"Seberapa kuatnya kamu, pasti ada saatnya kamu akan melemah karena hatimu sedang tidak baik-baik saja. "
_______________________________________Ketika sang surya bangun dari ranjangnya kembalilah si cantik arunika yang cahayanya menyeruak dibalik segarnya dedaunan pagi.
Ghania merentangkan kedua tangannya menikmati segarnya udara pagi di kampungnya yang masih terbilang asri dengan pepohonan rindang yang masih banyak berdiri tegak di pinggir jalan.
"Mak, kemungkinan qilla bisa nginap di kafe malam ini. Karena pasien Qilla banyak sekali hari ini . Juga Qilla harus menyelesaikan laporan keuangan dikafe karena ini mendekati akhir bulan. " Qilla berkata sembari mengikat tali sepatu sneakers putihnya.
Emak Maesarah mengangguk sembari menyuapkan sesendok nasi uduk ke mulut Ghania juga Khanza. Ini satu kebiasaan yang selalu dilakukan emak sejak Ghania masih kanak-kanak. Menyuapi putrinya sambil bermain, belajar atau hanya sekedar menonton kartun di tv.
Dan Ghania pun tak menolak walau dirinya sudah bisa dibilang dewasa. Namun tetap masih sering di suapi ibunya.
"Jangan terlalu lelah bekerja, nak. Mencari uang itu penting, tapi kesehatan juga penting, nak. " emak menyodorkan gelas berisi teh manis hangat ke Ghania yang langsung meminumnya hingga habis.
"Ghania, kan harus banyak nyimpan uang, mak. Biaya kuliah S2 di Kairo cukup mahal. "
"Kamu tetap ingin kuliah di Kairo, nak ?" mak Maemunah menatap wajah putrinya. Guratan halus sudah terlihat di wajah wanita paruh baya ini. Namun kelembutannya masih sangat terlihat dan bisa dirasakan.
Ghania memakai tas punggungnya, lalu membingkai wajah ibunya dengan kedua tangan. " Kuliah di Al Azhar adalah impian Ghania juga harapan almarhum ayah. Ghania tak ingin mengecewakan ayah. Lagi pula hanya dua tahun, mak. Dan itu nggak lama. " Ghania mencium kening emaknya penuh sayang.
Emak tersenyum dan balas mencium kening putrinya. Wanita itu sangat paham akan sifat keras kepala putrinya . Kemauannya sangat kuat dan konsisten apalagi menyangkut pendidikan.
"Iya, emak paham. Emak berharap kamu bisa menggapai impian itu dengan sangat baik. "
"Aamiin. Terima kasih, mak. Ghania pergi dulu ya, mak. "
Emak mengangguk saat Ghania mencium punggung tangannya dan Ghania pun ganti memanggil Khanza adiknya yang sudah rapi dengan seragam TKnya.
"Ayo, Khanza. Nanti kamu terlambat! Itu sudah dipanggil sama Kaira."
Khanza berlari mendekat, bocah cantik itu tampak semakin lucu dengan tas bentuk beruang yang menempel di punggungnya.
Emak juga Ghania mencium kening Khanza. " Kakak. Khanza bisa minta dibelikan mainan masak-masakan? "
"Bisa, asal Khanza patuh sama emak. Dan tidak nakal. Mengajinya nggal boleh bolong. "
"Oke, kak," sahut Khanza dengan riang lalu mencium tangan dua wanita yang sangat menyayanginya. Bocah itu lalu menggandeng tangan kakaknya dan berjalan menuju pintu.
Setelah mengantar Khanza juga temannya Kaira ke sekolah, Ghania melajukan motornya kearah Jakarta.
Udara yang cerah menambah semangat gadis itu bertemu dengan pasien-pasien kecilnya. Ghania sangat menyukai peketjaannya sebagai psikolog anak. Banyak hal yang bisa dia dapat dari tingkah polos anak-anak yang menggemaskan tapi juga kadang sedikit membuat kesal.
Butuh waktu hampir satu jam buat Ghania sampai di rumah sakit Ananda. Karena ada insiden kecelakaan dijalan membuat perjalanannya terganggu karena kemacetan arus lalu lintas.
Ghania melempar senyum kesemua orang yang berpapasan dengannya, tak terkecuali petugas keamanan juga petugas kebersihan yang menyapanya dengan ramah.
Ghania pun langsung menuju keruangan khusus perawatan anak yang mengalami gangguan psikis untuk bertemu dengan pasien-pasien kecilnya.
******
Seperti yang dia katakan pada emak pagi tadi, sepulang dari rumah sakit Ghania langsung pergi ke kafe untuk mengecek laporan keuangan yang selalu dia lakukan pada akhir bulan. Tak lupa gadis itu juga meminta karyawan yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan bahan makanan juga minuman untuk memberinya laporan.
