"Yang! Jangan tidur dulu. Aku mau bicara sama kamu."Mendapati suaminya yang sudah merebahkan diri dengan menutup mata, Calista langsung mengguncang-guncangkan lengan Alvaro. Dia sangat penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Alka di meja makan hingga membuat orang tuanya marah besar."Mau bicara apa lagi sayangku? Ini sudah malam, ayo kita tidur. Malam ini aku nggak menyentuhmu, kasihan kan, tadi malam udah berapa kali kita melakukannya, malam ini kita tidur biasa aja ya? aku peluk sini. Masa kamu udah minta jatah lagi."Calista langsung melemparkan batal ke arah muka Alvaro. Sangat gemas dengan ucapan suaminya. Padahal dia menghalangi Alvaro untuk tidak tidur, karena ingin tahu cerita yang sesungguhnya. Bukan meminta jatahnya sebagai istri."Kau itu keterlaluan! Siapa juga yang minta jatah. Aku walaupun nggak dikasih sebulan atau setahun nggak bakalan minta! Palingan besok pagi kamu bangunkan aku hanya untuk minta jatah, dengan merengek-rengek seperti anak kecil," bantah Calista.A
Pagi-pagi sekali Ratri datang menemui Calista di tokonya. Dia mencari tahu toko di mana Calista bekerja, karena penuh perjuangan, akhirnya dia bisa menemukannya. Calista sendiri sangat terkejut dengan kedatangan Ratri yang secara tiba-tiba. Padahal hubungan mereka tidaklah baik-baik saja. Semenjak kejadian di mana Calista memergokinya tengah bersatu dengan Alka, dia mendadak ilfeel pada wanita itu.Dengan berbasa-basi, akhirnya Calista bertegur sapa dengannya. "Ratri! Ngapain kamu datang ke sini?" tanya Calista dengan tatapan sinis. Sakit hati yang ditorehkan Alka dengan Ratri belum bisa membuatnya memaafkan mereka berdua, walaupun terkadang dia merasa bersalah pada Alka."Aku sengaja datang kemari karena ingin bertemu denganmu. Ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan padamu," jawab Ratri dengan tatapan yang berbeda, sepertinya perempuan itu sedang terpuruk dan malu menghadapinya. Ratri mengabaikan rasa malunya untuk keukeh menemui Calista, walaupun ia tahu Calista tak mudah mene
"Apa? Kau memintaku untuk merawat anakmu? Mana bisa begitu. Kau itu ibunya, kau harus merawatnya sendiri. Dasar orang gila!"Calista mendadak geram dengan Ratri. Ucapannya begitu buruk, bisa-bisanya wanita itu ingin menyerahkan anaknya jika sudah lahir tanpa mau merawatnya sendiri, hanya wanita gila saja yang tidak mau merawat anak kandungnya sendiri."Tapi aku melakukan semua ini karena terpaksa. Kalau saja Alka tidak mau merawat anaknya, buat apa aku merawat anakku sendirian. Jika aku memberikan anakku pada mbak Calista, setidaknya keluarga Pak Alka tau bahwa ini adalah keturunannya, biar bayi ini mendapatkan nama, biar dia tidak menderita hidupnya. Aku akan mencari jalan hidupku sendiri. Aku tidak akan lagi berurusan sama kalian. Sekarang Aku menyerahkan anak ini pada kalian."Kamila yang tahu anaknya tengah bersitegang dengan seorang perempuan di dalam tokonya, dia langsung menghampirinya. Dia takut Calista kenapa-napa karena ulah perempuan tersebut."Ada apa ini? Siapa dia ini C
"Calista!"Terdengar panggilan tertuju pada Calista di dalam tokonya, membuat si pemilik nama langsung menoleh. Calista melebarkan tatapannya pada dua gadis yang baru saja menginjakkan kaki di tokonya, dia tak lain adalah Natasha, dan Seina, Kakak sepupunya."Kak Natasha."Wanita yang memiliki kemiripan dengan Calista telah tiba di Indonesia, setelah tujuh tahun berada di luar negeri. Calista langsung menghambur memeluk sepupunya itu."Kak Tasha apa kabar? Kapan kakak tiba di sini?" tanya Calista memberikan sambutan hangat untuk sepupunya."Kemarin. Tapi masih belum sempat datang ke rumahmu," jawabnya dengan mengulas senyuman manis.Dulu Natasha memiliki kulit sawo matang, tidak seperti saudara lainnya yang kebanyakan memiliki kulit putih pucat, membuat saudaranya yang lain meledeknya, tapi sekarang saat sudah pulang, Natasha memiliki kulit putih bersih juga langsung mendapatkan ejekan dari Calista."Ini kakak habis oplas ya?"Melihat perbedaan kulit putih sepupunya, membuat Calista
