"Bila ada yang bilang, cinta itu misteri tak akan ada yang menyangkalnya. "
_______________________________________Kemal memperhatikan dengan teliti berkas yang diberikan oleh asistennya.
Berkas pribadi seorang gadis bernama Ghania Syaqilla Rasyid, berusia 24 tahun, lulusan fakultas Psikologi Anak, Universitas Riyadh, Uni Emirate Arab melalui jalur Beasiswa. Ayahnya Abdulloh Ar Rasyid seorang terkemuka di kampung tempat tinggal dan sekitarnya namun sudah meninggal dunia setahun yang lalu. Abdulloh Ar Rasyid memiliki kelompok pengajian yang cukup dikenal banyak orang.
"Namanya Ghania Syaqilla. Cantik tapi sangat galak. Ternyata dia pemilik kafe Marfosa , lalu kenapa dia malah ngepel lantai? " Kemal menaikkan satu alis matanya mengingat kejadian malam itu.
Sebenarnya kalau dipikirkan sangatlah lucu. Dirinya yang dikenal angkuh bisa begitu mudahnya menuruti permintaan seorang gadis yang baru dilihatnya.
Netra coklat madu milik gadis itu seakan memiliki magnet yang sangat kuat. Senyum dengan lesung pipi yang manis itu juga sangat membuat Kemal tak bisa berkata apa - apa.
Kemal memgamati photo berukuran 10 R yang menampilkan pose Ghania sedang duduk menikmati deburan ombak. Sangat cantik dan natural dengan polesan make up yang tipis.
Penasaran Kemal membuka akun sosmed milik Ghania. Seperti halnya isi sosmed seorang gadis, pasti ada banyak photo diri yang mereka jadikan conten, pikir Kemal.
Namun Kemal tidak menemukan itu di akun I*******m milik Ghania, malah dia menemukan perbedaan dengan akun milik gadis itu. Gadis ini tak banyak memposting photo dirinya. Kebanyakan conten sosmednya berisi penggalan hadist atau quotes. Ada juga photo background alam terbuka. Tidak ada postingan yang memamerkan jati diri atau hal konsuntif lainnya terkait gadis itu.
Sebenarnya isi conten sosmed milik Ghania tak ada yang menarik, terkesan monoton, tapi ternyata bisa membuat Kemal menarik bibirnya sedikit keatas, tatapan puas sangat jelas tergambar dimatanya.
Kemal buru-buru menutup ponselnya juga berkas terkait Ghania saat seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.
Ternyata Marko yang datang dengan membawa setumpuk berkas kerja ditangannya.
"Ngapain kamu senyum-senyum sendirian? Apa ada mangsa baru? " sapa Marko yang langsung mendudukkan diri di kursi depan meja kerja besar milik Kemal.
"Ada apa kamu kesini? Kalau tak ada hal penting, keluar saja. Aku banyak pekerjaan. " ucap Kemal tanpa menjawab pertanyaan dari Marko.
"Yang aku bawa ini juga hal penting. Kamu harus segera memeriksa dan menanda tanganinya sebelum rapat dengan investor hari kamis besok. " sahut Marko sembari menunjuk setumpuk binder map yang dibawanya tadi.
Kemal hanya mendengus, dia harus menunda keinginannya untuk pergi ke kafe Marfosa demi pekerjaan utamanya.
Satu persatu Kemal membuka, membaca dan mengecek ulang dokumen yang di sodorkan Marko. Kadang kening pria itu berkerut, atau bahkan memijat pangkal hidunganya.
"Segera revisi di klausul nomor 5 dan 7." ucap Kemal sembari meletakkan sedikit kasar sebuah dokumen yang sudah di periksanya tadi.
"Yang ini revisi terkait harga yang kita tawarkan. Ini belum ditambah duapuluh persen untuk force Majeure ." Kemal kembali mengembalikan dokumen ke Marko.
" Ini, perbaiki gambar skemanya, masih ada yang belum rapi. " Marko mengangguk saat Kemal mengembalikan satu berkas lagi.
Hal yang biasa terjadi, Kemal memang sangat teliti dan detail dalam pekerjaannya. Dia tak ingin ada kesalahan yang bisa berakibat pada pekerjaannya kedepan.
Dan Marko menarik nafas panjang, dari delapan dokumen yang dia sodorkan sebanyak dua dokumen lolos mendapat tanda tangan dari boss besar Kemal Aldino Fawaz, sementara enam lainnya harus kembali ke divisi perencanaan, Teknik dan juga divisi management untuk segera di revisi.
Setelah kepergian Marko, Lin Wei sekretaris CEO mengatakan kalau ada pihak dari Fawaz Compeny ingin menemui dirinya.
Kemal masih duduk dikursi kerjanya saat utusan dari perusahaan milik ayahnya memasuki ruang kerjanya.
Ternyata yang datang adalah pamannya, Farid Al Hadid yang merupakan wakil CEO di Fawaz Compeny.
Kemal langsung menyambut kedatangan pria flamboyan itu dan memeluknya.
"Apa kabar, paman? "
"Alhamdulillah baik. Bagaimana dirimu , apa saat ini tidak sibuk?""Kalau dikatakan sibuk sudah pasti sibuk, tapi karena ada tamu, saya bisa mengcancel pekerjaan saya sebentar."Farid Al Hadid tertawa pelan mendengar penuturan dari ponakannya yang memang tak pernah basa basi. Kemal selalu bicara sesuai apa yang dia pikirkan.
"Kau benar. Paman kesini ingin menyampaikan undangan dari ayahmu.'
Kemal tampak menaikkan satu alisnya," Undangan ? Apa ayah mau menikah lagi."Kembali Farid Al Hadid tertawa, tak salah memang kalau ponakannya bertanya seperti itu terkait ayahnya, karena memang kakaknya itu sangat menyukai gadis muda yang seksi bahkan diantara mereka ada yang dinikahi secara siri.
"Bukan, ayahmu mengundang untuk makan malam."