Tepat pukul sepuluh malam, mereka pun selesai dengan pekerjaan mereka. Ghania langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur lipat yang sengaja dia pasang diruang kerjanya untuk beristirahat.
Tapi sayang, matanya tak juga mau terpejam. Bayangan wajah terkejut Harris saat melihatnya diacara pernikahan pria itu masih tergambar jelas di memory otaknya.
"Kenapa kau tak berkabar soal ini. Selama tujuh tahun. Aku tutup hatiku dari pria lain demi menunggu kepastian darimu. Harris, kamu sungguh keterlaluan dengan membiarkan aku seperti orang dungu menunggu kabar darimu. Sementara kau malah menyiapkan pernikahanmu dengan gadis lain."lirihnya menahan airmata yang siap tumpah.
Diambilnya ponsel lalu membuka file photo untuk memastikan kalau photo Harris sudah benar-benar hilang dari memory ponselnya.
Sebuah pesan belum terbaca menarik perhatian mata indah gadis itu.
Nomor tanpa nama, penasaran dibukanya aplikasi pesan berwarna hijau dan membaca pesan itu.
081152xxxxxx
Assalamualaikum killa. Aku Harris.081152xxxxxx
Aku tadi mencarimu tapi kata Arleena kamu sudah pulang karena ada panggilan dari rumah sakit.081152xxxxxx
Aku juga tadi menelphonemu. Tapi ponselmu mati.081152xxxxxx
Kila. Bisa kita ketemu. Aku ingin minta maaf dan menjelaskan semua.Ghania menghela nafasnya, lalu menghapus semua pesan dan memblokir nomor tersebut.
Dirinya merasa apa yang dilakukan Harris teramat menyakiti dirinya.
Dia bertekad menghapus semua hal yang menyangkut pria itu, termasuk perasaan sukanya.Ghania merasa lapar, namun dia ingin makan ramen yanh dijual di resto masakan Jepang yang berseberangan dengan kafe miliknya.
Gadis itu lalu memgenakan hoodie dan memasukkan dompet kecilnya ke saku celana training yang dia pakai.
Dengan hanya mengenakan sandal jepit, Ghania turun ke lantai satu. Berpamitan pada pak Hasan penjaga malam di kafenya .
Ghania menyusuri trotoar lebar itu lalu menyeberang jalan menuju rest masakan Jepang yang baru tutup pukul 12 malam.
Ghania memesan ramen pedas dan jus mangga . Lalu memilih duduk dikursi dekat jendela kaca.
Disekelilingnya banyak pasangan muda mudi yang menikmati makan mereka.
Ghania lalu memalingkan pandangannya ke luar jendela. Jalan Rasuna Said, Kuningan masih tampak ramai dengan hilir mudiknya kendaraan.
Wangi aroma ramen yang baru diletakkan di hadapannya menggoda Ghania untuk segera memakannya.
Berkali-kali gadis itu menyapu keningnya yang berkeringat karena rasa pedas makanan kesukaan si hokage Naruto Uzamaki itu.
Kenyang dengan ramen dan jus mangga. Kini Ghania beralih ke minimarket 24 jam yang jaraknya sekitar 100 m dari resto Jepang itu.
Niatnya ingin mencari cemilan buat teman nonton drama China. Hawa sejuk langsung menyapanya saat membuka pintu mini markert itu.
Segera di tujunya rak cemilan, tak lupa dua bungkus permen coklat kesukaannya dan jus buah kemasan.
Setelah membayar semuanya, Ghania pun berjalan keluar sembari mengunyah permen coklatmya.
Namun tiba-tiba seseorang menabraknya membuat dirinya terhuyung dan hampir jatuh kalau saja tidak ada tangan yang menariknya.
"Kemal! "pekik Ghania kaget. Sementara Kemal yang juga sama kagetnya segera menarik tangan Ghania untuk bersembunyi di mini market yang barusan dimasuki Ghania.
Dari dinding kaca mini market itu, Ghania bisa melihat beberapa orang pria bertampang sangar tampak berlari dan sempat berhenti dengan ekspresi bingung.
Salah satu dari mereka berniat masuk ke mini market tapi urung karena rekannya menyuruhnya untuk mencari diseberang jalan.
Setelah dirasa aman, mereka pun keluar dari mini market. Sebelumnya Kemal membayar sebotol air mineral yang diminumnya tadi.
"Kamu ngapain, malam-malam keluyuran. Janjian lagi sama temanmu." Kemal berkata sembari pandangannya menoleh ke Ghania yang berjalan di sampinngnya.
"Aku abis belanja di mini market itu?"
