"Saat sang Fajar keluar dari peraduan, membuat si cantik arunika pun pergi untuk kembali esok hari lagi ."
_______________________________________Semilir angin menimbulkan bunyi generisik diantara dedaunan yang jatuh. Lambaian daun kelapa mengikuti irama angin yang bertiup perlahan. Membawa aroma laut naik kedarat.
Kapal-kapal nelayan pun mulai mengembangkan layarnya. Ada yang datang ada juga yang baru pergi. Oleng kekiri dan kekanan, namun tak menjatuhkan pembawanya.
Beberapa anak kecil berlarian dengan kaki telanjang tanpa alas, menginjak halusnya pasir pantai untuk menyambut sang ayah yang datang dari lautan.
Para istri pun berjalan cepat menuju bibir pantai. Tak mau kalah dari anak-anaknya, para istri pun tak sabar untuk menanyakan kabar kesuami mereka . Apakah tangkapan hari ini cukup untuk makan atau mereka harus kewarung tetangga untuk menakar seliter beras yang dibayarkan kemudian.
Ghania menatap aktifita
"Bagian tubuh yang tak bisa berbohong adalah kedua mata. Dimana hati mengatakan tidak, maka mata akan mengatakan sebaliknya."_______________________________________Setelah selesai menjalani sidang itsbat nikah di pengadilan agama yang merupakan proses meresmikan pernikahan siri yang mereka lakukan sebelumnya. Dimana hal ini dilakukan untuk pengesahan nikah agar pernikahan siri yang sudah dilakukan sebelumnya bisa dinyatakan sah-nya pernikahan dan memiliki kekuatan hukum.Tak lupa mereka juga pergi ke kantor dinas kependudukan dan catatan sipil untuk mengubah status perkawinan dalam kartu identitas mereka. Kemal melakukan semua ini dengan cepat pria itu tak ingin menunda hal yang bisa dilakukan segera."Apakah setelah ini, kamu akan tetap tinggal bersama emak, atau ikut denganku?" Tanya Kemal saat keduanya sudah berada dalam mobil."Berdasarkan apa yang aku dengar dari abah juga uwak. Seorang anak perempuan ketika sudah menikah maka dia menjadi mili
"Witing tresno jalaran soko kulino, Cinta akan datang karena seringnya bertemu. Sebuah pepatah Jawa yang banyak menjadi kenyataan."_______________________________________Ghania memandangi rumah dengan design modern dengan tatapan takjub. Bukan karena kesan mewahnya yang membuat gadis itu terpesona dengan rumah berlantai dua itu.Hal yang membuat Ghania terpesona selain desainnya yang simple namun terkesan modern dengan taman kecil yang berada di halaman rumah. Tadinya dia pikir rumah seorang Kemal Aldino Fawaz pemilik Kemal Corporation adalah rumah yang gersang dan tak menarik. Kalau mewah sudah bisa dipastikan. Tapi kalau terlihat asri juga teduh, ini patut dipertanyakan.Ghania melangkahkan kaki menuju teras belakang yang hanya dibatasi dengan pintu kaca dengan ruang tv. Dan senyum Ghania mengembang seperti bolu kukus. Saat netra coklat madunya menangkap gambar pemandangan hijau terselip warna warni indah dari berbagai jenis bunga anggrek termasuk anggr
Sepulang dari bekerja, Ghania menyempatkan diri untuk berbelanja sayur dan pelengkapnya. Karena semalam dia membenarkan perkataan Kemal kalau isi kulkas berukuran besar itu hanya berisi air putih dan buah saja.Dan pagi tadi, Kemal memberinya kartu sakti untuk dia gunakan berbelanja apa saja. Kemal tak mau di bilang suami yang pelit karena membatasi uang belanja dan jajan istrinya.Dan kini Ghania sudah berada didapur yang tidak begitu luas tapi nyaman. Dapur modern yang menjadi impian banyak wanita menikah. Jika dibandingkan dengan dapur dirumah emak yang hanya menggunakan meja kayu untuk tempat kompor gas dengan tabung 3 kilo, didapur ini menggunakan kompor gas keluaran terbaru yang tidak terlihat apinya. Tidak memakai tabung, karena menggunakan jaringan pipa gas yang dipasang kesetiap rumah. Peralatan makan dan minum yang tertata rapi didalam lemari gantung yang mana pada bagian bawah ditempati peralatan memasak.Didepan gadis itu layar ponselnya menyal