"Kapan ?""Besok malam.""Saya tidak janji bisa datang, tapi akan saya usahakan kalau saya ada waktu luang."Farid tampak menghela nafasnya pelan, lalu meminum teh yang sudah disediakan oleh Lin Wei .
"Sampai kapan , kau berseteru dengan ayahmu, Kemal ? Usia ayahmu sudah tak muda lagi."
"Usia tak muda tapi masih suka gadis muda." sindir Kemal membuat Farid tersenyum dan menggeleng pelan.
"Apa kau iri padanya ?"
"Iri ? tentu saja tidak. Hal seperti itu tak pantas untuk dijadikan bahan untuk bersaing."sahut Kemal yang kini sudah duduk disofa berhadapan dengan Farid.
"Lalu, kapan kau akan memperkenalkan seorang gadis sebagai menantu paman?"
"Paman tunggu saja, saya akan membawa gadis cantik yang aku sukai dan mengenalkan ke paman. sebagai istriku."
"Alhamdulillah, paman akan sangat menunggu waktu itu akan datang."
Kemal mengangguk, walau dirinya sendiri belum merasa pasti tapi tak ada salahnya kan untuk berharap.
Kemal cukup dekat dengan kakak ayahnya ini karena pamannya tak pernah mencampuri urusan pribadinya. Pamannya inilah yang mendukung dan membantu modal saat Kemal baru membangun bisnisnya . Kemal tak ingin ikut mengelola bisnis besar ayahnya karena tak ingin menjadi boneka dan mesin uang seperti yang dialami almarhum kakak laki-lakinya.
Kemal ingin berdiri sendiri diluar pengaturan Fawaz Company dan pamannya yang juga tidak menyukai sikap diktator dan hura-hura ayahnya, mendukung dirinya seratus persen.
"Oh ya, apa ada keperluan lain. Paman kesini ?"
"Iya, paman memang sedang membutuhkan bantuanmu."
"Apa, paman. Kecuali urusan jodoh , saya akan bantu."
"Jodoh itu takdir Allah, mal. Manusia hanya boleh berencana. Dan lagi pula kamu adalah pria dewasa yang bisa menentukan pilihan jodohmu sendiri."
"Syukurlah. Lalu apa yang bisa saya bantu."
"Begini, mal. Paman beserta profesor As Salam dan tuan Rubert Jerry berniat membangun rumah sakit khusus anak. Khususnya bagi anak yang tak memiliki orangtua atau hidup di bawah standart hidup."
Kemal tampak serius mendengar sementara matanya fokus membaca profosal yang dibawa pamannya.
"Untuk tanah sudah selesai pengurusannya, sementara untuk bangunan, bila dihitung secara teliti kami masih kekurangan dana sebesar tiga puluh persen. Ini profosal pembangunannya kamu pelajari saja dahulu"
Kemal mengangguk,"Kemal bisa bantu sisanya. Tapi mohon ini di rahasiakan, karena kemarin Kemal menolak permintaan ayah untuk menyuntik dana di bisnis barunya. Bukan apa, bisnis itu akan dipegang oleh Baqi anak, bibi Farah. Dan paman tahu, bagaimana prilaku Baqi.'
"Tentu saja sangat tahu." Paman Farid mengangguk mendukung pernyataan Kemal," Kalau begitu, paman permisi dulu. Untuk progresnya nanti akan paman laporkan setiap awal dan akhir bulan."
Kemal ikut berdiri saat paman Farid berdiri, pria tampan itu menyalami dan memeluk pamannya.
"Oh ya, kalau tak salah mendengar. Diacara makan malam nanti, ayahmu akan mengenalkan putri relasi bisnisnya kekamu."
"Hehhh, itu lagi. Kenapa ayah begitu gigih menjodohkan putri tuan Daniel ke saya. Padahal saya sudah pernah menolaknya."
Farid menepuk bahu ponakannya pelan," Dilihat saja besok , apa sebenarnya yang di inginkan ayahmu. Terkait perjodohan, ikuti kata hatimu. Jangan korbankan dirimu demi untuk bisa menyenangkan orang lain termasuk keluarga."
"Baik, paman terima kasih atas dukungannya. Oh ya, Farhan kapan kembali ke Indonesia ?"
"Tiga bulan lagi setelah selesai semua masa kontraknya di rumah sakit Ghuangzhou ."
"Dan apakah, Farhan yang akan memegang rumah sakit anak itu ?"
"Iya , didampingi oleh profesor As Salam dan tuan Rubert Jerry."
"Oke, sampaikan salamku padanya, paman."
"Walaikumsalam. Akan paman sampaikan salammu. Kalau begitu paman permisi dulu."
"Baik, paman. hati-hati dijalan."
Kemal mengantar pria yang hanya beda tiga tahun dengan ayahnya itu hingga ke pintu ruang kerjanya. Kemal sangat menghormati pria penuh kharismatik itu.
Paman Farid adalah kakak tertua ayahnya, pria yang tak banyak bicara ini merupakan ayah bagi Kemal dan almarhum kakaknya. Farid yang lebih banyak bersama kedua anak Fawaz Al Hadid saat ayah mereka sibuk dengan bisnis dan kehidupannya yang glamour. Farid juga yang mendidik keduanya sebagaimana seorang ayah pada anaknya.
Saat ibu kandung Kemal meninggal dunia. Farid juga yang menghibur dan menjauhkan Kemal dari ayahnya. Kemal yang trauma karena menyaksikan ibunya meninggal secara tak wajar mengalami gangguan pada emosinya. Akhirnya Farid membawa Kemal kecil dan kakaknya, pulang ke Maroko untuk menyembuhkan luka psikis. Kemal dan kakaknya kembali ke Indoensia setelah menamatkan pendidikannya di luar negeri dan trauma masa kecil itu perlahan mulai menghilang dari diri Kemal. Tapi rasa benci, kecewa dan marahnya ke Fawaz Al Hadid ayahnya tak bisa hilang begitu saja dari hatinya.