"Tapi sudah bayarkan? Karena kasirnya tadi melihatmu dengan tatapan aneh. "
"Sialan. Memangnya wajahku terlihat seperti wajah penghutang. Kamu it ...."
Belum sempat Ghania menyelesaikan perkataannya. Kemal sudah menariknya untuk berlindung di salah satu sisi mobil yang terparkir.
Hingga suara-suara pencari pria itu menghilang. Dengan cepat Kemal kembali menarik tangan Ghania dan mengajak gadis itu untuk berlari menuju kafe Marfosa milik Ghania.
Pak Hasan yang melihat majikannya berlari langsung berdiri menyongsongnya.
"Ada apa, mbak! Kok lari-lari? "
Ghania tampak mengatur nafasnya sebelum menjawab pertanyaan pak Hasan.
"Nggak ada apa-apa, pak. Hanya pengen lari malam saja. " jawab Ghania yang lalu masuk ke kafe bersama Kemal di ikuti pak Hasan.
Ghania menyalakan lampu ruang dalam kafenya dan segera membuatkan Kemal minum.
Sementara pak Hasan naik kelantai dua untuk memeriksa keadaan disana.
"Kamu ngapain sih lari-lari. Lagi main polisi ama penjahat? "tanya Ghania sembari meletakkan cangkir berisi coppucino ke meja di hadapan Kemal.
"Bukan, lagi syuting film india. " Kemal menjawab asal pertanyaan Ghania sembari menyerumput kopi panasnya perlahan.
"Bisa dipastikan, nggak ada yang nonton. Karena sekarang lagi booming drakor dan dracin. "
"Memang aku pikirin." sahut Kemal sembari menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Jujur deh. Tadi kamu itu ngapain? Kok dikejar sama mereka? Jangan-jangan kamu nyopet, ya?"
Kemal dengan kejam menyentil kening mulus Ghania hingga membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Tadi itu kelompok preman yang kesal karena aku pergoki sedang malak sopir mobil boks. " Jawaban Kemal tentu saja bohong. Dia tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada gadis yang belum lama dikenalnya ini.
"Ohhh. Baguslah. Jadi aku nggak perlu buat BAP dikantor polisi karena melindungi pencopet."
Sekali lagi Ghania merasakan pedihnya sentilan jari Kemal di keningnya.
"Kalau aku sampai geger otak. Aku minta kamu membayar semua ongkos perawatannya. "
"Lebay. "jawab Kemal santai lalu kembali bersandar di kursi. Tampak pria itu menelphone seseorang.
"Jemput aku di kafe Morfosa. "
Hanya sebaris kalimat itu saja. Namun membuat Ghania lega. Karena dipikirnya Kemal akan ikut menginap dikafenya. Kalau sampai terjadi, apa kata karyaeannya nanti.
Bossnya diam-diam memasukkan seorang pria yang bukan muhrim atau pasangan halalnya ke kafe dimalam hari.
"Kafe kamu hanya dijaga oleh satu orang?"
"Iya, kalau kebanyakan aku nggak kuat bayar." sahut Ghania sembari memakan cemilannya berupa keripik jagung.
"Kamu sendiri kenapa nggak pulang?"
"Aku baru selesai rapat membereskan laporan akhir bulan. Mau pulang sudah kemalaman. Lagi pula besok aku dinas pagi. "
Kemal kembali memejamkan matanya. Dan Ghania asik dengan cemilannya. Dia tak perduli jika Kemal terganggu dengan suara kriuk kriuk dari mulutnya.
Pandangan gadis itu tertuju pada layar ponsel miliknya yang menampilkan drama China Oh My Emperor. Fokus dengan aksi konyol Zhou Lusi. Hingga tak memperdulikan Kemal yang duduk disebelahnya.
Dan Kemal hanya melirik sesaat kearah gadis imut itu. Dirinya pun malas untuk berdebat . Dia lebih memilih kembali memejamkan matanya dengan kaki yang dinaikkan kekursi di depannya.
Ponsel Kemal berbunyi, ternyata penjemputnya sudah datang.
Setelahnya Ghania melihat seorang pria masuk ke kafenya . Pria yang juga pernah datang ke kafe bersama Kemal.
"Bagaimana bisa, kamu berurusan dengan mereka. Dan dimana mobilmu?"
"Kalau aku bawa mobil. Tidak nyuruh kamu jemput. Mobilku di parkiran apartemen. Aku bertemu mereka saat baru mau masuk ke apartemen."
"Ceroboh sekali. Apa gunanya kamu memiliki banyak petugas keamanan, kalau tak bisa mengamankan diri."
"Terlalu banyak bicara. Ayo, antar aku pulang. " Kemal berdiri dari kursinya lalu meletakkan tangannya diatas kepala Ghania yang jelas sangat terkejut dengan perlakuam Kemal itu.