Sudah menjadi kebiasaan Alvaro. Setiap jam makan siang dia selalu datang membawa makanan buat Calista dan juga mertuanya."Ayang! Aku datang cintaku."Begitulah seloroh pria muda yang sudah tidak lagi perjaka itu.Ketiga perempuan yang sedang ngobrol di dalam toko itu saling bertatapan."Tuh, ayangmu udah dateng tuh. Sono cepat samperin. Kali aja minta nenen," seru Seina.Calista langsung mendelik dan melemparkan bantal ke arah Seina. "Sembarangan aja kalau ngomong! Malu tau nggak! Ada Papa sama Mama bilang gitu."Calista berharap Mama dan juga Papanya tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Seina. Mereka memang sering bercanda, tapi Calista masih malu-malu jika sudah menyangkut tentang ranjang bersama suaminya."Yang! Di mana kamu?" Alvaro tidak mendapati keberadaan Calista, karena Calista dan juga saudaranya tengah menggelar karpet di bawah dan tertutup oleh daratan almari."Iya bentar. Aku ada di sini jawab Calista langsung beranjak dari tempat duduknya dan bergegas untuk menemui
"Ayo yang! Kenalin aku sama sepupumu itu. Apakah dia sama seperti Seina, menyebalkan seperti itu?"Alvaro orangnya memang suka kepo dengan urusan orang lain. Dia juga penasaran dengan gadis yang bernama Natasha, yang disebutkan oleh istrinya itu. Seina saja yang adiknya belum menikah, lantas Kakaknya juga belum nikah. Memangnya seumuran siapa yang namanya Natasha itu."Ngapain sih, kamu ngebet banget untuk ketemu sama dia. Awas aja kalau kamu sampai jatuh cinta sama dia. Aku pastikan akan mencincang-cincang terongmu itu."Agak geram Calista karena suaminya terlalu penasaran dengan kakak sepupunya yang memiliki wajah hampir mirip dengannya."Ya ampun sayang tega amat kamu ya?! Ini barangku cuman terbandrol untuk satu orang, dan itu sudah menjadi milik kamu seutuhnya, tidak akan ada perempuan lain yang akan memegangnya. Sudah tenang saja masih juga cemburuan."Calista tentukan untuk mempertemukan suaminya dengan Natasha. Karena biar bagaimanapun juga, Natasha juga ingin tahu seperti apa
"Ternyata makan bersama itu rasanya nikmat banget ya? Beda kalau makan sendiri-sendiri," celetuk Natasha. Dia bisa merasakan kebahagiaan saat menikmati makan siang bersama bersama keluarga Calista.Biasanya dia menghabiskan waktunya hanya sendirian di kosan. Terkadang ada teman satu kosnya yang mengajak makan bersama."Iya. Memang kami selalu menerapkan untuk selalu makan bersama keluarga. Apakah kamu nggak pernah makan bersama dengan keluargamu?" tanya Calista berlagak seperti tengah amnesia. Bahkan Natasha saja baru pulang dari luar negeri. Bagaimana bisa dia menikmati makan bersama dengan keluarganya setiap hari.Natasha memutar bola matanya. "Ya nggak bisa lah Calista! Gimana aku bisa menikmati makanan rumahan bersama keluargaku. Orang aku saja baru kemarin nyampe sini. Selama tujuh tahun aku selalu mendekam sendirian di kosan. Hanya saja terkadang aku diajak sama teman-temanku untuk makan di luar dan nongkrong di cafe untuk mengurangi kegundahan. Kalau sekarang aku usahakan unt
"Yang, kamu tau nggak, tadi Ratri datang ke toko. Aku juga terkejut mendapatinya di toko. Kupikir lagi beli sesuatu gitu, nggak taunya ngadu kalau bang Alka nggak mau tanggungjawab."Calista mengadu pada suaminya dan menceritakan maksud kedatangan wanita yang pernah membuat sakit hatinya."Memangnya dia ngapain datang ke sini nyariin kamu? Pasti itu cewek lagi ada maunya. Kamu jangan mudah dihasut sama dia, yang. Aku sendiri juga nggak percaya, kalau anak yang dikandungnya itu anaknya bang Alka. Kita jangan mudah tertipu daya oleh rayuan dia."Tak hanya diam saja Alka maupun Alvaro akan menyelidiki siapa sebenarnya Ayah dari anaknya dikandung oleh sekretaris Alka. Mereka tidak mau rugi dan dipermainkan oleh perempuan yang sudah diselimuti oleh emosi dan dendam. Alka maupun Alvaro yakin kalau perempuan itu menaruh dendam kesumat, makanya dia bermain licik dengan memberikan surat bukti palsu kehamilannya."Kamu yakin kalau dia tidak tengah hamil dengan bang Alka? Ya, soalnya selama ini