***********
Kemal yang datang terlambat memilih duduk di sofa tunggal dengan segelas wine ditangannya. Pria itu sengaja tidak ikut jamuan makan malam karena tidak menyukai hal yang penuh dengan basa-basi.
"Itu, Kemal. Putra saya." tunjuk tuan Fawaz pada tamunya yang tak lain tuan Daniel Li , seorang pengusaha property dari Taiwan.
Kemal berdiri dari duduknya dan menyalami tuan Daniel sebagai bentuk hormat kepada tamu.
"Sangat tampan, dan saya dengar anda juga memiliki bisnis sendiri, apa benar?" tuan Li berusaha mengajak bicara Kemal yang sejak tadi hanya diam.
"Benar. Bisnis saya diluar dari lingkaran Fawaz Company. Bisnis saya berdiri sendiri."
Tuan Daniel menepuk kedua tangannya penuh kekagumanan sementara Kemal masih bersikap datar.
"Putri saya , seorang management bisnis. Lulusan terbaik dikampusnya. Jika anda berkenan mengajak gabung, saya sangat merasa terhormat sekali." ucap tuan Daniel sembari menunjuk kearah wanita dengan mengenakan gaun berpotongan kerah sabrina berwarna merah menyala .
"Diperusahaan saya sudah banyak memiliki sarjana management bisnis."
Tuan Fawaz yang mendengar itu menjadi kesal dengan sikap putranya. Pria berusia menjelang enam puluh tahun itu pun berdiri dari kursinya.
"Walau diperusahaanmu sudah banyak, kamu selaku pemilik bisnis tak bisakah memasukkan satu orang yang benar-benar kompenten untuk kemajuan bisnismu."
"Saya menerapkan kejujuran dan keterbukaan di perusahaan saya. Jika putri tuan Li bersikeras ingin menjadi pekerja di Kemal Corp. Harus menjalani tes sebagaimana calon pekerja lainnya. Tidak ada jalur khusus di Kemal Corp." sahut Kemal tegas. membuat semua orang yang berada diruangan keluarga tersebut menahan nafasnya.
"Krisnabella Li , bukan gadis sembarangan, Kemal . Dia putri satu-satunya tuan Daniel Li. Pemilik Golden City estate yang cabangnya ada di Jakarta, Malaysia dan Tiongkok. Seharusnya aturan yang kau sebutkan tadi tak berlaku untuknya." tuan Fawaz berusaha menegaskan keinginannya, sementara paman farid hanya duduk tenang sembari menyaksikan ayah dan anak asling beradu pendirian.
"Lantas perlakuan istimewa seperti apa yang ingin didapat putri seorang taipan?"
"Jadikan dia rekan bisnis sekaligus tunanganmu. Dan saya akan merasa sangat tersanjung dengan itu." pinta tuan Daniel membuat Kemal mengeraskan rahangnya menandakan kalau pria itu tidak menyukai apa yang dikatakan oleh tuan Daniel," Saya akan menginvestasikan dana saya ke Fawaz company juga Kemal Corp jika anda bersedia."
"Tuan Daniel benar, Kemal. Saat ini tak ada wanita yang lebih pantas menjadi teman bisnis sekaligus pasanganmu selain nona Krisnabella."
Wajah Kemal yang biasa terlihat angkuh semakin angkuh, tatapan matanya yang tajam seperti menghunjam siapa saja yang tersapu tatapan mata itu.
"Apa ayah menyukai putri tuan Li ?" tanya Kemal sarkas.
"Tentu saja. Nona Li selain cantik , cerdas juga sangat kompenten. Sangat disayangkan kalau sampai disia-siakan begitu saja" jawab tuan Fawaz lugas, sementara Farid hanya tertawa tipis mendengar pertanyaan pancingan dari Kemal.
"Memang sangat disayangkan. Nona Li memiliki kemampuan mumpuni tapi perusahaan saya saat ini tidak kekurangan tenaga di divisi management. Dan saya pribadi merasa belum waktunya mencari pekerja baru."
"Kalau tidak bisa jadi rekan kerjamu, bagaimana kalau jadi pasanganmu. Tentu nona Li tidak keberatan."
"Saya yang keberatan." sahut Kemal membantah perkataan ayahnya.
"Usiamu sudah kepala tiga, Kemal. Kapan kamu akan mencari pasangan hidupmu ?"
"Itu urusan saya. Dan saya tak ingin ada yang mengusik kehidupan pribadi saya." Kemal sudah mulai jengah dengan desakan ayahnya.
Lalu pria itu kembali berkata yang membuat tuan Fawaz naik darah," Kalau saya menolak tawaran nona Li untuk menjadi rekan kerja dan pasangan hidup. Kenapa tidak Fawaz company saja yang mengambilnya. Karena orang yang memiliki kemampuan seperti nona Li sangat sayang untuk di sia-siakan. Dan saya yakin presdir Fawaz Company akan setuju."
"Apa maksud kamu, Kemal! Jangan asal bicara." bentak tuan Fawaz namun Kemal hanya mengangkat bahunya tak perduli.
"Ayah akan ambil alih Kemal Corp, kalau kamu terus saja membangkang."ancam Fawaz namun yang diancam tetap bersikap tak acuh.
"Coba saja. Fakta yang akan terjadi justru sebaliknya. Kalau ayah terus saja mencampuri kehidupan Kemal, saya pastikan Fawaz company akan berubah nama menjadi Kemal Corporation." balas Kemal, lalu berjalan meninggalkan ruangan besar itu. Tujuannya tentu saja meninggalkan acara yang tak ada manfaatnya buat dirinya.
"Sudahlah, Fawaz. Waktunya kurang tepat untuk membicarakan perjodohan. Kamu seperti tidak mengetahui bagaimana sikap Kemal. Dia paling tidak suka urusan bisnis dicampur aduk dengan percintaan." Farid melerai perdebatan antara ayah dan anak itu.
Farid lalu meralih ke tuan Daniel juga Krisnabella yang tampak kecewa dengan sikap Kemal.
"Mohon dimaafkan sikap ponakan saya tadi. Sebenarnya kemal adalah type orang yang mudah diajak bicara asal tidak melanggar prinsipnya ." ucap Farid sembari sedikit membungkukkan badan .