"Terima kasih atas kopinya juga tempat istirahatnya."
Ghania hanya mengangguk. Dengan diantar pak Hasan, Kemal dan Marko keluar dari kafe dan masuk kemobil.
**************
Waktu berjalan saat cepat membuat semuanya seakan berlari untuk mengejarnya.
Tak terkecuali Ghania yang semakin disibukkan dengan pekerjaannya sebagai dokter anak dan pemilik kafe.
Sementara Kemal. Sudah hampir dua bulan ini, pria tampan berwajah Timur Tengah itu tak pernah muncul dihadapannya.
Dan Ghania juga tak berkeinginan untuk sekedar mencari tahu. Karena mereka tak pernah bertukar nomor telphone.
Pria itu hanya mengirim dua orang petugas keamanan untuk membantu pak Hasan. Dan berdasarkan info dari Marko, Ghania tak perlu membayar gaji dua orang keamanan itu termasuk pak Hasan. Karena pihak Kemal Corp yang membayar gaji mereka.
Ghania tentu saja tak menolak, alasannya selain tak keluar uang buat menggaji mereka, dia juga merasa kafenya lebih aman dan keren karena ada pengawalnya.
Dan sore ini Ghania berencana pergi ke Bogor untuk bertemu dengan mantan teman SMAnya yang ingin mengajak join patner bisnis konveksi busana muslim.
Dan kebetulan, gadis itu mendapat libur tiga hari dari rumah sakit dan waktu libur tersebut digunakannya untuk mencari peluang bisnis baru sekalian liburan bersama emak juga Khanza adiknya.
Sudah menjadi kebiasaannya menghirup udara segar yang dikeluarkan oleh helai daun. Kali ini buksn daun pohon trambesi atau tabebuya. Namun udara segar dari desau angin yang menyentuh helai daun teh yang ada disekelilingnya.
Kebun seluas satu hektare itu adalah milik ayah temannya yang barusan mengajak bisnis konveksi.
Puas menikmati sejuk dan hijaunya kebun teh. Ghania bersama emak dan Khanza pergi ke kota Bogor dan berencana menginap semalam disana.
Esok pagi dia berencana ke Sukabumi mengunjungi makam kakek dan nenek juga ayahnya bersama emak juga adiknya.
Hampir enam bulan lamanya mereka tak mengunjungi makam ketiganya. Karena untuk bisa ke Sukabumi, Ghania harus menyisihkan pendapatannya di kafe untuk ongkos tranportarsi juga akomodasinya.
Namun sekarang Ghania sudah memiliki gaji tetap sebagai seorang dokter anak. Sehingga dia tak perlu mengurangi saldo dari tabungannya.
**********
"Mak, Ghania mau jalan bentar ke kota. Sekalian Ghania mau ketemu temen yang dinas di rumah sakit di kota. Emak, nggak apa kan Ghania tinggal? " Ghania bertanya sembari merapikan jilbab yang dipakainya.
Gadis itu terlihat santai dengan stelan kulot denim dan kemeja warna salem.
Emak mengangguk, di Sukabumi mereka menginap dirumah adik kandung emak. Sementara keluarga dari ayahnya semua berada di Lembang dan Ciamis.
"Hati-hati dijalan. Dan jangan sampai sore pulangnya."
"Iya, mak. Kalau gitu Ghania pergi sekarang, ya Mak. Assalamualaikum." pamit Ghania sembari mencium punggung tangan emaknya.
Dengan menumpang angkutan kota Ghania langsung menuju rumah sakit dimana dia memiliki janji temu dengan teman baiknya satu kampus yang berdinas sebagai dokter spesialis kandungan.
Banyak hal yang mereka ceritakan, mulai dati cerita semasa kuliah hingga pengalaman bekerja sebagai dokter yang tentunya memiliki banyak warna.
Menjelang sore, Ghania pun berpamitan pulang ke rumah pamannya. Gadis itu menolak saat teman baiknya itu menawarkan untuk mengantarnya.
Ghania memanfaatkan waktu dengan berjalan-jalan di lapangan merdeka yang merupakan alun-alun kota Sukabumi. Lalu menikmati kuliner khas daerah Sukabumi, di pusat kuliner toserba selamat Sukabumi.
Setelahnya Ghania menyusuri trotoar yang rindang dengan naungan pohon beringin dengan akar gantungnya yang menjuntai.
Sebenarnya Ghania sedikit takut kalau melewati pohon ini. Bayangan penunggu pohon besar itu seperti genderuwo atau kuntilanak selalu membayanginya.
Bahkan semasa masih duduk dibangku SD dan SMP setiap kali melewati pohon beringin apalagi berukuran besar.