"Dersik angin menyamankan hati, kala senja bersiap untuk pergi. Sinar jingga sang swastamita tampak menari. Dihati para penakluk hari."______________________________________Ghania tampak menikmati pemandangan lau biru dipantai Sentosa , yang merupakan pantai hasil reklamasi laut. Walau tak seindah pantai asli, kesan yang diberikannya tak jauh berbeda. Tetap ada pasir putih yang bersih, desau angin yang menerbangkan phasmina abu-abu yang dipakai Ghania.Dia sendirian disini, menyusuri hangatnya pasir pantai sembari menatap kaki-kaki kecil bocah-bocah lucu yang asik bermain pasir dan berlomba mengejar ombak kecil yang berkejaran mencapai bibir pantai.Tadinya Ghania mengikuti Kemal ke acara pertemuan bisnis pria itu, namun tiba-tiba pandangannya yang bosan tertuju pada indahnya pantai yang berada tepat di belakang hotel tempat pertemuan itu berlangsung. Ghania yang sudah bosan dengan pembicaraan laba yang akan didapat kedua pihak memutuskan untuk merilekska
"Pelan namun pasti dia akan menemukan jalan pulangnya sendiri. Tak perlu dicari tak perlu untuk dipaksakan."______________________________________"Genggam tanganku, bila bersamu . Peluk diriku dekat kedirimu. Agar kau tahu betapa rindunya hatiku padamu."Suara lagu terdengar mengalun pelan dari ponsel salah seorang pengunjung dalam kapsul bianglala, membuat Ghania tersenyum tipis.Ghania menatap takjub saat melihat pemandangan kota Singapura dari atas bianglala dengan ketinggian 165 m atau setara dengan tinggi gedung 42 lantai. Dari atas bianglala itu pengunjung bisa melihat pemandangan hingga sejauh 45 km.Dan Ghania tak lupa untuk mengabadikan moment liburannya dan mengirimnya ke Arleena sahabatnya. Dan Kemal yang hampir tak pernah berphoto kecuali diacara formal , kali ini pun tak jarang dirinya ikut berphoto bersama perempuan cantik itu. Dan ini adalah photo sukarela pertamanya dengan seorang wanita tanpa melibatkan paparazi."Mas
"Jangan letakkan amarahmu lebih lama dari rasa sabarmu. Karena hatimu tak akan sanggup menanggung keduanya."___________________________________________________________________________Kemal tampak duduk di ruang kerjanya, duduk dihadapan pria itu Lexi dan Sammy anak buahnya.Raut kesal tampak terlihat diwajah tampannya. Pandangannya tertuju pada layar laptop didepannya."Bagaimana bisa kecolongan seperti ini? Bukankah system yang digunakan adalah system terbaru," ucap pria dingin itu dengan datar."Disinyalir ada penyusup dalam tim cyber kita, boss." Lexi berkata dengan nada kesal. Karena kebocoran system keamanan ini terjadi didalamn tim yang sedang di pimpinnya."Apa kamu sudah menemukannya?""Sudah, boss. Dan sekarang sudah diamankan di dirumah hijau."Kemal mengangguk, lalu pandangan kembali ke layar laptop. Membaca hasil investigasi anak buahnya terhadap proyek baru Kemal