"Anak itu selalu saja keras kepala." umpat Fawaz dengan rasa malu juga kesal, lalu pria itu berbalik menghadap tuan Daniel dan berkata dengan lembut," Jangan di pikirkan sikap anak saya tadi. Saya harap tuan Daniel tidak menarik investasinya ke Fawaz Company. Terkait putri tuan Daniel, saya pastikan Kemal akan bertekuk lutut didepannya."
"Saya pegang janji anda tuan." jawab Tuan Daniel sebelum meninggalkan ruangan bersama putrinya.
"Kak, masukkan putri tuan Daniel sebagai manager pemasaran di Fawaz, geser Aulia ke bagian Finansial." perintah Fawas pada kakaknya Farid.
"Saya lihat dulu, tak elok rasanya menggeser karyawan yang memiliki kompetensi bagus begitu saja, hanya karena seorang gadis putri investor besar."
"Itu urusan kakak, saya ingin Krisnabella lusa sudah berkantor di Fawaz Company." sahut tuan Gawaz lalu meninggalkan ruang santai rumahnya yang besar umtuk beristirahat. Perdebatannya dengan Kemal tadi sukses membuat tekanan darahnya naik.
************
Kemal melajukan mobilnya kearah kawasan Kuningan, namun dia harus kecewa karena kafe yang akan ditujunya sudah mau tutup. Karena terlihat beberapa karyawan kafe sedang merapikan kafe dan menutup jendela kaca lebar yang ada di kafe tersebut.
Kemal lalu menjalankan mobilnya kembali, tidak ke apartemen taman Rasuna Said tempatnya tinggal namun pria itu malah melajukan mobilnya ke taman Menteng untuk sekedar mendinginkan kepalanya akibat berdebat dengan ayahnya.
Hampir pukul sebelas malam, kondisi taman Menteng sudah cukup sepi, namun masih ada beberapa orang yang duduk-duduk di lapangan basket menghilang rasa lelah selepas berolahraga malam.
Kemal keluar dari dalam mobilnya, lalu memilih duduk dibangku semen yang menghadap kearah jalan raya.
"Boleh numpang duduk disini, pak ?" suara seorang wanita membuat Kemal menoleh dan terkejut saat mengenali siapa yang menyapanya.
"Loh, kamu !" ucap Kemal dan orang yang menyapanya secara bersamaan.
"Ngapain kamu disini ?" tanya Kemal pada gadis yang menyapanya yang kini sudah duduk didepannya.
"Om sendiri, ngapain malem-malem disini? cari bencong ?" gadis yang menyapa Kemal bertanya tanpa ada rasa sungkan. Gadis itu adalah Ghania Syaqilla.
"Om ? Apakah saya setua itu ?" Kemal menaikkan satu alisnya mendengar gadis itu memanggil dirinya.
"Kalau tua itu relatif sih." sahut Ghania cuek.
"Lalu dari sisi mana kamu menilai saya tua ?"
"Dandanan om, yang terlihat tua. Pakai setelan jas lengkap seperti mau ngadep penghulu. Aneh aja gitu, apalagi ditaman ini." Ghania sangat polos mengatakan pendapatnya membuat Kemal secara samar meringis .
Pria itu lalu membuka dasi yang masih menghiasi lehernya dan memasukkannya kedalam kantong jas yang dipakainya.
"Sudah jam segini, kenapa masih keluyuran ditaman ?"
"Memangnya om, bapak saya? Saya nggak keluyuran om. Cuman tadi janjian sama temen disini."
"Janjian , ditaman ?"
"Iya. Memangnya kenapa, nggak boleh ?"
Kemal hanya mengangkat kedua bahunya menjawab pertanyaan Ghania, tiba-tiba dia merasa lapar. Perutnya pun sampai mengeluarkan suara.
"Om lapar ya?"
"Tidak. Saya tidak lapar," jawab kemal sembari berusaha meredakan suara diperutnya.
"Kalau lapar bilang saja, om." sahut Ghania lalu berdiri. Tanpa menunggu jawaban Kemal, Ghania beranjak dari duduknya dan meninggalkan Kemal sendiri.
Tak lama Ghania kembali, gadis itu langsung menyodorkan sebuah kantong kertas kehadapan Kemal.
"Penjual ketoprak udah pada pulang, yang ada cuman bakpao aja. Nih, ambil om. Daripada cacing diperut om pada demo." ucap gadis itu, lalu duduk ditempatnya semula.
Kemal menatap gadis didepannya dengan tatapan aneh, namun rasa lapar semakin membelenggunya. Dengan perlahan, di gigitnya bakpao yang terasa hangat itu secara perlahan. Lidah kemal langsung mengecap rasa bakpao tersebut yang ternyata cukup enak dengan isian ayam suwir.
"Berapa harga bakpao ini?Biar saya ganti."
"Ndak usah diganti, om. saya ikhlas kok. "
"Kenapa kamu berbaik hati membelikan bakpao untuk saya?"
"Saya nggak beli bakpao untuk , om. Tapi saya beli karena saya juga lapar dan kebetulan om juga lapar. Daripada saya harus menggendong om yang pingsan karena lapar, lebih baik saya bagi bakpao saya ."
"Saya tak akan pingsan hanya karena lapar." sungut Kemal sedikit kesal merasa diremehkan gadis cantik didepannya ini.
Kemal menatap takjub kearah gadis didepannya, dengan cueknya gadis itu meneguk air mineral dari botol.
"Oiss lupa. ini minum buat, om. Kalau masih lapar habiskan aja bakpaonya. Mubazir ." ucap Ghania sembari meletakkan botol berisi air mineral keatas bangku disebelah Kemal duduk.
"Kalau takut mubazir kenapa beli banyak."
"Penjualnya tadi nggak punya uang kecil buat kembalian. Lagi pula beliau sudah mau pulang." jawab Ghania lalu sibuk dengan ponselnya, tak lama terdengar suara gadis itu menelphone seseorang.