Dirinya selalu berlari sembari memejamkan mata dan membaca ayat apa saja yang dia hafal walau disiang hari. Dia juga pernah ngompol saat teman sekolahnya menakut-nakuti saat mereka melewati pohon yang penuh dengan cerita mistis itu.
Tiba-tiba lamunan Ghania akan cerita kenangan masa kecil tentang si pohon beringin buyar saat dia merasakan ada yang mencekal tangannya.
Gadis itu segera menoleh kebelakang dan seketika jeritannya pun terdengar.
"Waaaaa... Emak! "
**************
"Kupinjam bahumu sesaat, untuk merebahkan kepalaku agar reda suara tangis di hatiku. "_______________________________________ Sedang asik berjalan sembari mengenang kembali kejadian konyol dimasa kecilnya terkait mitos pohon beringin, Ghania merasa ada yang mengikutinya. Tiba-tiba ada yang mencekal tangannya membuat Ghania terkejut. Gadis itu segera menoleh kebelakang dan seketika jeritannya pun keluar. "Waaaaa... Emak! " Tampak seorang pria berwajah kotor karena debu memengangi tangannya sembari tertawa. Seketika rasa takut memguasai diri Ghania. Gadis itu berusaha melepaskan cekalan tangan pria tak dikenal itu. "Mau kemana lagi, neng. Ayo, kita pulang,"ucap pria itu tetap memegang tangan Ghania. "Saya bisa pulang sendiri. Tolong, lepasin tangan saya." Ghania berkata dengan wajah yang pucat.
"Orang lebih banyak percaya apa yang dilihat dari pada apa yang di dengarnya. Namun hanya mendengar pun tak, baik tanpa melihat buktinya secara langsung. "_______________________________________Udara hangat dan cahaya yang cukup terang membuat Ghania mengerjapkan kedua matanya.Gadis itu menggeliat dan tersipu sendiri saat menyadari kalau semalaman dia sudah membuat pangkuan Kemal menjadi bantal.Dan terasa hangat karena jaket milik pria itu yang menyelimutinya.Ghania lalu bangun dari tidurnya, namun saat menegakkan tubuhnya. Jantung gadis itu serasa akan lepas dari tempatnya.Kedua matanya membola dengan wajah bingungnya. Segera dibangunkannya Kemal yang masih tertidur dalam posisi duduknya."Mal, Kemal! Bangun. Kita jadi tontonan orang. "ucap Ghania lirih sembari menarik-narik kaus yang dipakai pria ituGerakan
"Menikah itu adalah nasib, mencintai adalah takdir. Kamu bisa berencana menikah dengan siapa saja. Namun kau tak bisa rencanakan cintamu pada siapa."_______________________________________Kemal tampak berada di sebuah toko perhiasan, disebuah mall. Ikut bersamanya kedua teman dekat juga salah seorang pegawai di kantor kepala desa. Untuk memastikan Kemal tidak menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri.Kemal memilih seuntai kalung dari bahan emas putih 24 karat dengan liontin berbentuk matahari sebagai mas kawinnya. Pria itu tak memilih cincin karena tak mengetahui ukuran jari tangan Ghania. Dan seperangkat perlengkapan sholat sebagai pendampingnya. Tak lupa pria itu juga membeli baju koko dan celana bahan beserta peci berwarna hitam untuk dirinya.Dia lalu menyeret Sabran untuk menemaninya masuk ke toko yang menjual baju muslimah. Dia ingin membelikan Ghania gamis untuk akad nikah nanti. Selembar gamis berbahan Maxmara atau sering disebut sutr
"Buruk dimata manusia belum tentu buruk dimata Allah begitu juga sebaliknya."_______________________________________ Sementara itu dirumah pak kades, tampak Ghania yang merebahkan kepalanya di bahu emak. Wanita paruh baya itu hampir saja kena serangan jantung saat Sulaiman menjemputnya dan mengabarkan masalah yang sedang dialami putrinya. "Tidak usah menangis, semua sudah terjadi. Ini semua pasti ada campur tangan Allah dalam mewujudkan takdir pernikahanmu. Jangan pernah berprasangka buruk pada siapa pun. Terima dan jalani dengan ikhlas, Insya Allah semua pasti akan menemukan kebahagiaannya. " Suara lembut emak menenangkan putrinya yang sedang galau. Bukan karena dia harus menikah dengan Kemal yang membuatnya galau, tapi latar belakang keluarga pria itu yang membuatnya merasa kecil. Ditambah lagi dia tidak mencintai pria itu. Hatinya masih terpatri pada nama pria la
