuan kebohongan." ******** Di salah satu ruangan direksi gedung Fawaz Corp lantai 7, tampak seorang wanita dengan wajah cantik khas Timur Tengah dengan tatanan rambut yang di sanggul tinggi menunjukkan kelas sosialnya. Usianya diperkirakan berada di tengah usia 30 an tahun. Ekspresi kesal tampak sekali terlihat diwajah cantik itu, duduk di dekatnya seorang pria berperawakan besar dengan jambang yang menghiasi rahang kokohnya. Keduanya terlihat sangat serius, bahkan si wanita beberapa kali terdengar kata makian dari bibirnya yang di poles lipstik warna merah menyala. "Kenapa gagal lagi, apakah kamu tak mengirim semua anak buahmu untuk memperdaya Kemal?" "Anak buahku tak sebanyak anak buah Boss Kemal Corp itu. Yang memiliki kemampuan beladiri, inteligen dan IT yang merupakan kekuatan mereka."
"Aku tidak memiliki kekuatan dan kebaikan seperti itu. Jika aku melakukannya, aku akan lebih berbelas kasih daripada Tuhan, percayalah." Don Pito Carleone - The Godfather Movie ***** Kemal memperhatikan dokter Farhan memeriksa kondisi istrinya yang belum juga siuman daripingsannya. Menurut hasil pemeriksaan, Ghania terlalu banyak menghirup obat bius sehingga membuatnya tertidur dengan tanpa merasakan apa-apa. Wajah Kemal masih terlihat menakutkan, dingin juga kejam. Sorot mata bernetra biru tua itu sangat tajam mengawasi dokter yang tak lain adik sepupunya ini. Walau marko bersama tim kerjanya berhasil meringkus semua penjahat yang menculik istrinya, tapi pria itu belum merasa senang karena istrinya masih dalam kondisi mengkhawatirkan. "Bagaimana?"Tanya Kemal begitu Farhan selesai dengan pemeriksaannya, dokter muda itu meminta kepada asistennya untuk memasangkan infus di punggung tangan Ghania untuk menetralisir efek obat biu