Keluar dari ruangan dokter, Alvaro bergegas untuk kembali bergabung dengan orang tuanya, sebelum memutuskan untuk menemui Calista yang dinyatakan sudah stabil.Dia ingin menceritakan apa yang dikatakan oleh dokter padanya termasuk mengenai kondisi Calista saat ini dan juga calon dari buah hatinya."Varo! Dokter tadi bilang apa padamu?"Riana dan juga yang lainnya nampak begitu cemas berharap Alvaro mendapatkan kabar baik dari dokter yang sudah menangani Calista."Mama, aku bawa kabar buat Mama dan semuanya," ucapnya dengan memandang satu persatu orang yang berdiri bergerombol di sekitarnya. Dia bahkan tidak mengetahui ternyata mertuanya sudah ada di tempat itu bersama dengan keluarganya yang lain."Loh, di sini kok ada Mama sama Papa. Siapa yang udah menghubungi mereka? Perasaan aku tadi nggak menghubungi mereka."Semua semua orang menatapnya jengkel bahkan di saat dia masih duduk sendirian di tempat yang tak begitu jauh dari mereka, keluarga Calista sudah datang dan Alvaro juga tida
Setelah keadaan Calista mulai membaik Calista meminta untuk segera pulang. Dia tidak suka berlama-lama di rumah sakit. Dia juga buru-buru ingin terlepas dari jarum infus yang menempel di kulit tangannya."Berapa lama kita harus menunggu di sini? Dokternya kok nggak datang-datang sih. Atau jangan-jangan dokternya memang lagi cuti."Cukup lama menunggu dokter yang menanganinya datang, membuatnya mulai jenuh. Hampir setengah hari dia sudah pamitan, namun tidak diizinkan sebelum dokter yang menanganinya itu datang."Sabarlah dulu lah yang, yang! Mendingan kamu rebahan aja dulu, kita tiduran yuk? Sambil nunggu dokternya datang, nggak usah ngomel-ngomel lah, nanti yang ada darahmu akan naik lagi. Tensi darahmu agak naik sekarang, karena kamu sering marah-marah," cibir Alvaro dengan merebahkan dirinya di berankar satu tempat dengan Calista."Ya, tapi kan aku bosen juga yang. Dari pagi kita udah pamitan, katanya disuruh nunggu dokternya datang, dan sampai sekarang udah jam berapa? Dokternya k
"Yang, aku nggak nyangka loh, ini bayi ada dua. Perasaan perutku nggak besar-besar amat," seru Calista dengan mengusap perut buncitnya.Alvaro mendekatkan dirinya berjongkok mensejajarkan kepalanya di depan perut Calista. Dia menempelkan bibirnya di perut buncit yang terlapisi oleh daster."Siapa bilang ini perut kecil, hanya orang buram aja yang ngeliatnya kecil. Ini dua bayi yang, apakah kamu nggak bisa ngerasain tendangan keduanya?" Alvaro mendongak mengamati wajah Calista yang semakin cantik bersinar saat mengandung."Tapi kan nggak besar-besar amat yang! Aku jadi penasaran deh, ini bocah apa jenisnya ya? Cowok apa cewek? Andai saja saat dokter ingin menjelaskan dan kamu nggak stop, mungkin kita udah tau jenisnya," desis Calista dengan bibir mengerucut."Kalau tahu itu namanya bukan surprise yang! Aku kan udah bilang, jangan ingin tahu dulu apa jenisnya. Entah cowok ataupun cewek, ya kita terimalah, ini kan anugrah terindah dalam hidup kita."Calista mengangguk dengan kembali men
Alka memasuki sebuah toko distro untuk membeli pakaian. Sudah cukup lama dia tidak berbelanja dan ia ingin membeli kaos untuk bersantai di rumah."Permisi mas ada yang bisa kami bantu ucap pegawai distro saat mendapati Alka masuk ke dalam toko itu."Saya mau cari kaos Mbak, dilihat-lihat dulu siapa tahu ada yang cocok. Tapi kalau nggak ada yang cocok saya nggak jadi beli ya?"Pegawai itu mengulas senyum manisnya begitu ramah dia menyapa pelanggan walaupun cukup mengecewakan kalau pelanggan tidak membeli satupun barang-barang yang ada di tokonya."Iya Mas, nggak apa-apa dilihat-lihat dulu barangkali ada yang cocok harganya juga standar maaf nggak begitu mahal. Ada diskon juga karena toko ini masih belum terlalu lama masih berdiskon."Alka memang mengetahui kalau toko itu masih belum lama dibuka, makanya dia sangat penasaran dengan toko tersebut dan dia berniat untuk belanja di sana."Di mana tempat untuk kaos-kaos model terbaru Mbak?" tanya Alka saat tidak mendapati barang-barang yang