"Ketika rasa cinta itu hanya tertuju pada Allah, maka Allah akan membalasnya ke keutamaan yang terbaik dari yang baik."****"Gimana sih, cerita sebenarnya, La? " tanya Arleen . Jujur saja , dia sangat penasaran saat sahabatnya itu dengan suara yang putus asa memintanya untuk datang kedesa yang baru kali ini dia datangi.Ghania yang berpindah duduk didekat jendela, menghela nafasnya pelan."Awalnya, kami memang tidak sengaja bertemu. Waktu itu aku lari ketakutan karena dikejar orang gila hingga menabrak Kemal yang entah dari mana datangnya. Lalu Kemal membawaku menjauh dari pria tak waras itu hingga akhirnya kami sadar kalau kami sudah kesasar."Dan memory dikepalanya kembali memutar kejadian sore kemarin hingga pagi harinya. Dimana mereka terbangun karena suara gaduh warga desa yang memergokinya tidur berbantalkan kaki Kemal di sebuah pos ronda di dekat gerbang desa.Dan saat gadis itu mengakhiri ceritany
"Kalimat terindah di dunia melebihi kata Cinta Padamu, adalah Kuterima nikahmu di hadapan Allah dan waliku."_____________________________________Tak terasa waktu semakin berjalan, senja pun beranjak pergi mengantar sang surya kembali keperaduannya yang damai. Dan langit yang tadi berwarna biru kini secara perlahan berubah menjadi gelap bersiap untuk menyambut kehadiran lintang dan rembulan yang akan menerangi gelapnya langit malam.Suasana rumah pak Hidayat pun sudah mulai ramai oleh warga yang ingin menyaksikan pernikahan dadakan itu. Pegawai kantor desa dibantu pemuda setempat sudah mendirikan tenda terpal dihalaman rumah dan menyiapkan sound system. Semua dikerjakan bersama-sama sehingga selesai lebih cepatDan Ghania sendiri masih berada dikamar, gadis itu tampak takjub dengan baju gamis pemberian Kemal sore tadi. Baju gamis yang dia yakin tidak murah harganya dilihat dari
"Pernikahan adalah cara Tuhan menyatukan dua hati yang berbeda. Melembutkan hati yang kaku dan menguatkan hati yang rapuh. Menyatukan segala bentuk perbedaan dalam keharmonisan."______________________________________Kemal lalu menyerahkan mas kawin kepada Ghania, gadis itu menerimanya dan mencium punggung tangan kanan Kemal yang dibalas Kemal dengan mencium puncak kepala Ghania. Kecanggungan tampak sekali terlihat pada gerak tubuh keduanya. Dan siapa pun tak akan mengetahui , kalau mereka tengah bersusah payah meredakan gemuruh di dada mereka.Karena yang mereka lakukan adalah nikah siri dimana pernikahan ini sah di hukum agama namun tidak di hukum negara karena tidak tercatat di catatan sipil atau kantor urusan agama.Mereka bisa mendaftarkan pernikahan mereka dengan melengkapi persyaratan yang sudah ditentukan, sehingga bisa mendapatkan buku nikah sebagai bukti legal atas pernikahan yang merek
"Saat sang Fajar keluar dari peraduan, membuat si cantik arunika pun pergi untuk kembali esok hari lagi ."_______________________________________Semilir angin menimbulkan bunyi generisik diantara dedaunan yang jatuh. Lambaian daun kelapa mengikuti irama angin yang bertiup perlahan. Membawa aroma laut naik kedarat.Kapal-kapal nelayan pun mulai mengembangkan layarnya. Ada yang datang ada juga yang baru pergi. Oleng kekiri dan kekanan, namun tak menjatuhkan pembawanya.Beberapa anak kecil berlarian dengan kaki telanjang tanpa alas, menginjak halusnya pasir pantai untuk menyambut sang ayah yang datang dari lautan.Para istri pun berjalan cepat menuju bibir pantai. Tak mau kalah dari anak-anaknya, para istri pun tak sabar untuk menanyakan kabar kesuami mereka . Apakah tangkapan hari ini cukup untuk makan atau mereka harus kewarung tetangga untuk menakar seliter beras yang dibayarkan kemudian.Ghania menatap aktifita