"Iya, mak. Bentar Qilla pulang kok. Motor Qilla masuk bengkel, mogok tadi."
Tak lama gadis itu memasukkan kembali ponselnya kedalam kantong hoodie putih yang dipakainya, lalu berdiri.
"Sorry ya om. saya nggak bisa nemenin om nunggu bencong. Emak saya sudah nelphone disuruh pulang."
"Kamu pulang kemana ?"
"Ya, kerumah emak saya."
Kemal menahan rasa kesalnya, lalu berkata dengan nada sedikit tinggi,"Iya saya tahu. Maksud saya rumah emak kamu dimana?"
"Daerah Bekasi."
Kemal lalu ikut berdiri,"Ayo, saya antar kamu pulang."
Ghania jelas saja bengong mendengar perkataan Kemal. Gadis itu masih berdiri ditempatnya saat kemal berbalik kearahnya.
"Katanya mau pulang. Kenapa masih berdiri disitu? Bencong nggak akan lewat sini."
Ghanis jelas tergagap, lalu dengan cepat mengikuti langkah kaki Kemal yang panjang. Walau hatinya sedikit ragu namun kakinya tetap melangkah mengikuti pria itu kearea parkir.
"Masuk!" perintah Kemal pada Ghania sembari membuka pintu mobilnya, Ghania jelas saja terdiam karena pria itu membuka pintu depan untuknya.
"Saya duduk dibelakang saja , om."
"Saya bukan sopir online. Masuk sendiri atau saya paksa."
"Ehh iya, saya masuk." Ghania lalu buru-buru masuk kedalam mobil mewah itu dan duduk disebelah Kemal yang mengemudi.
Mobil lalu bergerak meninggalkan Taman Menteng. Ghania yang merasa sedikit tak nyaman membuka jendela mobil yang membuat Kemal mengerutkan keningnya bingung.
"Nggak biasa naik mobil mewah ya? Biasa naik angkot ?" ejek Kemal pada Ghania.
"Nggak. Untuk menghilangkan fitnah saja. Saat pria dan wanita yang bukan mahrom atau pasangan halal berada didalam mobil yang sama dan tertutup."
"Tapi ini malam hari, nona. Kamu sama saja mengundang penjahat mendekati mobil ini." sahut Kemal sembari menutup jendela mobil disebelah Ghania.
Ghania hanya pasrah, dirinya juga tak ingin dihadang begal ditengah jalan. Dia masih menyayangi nyawanya. suhu dingin didalam mobil dan alunan lembut suara Shania Twain membuat Ghania harus berusaha menahan kantuknya.
"Oh ya , nama kamu siapa ?"
"Ghania Syaqilla, tapi panggil saja Qilla. Om sendiri namanya siapa ?"
"Kemal. Tolong jangan panggil saya om. Saya serasa sedang membawa gadis bau kencur untuk jalan-jalan."
Ghania meringis mendengar perkataan Kemal. Lalu pandangan gadis itu terarah ke jalan didepannya. Untuk sesaat, gadis itu mengerutkan kedua alisnya saat menyadari arah jalan yang mereka lalui.
Apakah tadi aku sudah memberitahu Kemal arah kerumahku? tanya hati Ghania. Gadis itu lalu menoleh kearah Kemal yang tampak fokus dengan jalan didepannya.
Jalan menuju keperkampungan dimana Ghania tinggal memang cukup gelap karena berada dipinggir kota. Terdapat banyak lubang dijalan beraspal itu, ditambah lampu jalan yang tak semuanya menyala membuat pengemudi baik kendaraan roda dua maupun empat harus berhati-hati saat melintasinya.
Mobil Kemal lalu berbelok kearah tempat tinggal Ghania, membuat gadis itu semakin penasaran.
"Yang mana rumahmu?"
Ghania yang sedang melamun jelas tergagap mendapat pertanyaan tiba-tiba dari pria disebelahnya, " Eh itu yang pagar kayu dengan pohon mangga di halamannya." tunjuk Ghania pada rumah yang masih berjarak kurang lebih 200 meter itu.
Kemal lalu menghentikan mobilnya didepan rumah yang ditunjuk Ghania dan kesempatan ini dipergunakan Ghania untuk bertanya pada Kemal.
"Kok kamu tahu rumah saya?Padahal sejak naik kemobil tadi, saya belum ada bilang arah rumah saya."
"Saya, sudah pernah ngantar kamu."
Ghania membulatkan kedua matanya bingung," Hehh... ngantar saya. kapan?"
"Ada waktunya kamu akan tahu. Sekarang turun dan segera masuk kerumah." perintah Kemal. Ghania yang masih penasaran terpaksa mengalah. Gadis itu dengan cepat turun dari mobil mewah milik Kemal.
"Terima kasih banyak sudah mengantar Qilla. Fii Amanillah ya." ucap Ghania sembari melambaikan tangannya. Gadis itu lalu berlari masuk kedalam rumah kayu itu. Setelah memastikan Ghania aman, Kemal memutar mobilnya dihalaman rumah Ghania yang cukup luas dan kembali melajukan mobilnya kearah Jakarta.
Sementara Ghania yang mengintip dari balik tirai jendela hanya bergumam pelan," Ternyata dia baik juga."
Dan malam ini Ghania tertidur dengan senyum dibibirnya. Hembusan angin malam yang masuk melalui celah pada dinding kayu kamarnya membuat gadis itu cepat terlelap dalam tidurnya.
Sementara pada jarak beberapa ratus meter, tampak Kemal tersenyum simpul, pria itu terlihat senang. Pelan Kemal bergumam sendiri,"Ternyata kamu gadis yang polos dan cukup menyenangkan. Ghania Syaqilla, nama secantik orangnya."