"Sebelum kita berjumpa , aku tidak mengerti apa itu bahagia. Sebelumk kita bersama, aku juga tidak mengerti apa itu cinta. Namun setelah takdir mempertemukan kita, aku tahu apa itu bahagia karena cinta."____________________________________________________________________________Akhir pekan adalah hari yang mendamaikan. Kemal yang biasanya tak perduli dengan hari apapun kini membuat semuanya memiliki moment manis tersendiri.Seperti minggu pagi ini, pria itu tampak bersemangat saat menemani Ghania mengurus kafe milik istrinya itu. Mengecek keluar masuknya uang juga barang yang rutin dilakukan Ghania sejak kafe itu di buka.Bukannya tidak memiliki staf untuk mengurus hal tersebut, tetapi apa yang di lakukannya adalah merupakan kontrol akhir, untuk mengetahui apakah kafe yang dikelolanya mengalami kerugian atau memiliki laba."Ghan, di item pembelian ini ada nominal yang tertukar," Kemal melingkari item yang dia maksud dan Ghania meneriman
Kemal melajukan mobil audi hitamnya kearah ancol tepatnya ke pelabuhan Marina dimana sudah menunggu seseorang mereka disana."Kok berhenti disini mas? bukannya kalau mau ke pulau Seribu lewat pelabuhan Muara Angke?" Ghania menatap kearah suaminya yang eksresi wajahnya sangat membosankan kalau sedang berada di luar rumah. Lempeng seperti kanebo kering .Kemal memakaikan kacamata dengan model terbaru keluaran brand ternama kewajah istrinya , untuk melindungi mata indah istrinya dari silaunya sinar matahari. Dan pria itu juga mengenakan kacamata hitamnya membuat penampilannya sangat berdamage. Membuat Ghania merona pipinya ketika menatap penampilan suaminya."Kalau lewat Muara Angke, harus nunggu lama. Kapal tidak akan jalan kalau tidak penuh. Lagi pula Mas, tidak mau berdesakan dikapal kayu. Merepotkan." Kemal menjawab pertanyaan istrinya sembari berjalan menggandeng tangan wanita itu.Ternyata pria itu memakai kapal cepat miliknya untuk m
"Air dan darah, bagaikan ikatan keluarga dan pertemanan. Dimana darah akan lebih kental dari air namun kadang kala, malah air yang lebih bisa menyatukan."***Kemal diam, pria itu bergeming sedikit pun menunggu apa yang akan disampaikan ibu mertuanya. Jujur dia merasakan sesuatu yang sangat dekat dengannya saat menatap kedua mata Khansa yang bernetra coklat terang dengan garis wajah sama seperti garis wajah wanita Arab dengan sepasang garis rahang yang kokoh.Sementara Ghania juga tampak serius, walau dia sendiri tahu apa yang akan di ceritakan sang ibu, namun wanita cantik itu tak rela bila dirinya dikatakan berneda dengan sang adik."Khansa dan Ghania sama sekali tak memiliki ikatan darah karena pernikahan, juga dengan persusuan. Karena Khansa adalah anak yang saya rawat sejak usia satu tahun.""Jadi Khansa itu anak adopsi, Bu?""Bukan adopsi sih, lebih tepatnya anak angkat. Kalau adopsi kan, Khansa di temukan oleh Ghania dan ayahnya
"Masa depan tak akan pernah lepas dari masa lalu. Karena dari masa lalu kita akan banyak belajar untuk tidak mengulang apa yang etrjadi di masa lalu."***Kemal tampak memperhatikan gadis kecil yang tengah bermain bersama temannya. Wajah polos dengan di bingkai kerudung berwarna pink dihiasi gambar strawberry tampak bahagia. Tawa dengan menampilkan deretan gigi mentimun yang berjejer rapi membuat siapa yang melihat pasti akan ikut tertawa."Yaaahh, kepala barbienya copot!" seru Khansa dengan wajah sedih."Kamu kalau sisirin rambutnya jangan kuat-kuat, copot kan kepalanya," omel Khansa pada Tiara teman mainnya."Maaf, Khansa. Tiara ndak sengaja. Biar Tiara bawa pulang saja dulu, nanti di perbaiki sama bunda," jawab Tiara dengan wajah bersalah."Tidak usah di bawa pulang, sini kakak perbaiki bonekanya," kata Ghania yang baru keluar dari dapur dengan membawa secangkir teh untuk suaminya, lalu mengambil boneka di tangan Tiara."Terima kasih, Kak