"Air dan darah, bagaikan ikatan keluarga dan pertemanan. Dimana darah akan lebih kental dari air namun kadang kala, malah air yang lebih bisa menyatukan."***Kemal diam, pria itu bergeming sedikit pun menunggu apa yang akan disampaikan ibu mertuanya. Jujur dia merasakan sesuatu yang sangat dekat dengannya saat menatap kedua mata Khansa yang bernetra coklat terang dengan garis wajah sama seperti garis wajah wanita Arab dengan sepasang garis rahang yang kokoh.Sementara Ghania juga tampak serius, walau dia sendiri tahu apa yang akan di ceritakan sang ibu, namun wanita cantik itu tak rela bila dirinya dikatakan berneda dengan sang adik."Khansa dan Ghania sama sekali tak memiliki ikatan darah karena pernikahan, juga dengan persusuan. Karena Khansa adalah anak yang saya rawat sejak usia satu tahun.""Jadi Khansa itu anak adopsi, Bu?""Bukan adopsi sih, lebih tepatnya anak angkat. Kalau adopsi kan, Khansa di temukan oleh Ghania dan ayahnya
"Masa depan tak akan pernah lepas dari masa lalu. Karena dari masa lalu kita akan banyak belajar untuk tidak mengulang apa yang etrjadi di masa lalu."***Kemal tampak memperhatikan gadis kecil yang tengah bermain bersama temannya. Wajah polos dengan di bingkai kerudung berwarna pink dihiasi gambar strawberry tampak bahagia. Tawa dengan menampilkan deretan gigi mentimun yang berjejer rapi membuat siapa yang melihat pasti akan ikut tertawa."Yaaahh, kepala barbienya copot!" seru Khansa dengan wajah sedih."Kamu kalau sisirin rambutnya jangan kuat-kuat, copot kan kepalanya," omel Khansa pada Tiara teman mainnya."Maaf, Khansa. Tiara ndak sengaja. Biar Tiara bawa pulang saja dulu, nanti di perbaiki sama bunda," jawab Tiara dengan wajah bersalah."Tidak usah di bawa pulang, sini kakak perbaiki bonekanya," kata Ghania yang baru keluar dari dapur dengan membawa secangkir teh untuk suaminya, lalu mengambil boneka di tangan Tiara."Terima kasih, Kak
"Satu kenyataan pahit tak bisa di elakkan jika itu berasal dari sebuah penggalan masa lalu yang mengawali adanya masa depan."*****Kemal hanya bisa menunduk, kedua tangannya mengepal menahan amarah yang tiba-tiba meluap begitu saja. Setelah mendengarkan rekaman yang diberikan oleh mantan sekretaris almarhum sang kakak, Kemal bagai ditampar dengan begitu kerasnya."Jadi, kecelakaan yang dialami kak Khalid bukan murni kecelakaan? dia sengaja di bunuh demi tahta Fawaz Corp. Lalu ada rahasia besar apa sebenarnya yang melibatkan diriku, hingga kak Khalid begitu ingin menutupinya dari tante Shimar?" tanya Kemal seakan berbicara pada diri sendiri."Kecelakaan yang salah sasaran!" sahut Zahir dan diangguki oleh Kemal.Didepannya duduk paman Zahir yang merupakan sahabat ayah juga paman Farid. Pria berusia baya itu menatap kearah Kemal dengan iba."Khalid tahu siapa yang membuat ibumu bunuh diri, dan ternyata itu bukan Fawaz Al Hadid," ujap Zah
"Sebuah cerita baru akan dikatakan lengkap saat ada awalan juga akhirannya. Dan apapun warnanya, itulah sebuah jalan cerita dari kisah hidup anak manusia."*****Kemal melajukan mobilnya kearah markas kelompok bawah tanah miliknya yang biasa di sebut dengan rumah hijau. Berita dari Sammy membuatnya ingin mematahkan leher seseorang dan itu pastinya Dinero si rubah hitam yang masih ingin merebut jalur bisnis bawah tanah milik Kemal Fawaz Corp.Memarkir mobil ditempat khusus dan langsung masuk kerumah yang disekelilinganya di tumbuhi tanaman rambat dan pohon berukuran besar. Marco dan Lexi yang sudah menunggu langsung menyambut bossnya ini.Kemal menatap penuh amarah pada dua pria yang duduk dikurisi dengan tangan yang terikat kebelakang. Wajah mereka menyiratkan ketakutan dan kekhawatiran terhadap nasib mereka."Dinero lagi! kenapa dia selalu menyuruh kelinci untuk masuk ke kandang harimau? Dan kalian berdua! sudah siap mati
"Ayah adalah panutan anak, tapi tak hal itu tak berlaku sama jika seorang anak tak lagi memandang ayahnya sebagai ayah."*****Kemal dengan terpaksa menemui ayahnya untuk mengadukan prilaku dari salah satu wanita penghuni hareem milik pria tua itu. Sebenarnya dia enggan untuk berurusan dengan sang ayah, karena Kemal tak mau di kekang oleh ayahnya. Bahkan saat tuan Fawaz menawarkan Fawas Corp, Kemal terang-terangan menolak, dia lebih suka menjalankan bisnis dibawah namanya sendiri.Karena dengan begitu dia bisa memiliki kuasa atas semuanya, tak perlu berbagi pada siapa pun termasuk si adik dari istri ketiga ayahnya yang sangat berambisi ingin menguasai semua harta Fawas Al Hadid."Apa kamu punya bukti kalau Zahira yang menjadi dalang atas penculikan istrimu?"tanya tuan Fawaz dengan pandangan menyelidik.Kemal menunjukkan beberapa photo seorang wanita bersama pria yang berbeda yang salah satunya ada