**********
"Kadang sepi jadi sahabat yang paling mengerti. Bahwa sunyi merupakan bagian dari hal yang paling memahami. "_______________________________________ Awan kelabu masih menggantung di ujung langit, saat Ghania melangkah memasuki peron stasiun kereta api di Bekasi. Ikut berdiri didalam antrian penumpang KRL yang rata-rata adalah orang-orang yang mengantungkan hidupnya di perusahaan, mall atau warung makan di ibukota negara, kota Jakarta. Saat peluit petugas stasiun berbunyi. Ghania dengan cepat berjalan menuju peron. Melewati kerumunan wanita dengan seragam yang sama asik mengobrol tentang berita salah satu artis terkenal yang ditinggal oleh tunanganya yang menikahi artis lainnya. Melewati beberapa pria dengan kemeja rapi dan dasi menghiasi lehernya, tampak gagah dan tampan. Terbaca di idcard yang tergantung di leher, kalau mereka adalah karyawan bagian pemasaran disebuah perusahaan retail.
"Jalan takdir seseorang tak ada yang bisa mengetahuinya kecuali si pembuat takdir itu sendiri."_______________________________________Hari sabtu selepas sholat Dhuha. Ghania bersiap untuk menghadiri acara akad nikah Nissa yang dilaksanakan disalah satu hotel di jalan Hayam Wuruk.Mengenakan gamis warna hijau botol berpotongan A dengan bahan yang lembut dan jatuh dipadu dengan pasmina model plisket warna abu-abu rokok membuat tampilan Ghania terlihat lebih anggun dan semakin cantik.Dan Arlena berjanji akan menjemputnya untuk bisa pergi bersama keacara pernikahan tersebut. Tepat pukul sepuluh pagi, mobil Agya berwarna merah parkir didepan rumah Ghania yang sederhana dengan halaman yang ditanami pohon buah seperti mangga manalagi, jambu air dan mlinjo."Mak, Qilla pergi dulu ya." Pamit Ghania pada wanita paruh baya yang mengantarnya hingga teras. Ibu Maesarah mengangguk dan mencium kening putrinya
"Aku kadang berpikir untuk pergi tapi kaki ini tak bisa diajak untuk berlari. Akhirnya aku hanya bisa diam di sini, menunggu hal yang tak pasti akan terjadi."_______________________________________ Kemal menghentikan mobilnya di parkiran sebuah restoran yang terletak di kawasan Ancol. Sebuah restoran yang terkenal dengan hidangan laut dan menu western juga Chinese-nya. "Kok, ke sini?" Ghania menoleh kearah Kemal yang sudah melepas safety belt-nya. "Aku lapar. Kalau kau tak lapar, maka temanin aku makan." "Kenapa aku harus menemanimu makan. Memangnya kau tak bisa makan sendirian?" "Aku hanya tidak mau, meninggalkanmu di mobil sementara perutmu berbunyi menyuarakan musik lapar. Bisa-bisa kamu pingsan lagi," balas Kemal sembari membuka pintu dan turun dari mobil,"Ayo, turun. Aku hanya mengajakmu makan. Bukan mengajakmu untuk ngamar." "Dasar mesum," decih Ghania yang disambut tawa oleh Kemal. Senyum dan tawa pria ini sangat seks
"Seberapa kuatnya kamu, pasti ada saatnya kamu akan melemah karena hatimu sedang tidak baik-baik saja. "_______________________________________ Ketika sang surya bangun dari ranjangnya kembalilah si cantik arunika yang cahayanya menyeruak dibalik segarnya dedaunan pagi. Ghania merentangkan kedua tangannya menikmati segarnya udara pagi di kampungnya yang masih terbilang asri dengan pepohonan rindang yang masih banyak berdiri tegak di pinggir jalan. "Mak, kemungkinan qilla bisa nginap di kafe malam ini. Karena pasien Qilla banyak sekali hari ini . Juga Qilla harus menyelesaikan laporan keuangan dikafe karena ini mendekati akhir bulan. " Qilla berkata sembari mengikat tali sepatu sneakers putihnya. Emak Maesarah mengangguk sembari menyuapkan sesendok nasi uduk ke mulut Ghania juga Khanza. Ini satu kebiasaan yang selalu dilakukan emak sejak Ghania masih kanak-kanak. Menyuapi putrinya sambil bermain, belajar atau han
"Kupinjam bahumu sesaat, untuk merebahkan kepalaku agar reda suara tangis di hatiku. "_______________________________________ Sedang asik berjalan sembari mengenang kembali kejadian konyol dimasa kecilnya terkait mitos pohon beringin, Ghania merasa ada yang mengikutinya. Tiba-tiba ada yang mencekal tangannya membuat Ghania terkejut. Gadis itu segera menoleh kebelakang dan seketika jeritannya pun keluar. "Waaaaa... Emak! " Tampak seorang pria berwajah kotor karena debu memengangi tangannya sembari tertawa. Seketika rasa takut memguasai diri Ghania. Gadis itu berusaha melepaskan cekalan tangan pria tak dikenal itu. "Mau kemana lagi, neng. Ayo, kita pulang,"ucap pria itu tetap memegang tangan Ghania. "Saya bisa pulang sendiri. Tolong, lepasin tangan saya." Ghania berkata dengan wajah yang pucat.