"Satu kenyataan pahit tak bisa di elakkan jika itu berasal dari sebuah penggalan masa lalu yang mengawali adanya masa depan."*****Kemal hanya bisa menunduk, kedua tangannya mengepal menahan amarah yang tiba-tiba meluap begitu saja. Setelah mendengarkan rekaman yang diberikan oleh mantan sekretaris almarhum sang kakak, Kemal bagai ditampar dengan begitu kerasnya."Jadi, kecelakaan yang dialami kak Khalid bukan murni kecelakaan? dia sengaja di bunuh demi tahta Fawaz Corp. Lalu ada rahasia besar apa sebenarnya yang melibatkan diriku, hingga kak Khalid begitu ingin menutupinya dari tante Shimar?" tanya Kemal seakan berbicara pada diri sendiri."Kecelakaan yang salah sasaran!" sahut Zahir dan diangguki oleh Kemal.Didepannya duduk paman Zahir yang merupakan sahabat ayah juga paman Farid. Pria berusia baya itu menatap kearah Kemal dengan iba."Khalid tahu siapa yang membuat ibumu bunuh diri, dan ternyata itu bukan Fawaz Al Hadid," ujap Zah
"Sebuah cerita baru akan dikatakan lengkap saat ada awalan juga akhirannya. Dan apapun warnanya, itulah sebuah jalan cerita dari kisah hidup anak manusia."*****Kemal melajukan mobilnya kearah markas kelompok bawah tanah miliknya yang biasa di sebut dengan rumah hijau. Berita dari Sammy membuatnya ingin mematahkan leher seseorang dan itu pastinya Dinero si rubah hitam yang masih ingin merebut jalur bisnis bawah tanah milik Kemal Fawaz Corp.Memarkir mobil ditempat khusus dan langsung masuk kerumah yang disekelilinganya di tumbuhi tanaman rambat dan pohon berukuran besar. Marco dan Lexi yang sudah menunggu langsung menyambut bossnya ini.Kemal menatap penuh amarah pada dua pria yang duduk dikurisi dengan tangan yang terikat kebelakang. Wajah mereka menyiratkan ketakutan dan kekhawatiran terhadap nasib mereka."Dinero lagi! kenapa dia selalu menyuruh kelinci untuk masuk ke kandang harimau? Dan kalian berdua! sudah siap mati
"Ayah adalah panutan anak, tapi tak hal itu tak berlaku sama jika seorang anak tak lagi memandang ayahnya sebagai ayah."*****Kemal dengan terpaksa menemui ayahnya untuk mengadukan prilaku dari salah satu wanita penghuni hareem milik pria tua itu. Sebenarnya dia enggan untuk berurusan dengan sang ayah, karena Kemal tak mau di kekang oleh ayahnya. Bahkan saat tuan Fawaz menawarkan Fawas Corp, Kemal terang-terangan menolak, dia lebih suka menjalankan bisnis dibawah namanya sendiri.Karena dengan begitu dia bisa memiliki kuasa atas semuanya, tak perlu berbagi pada siapa pun termasuk si adik dari istri ketiga ayahnya yang sangat berambisi ingin menguasai semua harta Fawas Al Hadid."Apa kamu punya bukti kalau Zahira yang menjadi dalang atas penculikan istrimu?"tanya tuan Fawaz dengan pandangan menyelidik.Kemal menunjukkan beberapa photo seorang wanita bersama pria yang berbeda yang salah satunya ada