"Sikap tenangmu membuatku tenang, ketakutanmu adalah lebih menakutkan. Aku tak ingin kau menjadi takut karena aku akan selalu ada agar kau tetap merasa tenang." Kemal Aldino Fawaz. ****** Ghania memperhatikan buku-buku jari tangan kanan suaminya yang membekas luka. Seingatnya sewaktu pergi ke jamuan makan malam, tangan kanan suaminya baik-baik saja, tapi kenapa pagi ini sudah ada luka di situ. "Tangan Mas kenapa?" tanya Ghania akhirnya, membuat Kemal menoleh dan menunjukkan tangan kanannya yang terdapat luka memar."Ini?" "Iya ... itu kenapa? Kemarin malam, tangan mas baik-baik saja,"sahut Ghania lalu beralih duduk di sebelah suaminya yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Lalu memandangi sang suami dengan penuh selidik,"Mas habis berantem, ya?" "Hanya mukuli preman yang mencoba membawa pergi istriku," jawab Kemal membuat Ghania kembali mengingat kejadian malam kemarin dan kedua mata wanita cantik itu membola sempurna
"Khawatir dan ketakutan menjadi kunci hilangnya keberanian bila terus di pikirkan. Tapi jika kamu mau, jadilah kuat untuk mengubah takut menjadi berani."*****Arunika menyapa ramah saat sang surya bersiap untuk bergeser dengan sinar hangatnya. Dersik serenata mengalun pelan diantara tarikan halus nafas dua insan yang saling mendekap penuh hangat. Emosi semalam luruh dengan wangi aroma petrikor yang menguar dari celah pintu balkon yang sedikit terbuka. Menghamburkan udara dingin habis hujan semalam.Ghania mengeliat saat mendengar alarm ponselnya berbunyi, dengan sedikit sulit dia mengulurkan tangannya agar bisa menggapai ponsel yang berada diatas meja nakas. Gerakannya membuat pria kekar disebelahnya malah semakin mengeratkan pelukan dan menempelkan wajah tampan khas Timur Tengahnya di dada penuh milik Ghania, istrinya."Mas ... Mas Kemal! Bangun dulu, kita belum sholat subuh,"ucap Ghania sembari
"Kebencian dapat mematikan hati nurani, membutakan mata untuk melihat satu kebenaran diantara ribuan kebohongan." ******** Di salah satu ruangan direksi gedung Fawaz Corp lantai 7, tampak seorang wanita dengan wajah cantik khas Timur Tengah dengan tatanan rambut yang di sanggul tinggi menunjukkan kelas sosialnya. Usianya diperkirakan berada di tengah usia 30 an tahun. Ekspresi kesal tampak sekali terlihat diwajah cantik itu, duduk di dekatnya seorang pria berperawakan besar dengan jambang yang menghiasi rahang kokohnya. Keduanya terlihat sangat serius, bahkan si wanita beberapa kali terdengar kata makian dari bibirnya yang di poles lipstik warna merah menyala. "Kenapa gagal lagi, apakah kamu tak mengirim semua anak buahmu untuk memperdaya Kemal?" "Anak buahku tak sebanyak anak buah Boss Kemal Corp itu. Yang memiliki kemampuan beladiri, inteligen dan IT yang merupakan kekuatan mereka."
"Aku tidak memiliki kekuatan dan kebaikan seperti itu. Jika aku melakukannya, aku akan lebih berbelas kasih daripada Tuhan, percayalah." Don Pito Carleone - The Godfather Movie ***** Kemal memperhatikan dokter Farhan memeriksa kondisi istrinya yang belum juga siuman daripingsannya. Menurut hasil pemeriksaan, Ghania terlalu banyak menghirup obat bius sehingga membuatnya tertidur dengan tanpa merasakan apa-apa. Wajah Kemal masih terlihat menakutkan, dingin juga kejam. Sorot mata bernetra biru tua itu sangat tajam mengawasi dokter yang tak lain adik sepupunya ini. Walau marko bersama tim kerjanya berhasil meringkus semua penjahat yang menculik istrinya, tapi pria itu belum merasa senang karena istrinya masih dalam kondisi mengkhawatirkan. "Bagaimana?"Tanya Kemal begitu Farhan selesai dengan pemeriksaannya, dokter muda itu meminta kepada asistennya untuk memasangkan infus di punggung tangan Ghania untuk menetralisir efek obat biu