"Orang lebih banyak percaya apa yang dilihat dari pada apa yang di dengarnya. Namun hanya mendengar pun tak, baik tanpa melihat buktinya secara langsung. "_______________________________________Udara hangat dan cahaya yang cukup terang membuat Ghania mengerjapkan kedua matanya.Gadis itu menggeliat dan tersipu sendiri saat menyadari kalau semalaman dia sudah membuat pangkuan Kemal menjadi bantal.Dan terasa hangat karena jaket milik pria itu yang menyelimutinya.Ghania lalu bangun dari tidurnya, namun saat menegakkan tubuhnya. Jantung gadis itu serasa akan lepas dari tempatnya.Kedua matanya membola dengan wajah bingungnya. Segera dibangunkannya Kemal yang masih tertidur dalam posisi duduknya."Mal, Kemal! Bangun. Kita jadi tontonan orang. "ucap Ghania lirih sembari menarik-narik kaus yang dipakai pria ituGerakan
"Menikah itu adalah nasib, mencintai adalah takdir. Kamu bisa berencana menikah dengan siapa saja. Namun kau tak bisa rencanakan cintamu pada siapa."_______________________________________Kemal tampak berada di sebuah toko perhiasan, disebuah mall. Ikut bersamanya kedua teman dekat juga salah seorang pegawai di kantor kepala desa. Untuk memastikan Kemal tidak menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri.Kemal memilih seuntai kalung dari bahan emas putih 24 karat dengan liontin berbentuk matahari sebagai mas kawinnya. Pria itu tak memilih cincin karena tak mengetahui ukuran jari tangan Ghania. Dan seperangkat perlengkapan sholat sebagai pendampingnya. Tak lupa pria itu juga membeli baju koko dan celana bahan beserta peci berwarna hitam untuk dirinya.Dia lalu menyeret Sabran untuk menemaninya masuk ke toko yang menjual baju muslimah. Dia ingin membelikan Ghania gamis untuk akad nikah nanti. Selembar gamis berbahan Maxmara atau sering disebut sutr
"Buruk dimata manusia belum tentu buruk dimata Allah begitu juga sebaliknya."_______________________________________ Sementara itu dirumah pak kades, tampak Ghania yang merebahkan kepalanya di bahu emak. Wanita paruh baya itu hampir saja kena serangan jantung saat Sulaiman menjemputnya dan mengabarkan masalah yang sedang dialami putrinya. "Tidak usah menangis, semua sudah terjadi. Ini semua pasti ada campur tangan Allah dalam mewujudkan takdir pernikahanmu. Jangan pernah berprasangka buruk pada siapa pun. Terima dan jalani dengan ikhlas, Insya Allah semua pasti akan menemukan kebahagiaannya. " Suara lembut emak menenangkan putrinya yang sedang galau. Bukan karena dia harus menikah dengan Kemal yang membuatnya galau, tapi latar belakang keluarga pria itu yang membuatnya merasa kecil. Ditambah lagi dia tidak mencintai pria itu. Hatinya masih terpatri pada nama pria la
"Air dan darah, bagaikan ikatan keluarga dan pertemanan. Dimana darah akan lebih kental dari air namun kadang kala, malah air yang lebih bisa menyatukan."***Kemal diam, pria itu bergeming sedikit pun menunggu apa yang akan disampaikan ibu mertuanya. Jujur dia merasakan sesuatu yang sangat dekat dengannya saat menatap kedua mata Khansa yang bernetra coklat terang dengan garis wajah sama seperti garis wajah wanita Arab dengan sepasang garis rahang yang kokoh.Sementara Ghania juga tampak serius, walau dia sendiri tahu apa yang akan di ceritakan sang ibu, namun wanita cantik itu tak rela bila dirinya dikatakan berneda dengan sang adik."Khansa dan Ghania sama sekali tak memiliki ikatan darah karena pernikahan, juga dengan persusuan. Karena Khansa adalah anak yang saya rawat sejak usia satu tahun.""Jadi Khansa itu anak adopsi, Bu?""Bukan adopsi sih, lebih tepatnya anak angkat. Kalau adopsi kan, Khansa di temukan oleh Ghania dan ayahnya
"Masa depan tak akan pernah lepas dari masa lalu. Karena dari masa lalu kita akan banyak belajar untuk tidak mengulang apa yang etrjadi di masa lalu."***Kemal tampak memperhatikan gadis kecil yang tengah bermain bersama temannya. Wajah polos dengan di bingkai kerudung berwarna pink dihiasi gambar strawberry tampak bahagia. Tawa dengan menampilkan deretan gigi mentimun yang berjejer rapi membuat siapa yang melihat pasti akan ikut tertawa."Yaaahh, kepala barbienya copot!" seru Khansa dengan wajah sedih."Kamu kalau sisirin rambutnya jangan kuat-kuat, copot kan kepalanya," omel Khansa pada Tiara teman mainnya."Maaf, Khansa. Tiara ndak sengaja. Biar Tiara bawa pulang saja dulu, nanti di perbaiki sama bunda," jawab Tiara dengan wajah bersalah."Tidak usah di bawa pulang, sini kakak perbaiki bonekanya," kata Ghania yang baru keluar dari dapur dengan membawa secangkir teh untuk suaminya, lalu mengambil boneka di tangan Tiara."Terima kasih, Kak
"Satu kenyataan pahit tak bisa di elakkan jika itu berasal dari sebuah penggalan masa lalu yang mengawali adanya masa depan."*****Kemal hanya bisa menunduk, kedua tangannya mengepal menahan amarah yang tiba-tiba meluap begitu saja. Setelah mendengarkan rekaman yang diberikan oleh mantan sekretaris almarhum sang kakak, Kemal bagai ditampar dengan begitu kerasnya."Jadi, kecelakaan yang dialami kak Khalid bukan murni kecelakaan? dia sengaja di bunuh demi tahta Fawaz Corp. Lalu ada rahasia besar apa sebenarnya yang melibatkan diriku, hingga kak Khalid begitu ingin menutupinya dari tante Shimar?" tanya Kemal seakan berbicara pada diri sendiri."Kecelakaan yang salah sasaran!" sahut Zahir dan diangguki oleh Kemal.Didepannya duduk paman Zahir yang merupakan sahabat ayah juga paman Farid. Pria berusia baya itu menatap kearah Kemal dengan iba."Khalid tahu siapa yang membuat ibumu bunuh diri, dan ternyata itu bukan Fawaz Al Hadid," ujap Zah
