"Sudah-sudah! Jangan memperpanjang masalah kalian. Ini udah usai, Alvaro sudah menikahi Calista, biarkan mereka bahagia dengan hidupnya. Sekarang pikirkanlah dirimu sendiri. Masalahmu jauh lebih besar dibandingkan mereka.Riana memisahkan kedua anaknya dengan tubuhnya gemetaran. Dia hanya khawatir kalau mereka sama-sama emosi dan berakhir dengan baku hantam."Tapi mereka sudah membohongiku, Ma. Sakit Ma, dibohongi kayak gini," jawab Alka."Terus ..., apa kau pikir Calista tidak sakit hati karena kau bohongi? Kalian sama-sama salah, tidak seharusnya kalian saling menyudutkan," cecar Riana.Semakin meluap-luap saja emosinya. Dia sudah bisa menerima jika Calista dan Alvaro pernah membuatnya kecewa, tapi Alka, jauh lebih membuatnya kecewa, karena sudah mempermalukan keluarga."Lebih baik kamu telepon perempuan itu, dan suruh dia datang ke sini. Mama ingin bicara sama dia. Apakah benar, kalau anak yang dikandungnya itu benar-benar darah dagingmu? Kalau ternyata bukan anakmu, Mama juga t
Acara makan malam begitu hening. Semua orang sama-sama diam. Bayu nampak geram dengan keluarganya. Setiap pulang ada saja kelakuan keluarganya yang membuatnya tak nyaman berada di dalam rumah."Rumah ini udah mati kayaknya, nggak layak huni. Apa sebaiknya kita jual saja ya?"Tiba-tiba kalimat terlontar membuat penghuninya langsung menoleh padanya."Apa maksudnya Pa? Kita jual rumah ini?" tanya Riana. "Apa Papa punya hutang di Bank, atau orang lain?" Kembali wanita yang tidak lagi muda itu bertanya.Bayu meliriknya sekilas, ia mendadak tak berselera makan."Kalau untuk pebisnis itu pasti punya hutang, Ma. Nggak ada yang murni tanpa berhutang. Aku tak mempermasalahkan soal hutangku. Aku bekerja untuk keluarga dan juga membayar hutang-hutangku. Kamu tenang saja, masalah hutang, aku tidak akan melibatkanmu," tegas Bayu.Selama menikah dengan Riana, dia memang sudah pandai berbisnis, tapi tak sekalipun dia mengeluh dan meminta bantuan pada istrinya. Apapun yang terjadi, Riana selalu diutam
"Yang! Jangan tidur dulu. Aku mau bicara sama kamu."Mendapati suaminya yang sudah merebahkan diri dengan menutup mata, Calista langsung mengguncang-guncangkan lengan Alvaro. Dia sangat penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Alka di meja makan hingga membuat orang tuanya marah besar."Mau bicara apa lagi sayangku? Ini sudah malam, ayo kita tidur. Malam ini aku nggak menyentuhmu, kasihan kan, tadi malam udah berapa kali kita melakukannya, malam ini kita tidur biasa aja ya? aku peluk sini. Masa kamu udah minta jatah lagi."Calista langsung melemparkan batal ke arah muka Alvaro. Sangat gemas dengan ucapan suaminya. Padahal dia menghalangi Alvaro untuk tidak tidur, karena ingin tahu cerita yang sesungguhnya. Bukan meminta jatahnya sebagai istri."Kau itu keterlaluan! Siapa juga yang minta jatah. Aku walaupun nggak dikasih sebulan atau setahun nggak bakalan minta! Palingan besok pagi kamu bangunkan aku hanya untuk minta jatah, dengan merengek-rengek seperti anak kecil," bantah Calista.A
Pagi-pagi sekali Ratri datang menemui Calista di tokonya. Dia mencari tahu toko di mana Calista bekerja, karena penuh perjuangan, akhirnya dia bisa menemukannya. Calista sendiri sangat terkejut dengan kedatangan Ratri yang secara tiba-tiba. Padahal hubungan mereka tidaklah baik-baik saja. Semenjak kejadian di mana Calista memergokinya tengah bersatu dengan Alka, dia mendadak ilfeel pada wanita itu.Dengan berbasa-basi, akhirnya Calista bertegur sapa dengannya. "Ratri! Ngapain kamu datang ke sini?" tanya Calista dengan tatapan sinis. Sakit hati yang ditorehkan Alka dengan Ratri belum bisa membuatnya memaafkan mereka berdua, walaupun terkadang dia merasa bersalah pada Alka."Aku sengaja datang kemari karena ingin bertemu denganmu. Ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan padamu," jawab Ratri dengan tatapan yang berbeda, sepertinya perempuan itu sedang terpuruk dan malu menghadapinya. Ratri mengabaikan rasa malunya untuk keukeh menemui Calista, walaupun ia tahu Calista tak mudah mene