"Sikap tenangmu membuatku tenang, ketakutanmu adalah lebih menakutkan. Aku tak ingin kau menjadi takut karena aku akan selalu ada agar kau tetap merasa tenang." Kemal Aldino Fawaz. ****** Ghania memperhatikan buku-buku jari tangan kanan suaminya yang membekas luka. Seingatnya sewaktu pergi ke jamuan makan malam, tangan kanan suaminya baik-baik saja, tapi kenapa pagi ini sudah ada luka di situ. "Tangan Mas kenapa?" tanya Ghania akhirnya, membuat Kemal menoleh dan menunjukkan tangan kanannya yang terdapat luka memar."Ini?" "Iya ... itu kenapa? Kemarin malam, tangan mas baik-baik saja,"sahut Ghania lalu beralih duduk di sebelah suaminya yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Lalu memandangi sang suami dengan penuh selidik,"Mas habis berantem, ya?" "Hanya mukuli preman yang mencoba membawa pergi istriku," jawab Kemal membuat Ghania kembali mengingat kejadian malam kemarin dan kedua mata wanita cantik itu membola sempurna
"Khawatir dan ketakutan menjadi kunci hilangnya keberanian bila terus di pikirkan. Tapi jika kamu mau, jadilah kuat untuk mengubah takut menjadi berani."*****Arunika menyapa ramah saat sang surya bersiap untuk bergeser dengan sinar hangatnya. Dersik serenata mengalun pelan diantara tarikan halus nafas dua insan yang saling mendekap penuh hangat. Emosi semalam luruh dengan wangi aroma petrikor yang menguar dari celah pintu balkon yang sedikit terbuka. Menghamburkan udara dingin habis hujan semalam.Ghania mengeliat saat mendengar alarm ponselnya berbunyi, dengan sedikit sulit dia mengulurkan tangannya agar bisa menggapai ponsel yang berada diatas meja nakas. Gerakannya membuat pria kekar disebelahnya malah semakin mengeratkan pelukan dan menempelkan wajah tampan khas Timur Tengahnya di dada penuh milik Ghania, istrinya."Mas ... Mas Kemal! Bangun dulu, kita belum sholat subuh,"ucap Ghania sembari
"Kebencian dapat mematikan hati nurani, membutakan mata untuk melihat satu kebenaran diantara ribuan kebohongan." ******** Di salah satu ruangan direksi gedung Fawaz Corp lantai 7, tampak seorang wanita dengan wajah cantik khas Timur Tengah dengan tatanan rambut yang di sanggul tinggi menunjukkan kelas sosialnya. Usianya diperkirakan berada di tengah usia 30 an tahun. Ekspresi kesal tampak sekali terlihat diwajah cantik itu, duduk di dekatnya seorang pria berperawakan besar dengan jambang yang menghiasi rahang kokohnya. Keduanya terlihat sangat serius, bahkan si wanita beberapa kali terdengar kata makian dari bibirnya yang di poles lipstik warna merah menyala. "Kenapa gagal lagi, apakah kamu tak mengirim semua anak buahmu untuk memperdaya Kemal?" "Anak buahku tak sebanyak anak buah Boss Kemal Corp itu. Yang memiliki kemampuan beladiri, inteligen dan IT yang merupakan kekuatan mereka."
"Aku tidak memiliki kekuatan dan kebaikan seperti itu. Jika aku melakukannya, aku akan lebih berbelas kasih daripada Tuhan, percayalah." Don Pito Carleone - The Godfather Movie ***** Kemal memperhatikan dokter Farhan memeriksa kondisi istrinya yang belum juga siuman daripingsannya. Menurut hasil pemeriksaan, Ghania terlalu banyak menghirup obat bius sehingga membuatnya tertidur dengan tanpa merasakan apa-apa. Wajah Kemal masih terlihat menakutkan, dingin juga kejam. Sorot mata bernetra biru tua itu sangat tajam mengawasi dokter yang tak lain adik sepupunya ini. Walau marko bersama tim kerjanya berhasil meringkus semua penjahat yang menculik istrinya, tapi pria itu belum merasa senang karena istrinya masih dalam kondisi mengkhawatirkan. "Bagaimana?"Tanya Kemal begitu Farhan selesai dengan pemeriksaannya, dokter muda itu meminta kepada asistennya untuk memasangkan infus di punggung tangan Ghania untuk menetralisir efek obat biu