"Sebuah cerita baru akan dikatakan lengkap saat ada awalan juga akhirannya. Dan apapun warnanya, itulah sebuah jalan cerita dari kisah hidup anak manusia."*****Kemal melajukan mobilnya kearah markas kelompok bawah tanah miliknya yang biasa di sebut dengan rumah hijau. Berita dari Sammy membuatnya ingin mematahkan leher seseorang dan itu pastinya Dinero si rubah hitam yang masih ingin merebut jalur bisnis bawah tanah milik Kemal Fawaz Corp.Memarkir mobil ditempat khusus dan langsung masuk kerumah yang disekelilinganya di tumbuhi tanaman rambat dan pohon berukuran besar. Marco dan Lexi yang sudah menunggu langsung menyambut bossnya ini.Kemal menatap penuh amarah pada dua pria yang duduk dikurisi dengan tangan yang terikat kebelakang. Wajah mereka menyiratkan ketakutan dan kekhawatiran terhadap nasib mereka."Dinero lagi! kenapa dia selalu menyuruh kelinci untuk masuk ke kandang harimau? Dan kalian berdua! sudah siap mati
"Ayah adalah panutan anak, tapi tak hal itu tak berlaku sama jika seorang anak tak lagi memandang ayahnya sebagai ayah."*****Kemal dengan terpaksa menemui ayahnya untuk mengadukan prilaku dari salah satu wanita penghuni hareem milik pria tua itu. Sebenarnya dia enggan untuk berurusan dengan sang ayah, karena Kemal tak mau di kekang oleh ayahnya. Bahkan saat tuan Fawaz menawarkan Fawas Corp, Kemal terang-terangan menolak, dia lebih suka menjalankan bisnis dibawah namanya sendiri.Karena dengan begitu dia bisa memiliki kuasa atas semuanya, tak perlu berbagi pada siapa pun termasuk si adik dari istri ketiga ayahnya yang sangat berambisi ingin menguasai semua harta Fawas Al Hadid."Apa kamu punya bukti kalau Zahira yang menjadi dalang atas penculikan istrimu?"tanya tuan Fawaz dengan pandangan menyelidik.Kemal menunjukkan beberapa photo seorang wanita bersama pria yang berbeda yang salah satunya ada
"Sikap tenangmu membuatku tenang, ketakutanmu adalah lebih menakutkan. Aku tak ingin kau menjadi takut karena aku akan selalu ada agar kau tetap merasa tenang." Kemal Aldino Fawaz. ****** Ghania memperhatikan buku-buku jari tangan kanan suaminya yang membekas luka. Seingatnya sewaktu pergi ke jamuan makan malam, tangan kanan suaminya baik-baik saja, tapi kenapa pagi ini sudah ada luka di situ. "Tangan Mas kenapa?" tanya Ghania akhirnya, membuat Kemal menoleh dan menunjukkan tangan kanannya yang terdapat luka memar."Ini?" "Iya ... itu kenapa? Kemarin malam, tangan mas baik-baik saja,"sahut Ghania lalu beralih duduk di sebelah suaminya yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Lalu memandangi sang suami dengan penuh selidik,"Mas habis berantem, ya?" "Hanya mukuli preman yang mencoba membawa pergi istriku," jawab Kemal membuat Ghania kembali mengingat kejadian malam kemarin dan kedua mata wanita cantik itu membola sempurna
"Khawatir dan ketakutan menjadi kunci hilangnya keberanian bila terus di pikirkan. Tapi jika kamu mau, jadilah kuat untuk mengubah takut menjadi berani."*****Arunika menyapa ramah saat sang surya bersiap untuk bergeser dengan sinar hangatnya. Dersik serenata mengalun pelan diantara tarikan halus nafas dua insan yang saling mendekap penuh hangat. Emosi semalam luruh dengan wangi aroma petrikor yang menguar dari celah pintu balkon yang sedikit terbuka. Menghamburkan udara dingin habis hujan semalam.Ghania mengeliat saat mendengar alarm ponselnya berbunyi, dengan sedikit sulit dia mengulurkan tangannya agar bisa menggapai ponsel yang berada diatas meja nakas. Gerakannya membuat pria kekar disebelahnya malah semakin mengeratkan pelukan dan menempelkan wajah tampan khas Timur Tengahnya di dada penuh milik Ghania, istrinya."Mas ... Mas Kemal! Bangun dulu, kita belum sholat subuh,"ucap Ghania sembari
"Kebencian dapat mematikan hati nurani, membutakan mata untuk melihat satu kebenaran diantara ribuan kebohongan." ******** Di salah satu ruangan direksi gedung Fawaz Corp lantai 7, tampak seorang wanita dengan wajah cantik khas Timur Tengah dengan tatanan rambut yang di sanggul tinggi menunjukkan kelas sosialnya. Usianya diperkirakan berada di tengah usia 30 an tahun. Ekspresi kesal tampak sekali terlihat diwajah cantik itu, duduk di dekatnya seorang pria berperawakan besar dengan jambang yang menghiasi rahang kokohnya. Keduanya terlihat sangat serius, bahkan si wanita beberapa kali terdengar kata makian dari bibirnya yang di poles lipstik warna merah menyala. "Kenapa gagal lagi, apakah kamu tak mengirim semua anak buahmu untuk memperdaya Kemal?" "Anak buahku tak sebanyak anak buah Boss Kemal Corp itu. Yang memiliki kemampuan beladiri, inteligen dan IT yang merupakan kekuatan mereka."
"Aku tidak memiliki kekuatan dan kebaikan seperti itu. Jika aku melakukannya, aku akan lebih berbelas kasih daripada Tuhan, percayalah." Don Pito Carleone - The Godfather Movie ***** Kemal memperhatikan dokter Farhan memeriksa kondisi istrinya yang belum juga siuman daripingsannya. Menurut hasil pemeriksaan, Ghania terlalu banyak menghirup obat bius sehingga membuatnya tertidur dengan tanpa merasakan apa-apa. Wajah Kemal masih terlihat menakutkan, dingin juga kejam. Sorot mata bernetra biru tua itu sangat tajam mengawasi dokter yang tak lain adik sepupunya ini. Walau marko bersama tim kerjanya berhasil meringkus semua penjahat yang menculik istrinya, tapi pria itu belum merasa senang karena istrinya masih dalam kondisi mengkhawatirkan. "Bagaimana?"Tanya Kemal begitu Farhan selesai dengan pemeriksaannya, dokter muda itu meminta kepada asistennya untuk memasangkan infus di punggung tangan Ghania untuk menetralisir efek obat biu