"Apa? Kau memintaku untuk merawat anakmu? Mana bisa begitu. Kau itu ibunya, kau harus merawatnya sendiri. Dasar orang gila!"Calista mendadak geram dengan Ratri. Ucapannya begitu buruk, bisa-bisanya wanita itu ingin menyerahkan anaknya jika sudah lahir tanpa mau merawatnya sendiri, hanya wanita gila saja yang tidak mau merawat anak kandungnya sendiri."Tapi aku melakukan semua ini karena terpaksa. Kalau saja Alka tidak mau merawat anaknya, buat apa aku merawat anakku sendirian. Jika aku memberikan anakku pada mbak Calista, setidaknya keluarga Pak Alka tau bahwa ini adalah keturunannya, biar bayi ini mendapatkan nama, biar dia tidak menderita hidupnya. Aku akan mencari jalan hidupku sendiri. Aku tidak akan lagi berurusan sama kalian. Sekarang Aku menyerahkan anak ini pada kalian."Kamila yang tahu anaknya tengah bersitegang dengan seorang perempuan di dalam tokonya, dia langsung menghampirinya. Dia takut Calista kenapa-napa karena ulah perempuan tersebut."Ada apa ini? Siapa dia ini C
"Calista!"Terdengar panggilan tertuju pada Calista di dalam tokonya, membuat si pemilik nama langsung menoleh. Calista melebarkan tatapannya pada dua gadis yang baru saja menginjakkan kaki di tokonya, dia tak lain adalah Natasha, dan Seina, Kakak sepupunya."Kak Natasha."Wanita yang memiliki kemiripan dengan Calista telah tiba di Indonesia, setelah tujuh tahun berada di luar negeri. Calista langsung menghambur memeluk sepupunya itu."Kak Tasha apa kabar? Kapan kakak tiba di sini?" tanya Calista memberikan sambutan hangat untuk sepupunya."Kemarin. Tapi masih belum sempat datang ke rumahmu," jawabnya dengan mengulas senyuman manis.Dulu Natasha memiliki kulit sawo matang, tidak seperti saudara lainnya yang kebanyakan memiliki kulit putih pucat, membuat saudaranya yang lain meledeknya, tapi sekarang saat sudah pulang, Natasha memiliki kulit putih bersih juga langsung mendapatkan ejekan dari Calista."Ini kakak habis oplas ya?"Melihat perbedaan kulit putih sepupunya, membuat Calista
Sudah menjadi kebiasaan Alvaro. Setiap jam makan siang dia selalu datang membawa makanan buat Calista dan juga mertuanya."Ayang! Aku datang cintaku."Begitulah seloroh pria muda yang sudah tidak lagi perjaka itu.Ketiga perempuan yang sedang ngobrol di dalam toko itu saling bertatapan."Tuh, ayangmu udah dateng tuh. Sono cepat samperin. Kali aja minta nenen," seru Seina.Calista langsung mendelik dan melemparkan bantal ke arah Seina. "Sembarangan aja kalau ngomong! Malu tau nggak! Ada Papa sama Mama bilang gitu."Calista berharap Mama dan juga Papanya tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Seina. Mereka memang sering bercanda, tapi Calista masih malu-malu jika sudah menyangkut tentang ranjang bersama suaminya."Yang! Di mana kamu?" Alvaro tidak mendapati keberadaan Calista, karena Calista dan juga saudaranya tengah menggelar karpet di bawah dan tertutup oleh daratan almari."Iya bentar. Aku ada di sini jawab Calista langsung beranjak dari tempat duduknya dan bergegas untuk menemui
"Ayo yang! Kenalin aku sama sepupumu itu. Apakah dia sama seperti Seina, menyebalkan seperti itu?"Alvaro orangnya memang suka kepo dengan urusan orang lain. Dia juga penasaran dengan gadis yang bernama Natasha, yang disebutkan oleh istrinya itu. Seina saja yang adiknya belum menikah, lantas Kakaknya juga belum nikah. Memangnya seumuran siapa yang namanya Natasha itu."Ngapain sih, kamu ngebet banget untuk ketemu sama dia. Awas aja kalau kamu sampai jatuh cinta sama dia. Aku pastikan akan mencincang-cincang terongmu itu."Agak geram Calista karena suaminya terlalu penasaran dengan kakak sepupunya yang memiliki wajah hampir mirip dengannya."Ya ampun sayang tega amat kamu ya?! Ini barangku cuman terbandrol untuk satu orang, dan itu sudah menjadi milik kamu seutuhnya, tidak akan ada perempuan lain yang akan memegangnya. Sudah tenang saja masih juga cemburuan."Calista tentukan untuk mempertemukan suaminya dengan Natasha. Karena biar bagaimanapun juga, Natasha juga ingin tahu seperti apa