Makan malam di rumah keluarga Bayu sangatlah hening, semua orang sama-sama diam dengan menikmati makanannya masing-masing.Alvaro sibuk melayani istrinya, untuk sekedar makan saja Alvaro tidak mengizinkan istrinya memakan makanan yang aneh-aneh dia selalu membuatkan makanan sendiri untuk istri tercintanya."Seandainya saja ini bisa dilakukan setiap hari dan selamanya pasti enak," ucap Calista bergumam pelan meledek suaminya yang sudah membuatkan makanan nasi goreng ayam suwir untuknya."Kalau anaknya udah keluar, aku ya nggak buatin lagi yang, giliran kamu yang buatin makanan untukku," jawab Alvaro dengan meletakkan nasi goreng di atas piring di depan Calista.Alvaro selalu mengumbar kemesraan di depan keluarganya, dia mencari sensasi agar dianggap suami yang paling perhatian terhadap pasangannya.Ekhem.Riana merasa kasian pada anak sulungnya. Calon istrinya dinikahi oleh adiknya sendiri, melihat kebahagiaan mereka pasti hatinya amat sakit. Dia tidak ingin anaknya depresi memutuskan
"Mama serius, ingin menjodohkan Bang Alka dengan Natasha?" tanya Calista saat berada di dapur hendak menyiapkan sarapan di pagi hari.Semalaman Calista tidak bisa tidur memikirkan percakapan dari mertuanya yang hendak menjodohkan Alka dengan Natasha, sepupunya. Bukannya dia tidak setuju dengan perjodohan itu, tapi bagaimana pendapat keluarganya mengenai Alka, karena Alka sudah diketahui pernah menyakitinya."Iya, Mama berencana untuk menjodohkan mereka berdua, menurutmu bagaimana Calista? Apakah kamu setuju dengan pendapat Mama ini?" Tanta Riana menoleh pada menantu kesayangannya.'Duh, gimana aku jawabnya.'Calista tidak bisa menjawabnya, untuk memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pemikiran mertuanya hanya akan menyakiti perasaan mertuanya. Jika dia menjawab iya, belum tentu keluarganya setuju dengan keputusannya, dia benar-benar bingung hendak menjawab apa pada mertuanya. Kalau saja Alka tidak pernah membuat keonaran dan membuat hubungannya hancur, mungkin urusannya tidak a
"Alka! Mama mau ngomong sama kamu."Mendapati anak laki-lakinya yang hendak keluar, Riana menahannya di depan pintu, tepatnya di teras depan rumahnya."Iya, Ma. Memangnya Mama mau ngomong apa?" tanya Alka dengan satu alisnya terangkat.Alka berjalan ke arah kursi rotan yang selalu menjadi tongkrongannya di saat gabut. Dia menghenyakkan panggulnya di sana, diikuti oleh Riana dan menghenyakkan panggulnya juga di sebelah Alka."Seperti yang Mama katakan sama kalian tadi malam. Seandainya saja kamu Mama jodohkan dengan Natasha bagaimana? Apa kamu mau?"Pertanyaan yang konyol. Bukannya dia tidak mau, tapi masalahnya apakah Natasha mau dijodohkan dengannya. Lagi pula, hatinya masih belum bisa melupakan Calista."Gimana ya, Ma? Bukannya aku menolak, tapi bagaimana dengan Natasha. Dia tidak mungkin mau dijodohkan dengan laki-laki seperti aku. Aku bukan laki-lakinya baik, Ma. Apalagi hubunganku dengan keluarga Calista kurang baik. Orang tua Calista saja membenciku, bagaimana dengan keluarga Na
Setelah mendapatkan keputusan dari Alka, Riana dan juga Bayu datang ke rumah keluarga Baskoro yang tak lain adalah ayah kandung dari Natasha.Riana agak canggung saat berada di sana karena mereka sendiri juga tidak tahu kedatangan kedua paruh baya itu ke rumahnya."Maaf jeng, kalau boleh tahu tadi tujuan Jeng Riana datang ke sini hanya untuk bermain, atau ada hal lain?" tanya Mega selaku ibu kandung dari Natasha.Riana bertatapan dengan suaminya. Bayu meminta agar Riana yang mengatakan tujuan kedatangannya saat ini karena Bayu sendiri hanya bisa pasrah saat Riana merengek ingin menjodohkan Alka dengan Natasha wanita yang dianggap memiliki paras sama persis seperti Calista."Emm, jadi begini jeng Mega. Kedatangan saya ke sini bersama dengan suami saya dengan maksud dan tujuan yang baik. Pertama-tama saya, bertujuan untuk silaturahmi, dan yang kedua Saya ingin jeng Mega memberikan kesempatan untuk anak saya mendekati anaknya jeng Mega maksudnya Natasha.""Hah!" Seketika Baskoro dan juga
Acara makan malam bersama keluarga besar membuat keluarga Bayu sangat bahagia. Kedua besannya diundang datang ke rumah untuk menikmati hidangan yang sudah mereka sajikan dalam acara ulang tahun kedua bocah kembar anak dari Calista dan juga Alvaro beserta anak dari Alka dan juga Natasha yang memiliki tanggal kelahiran sama Namun beda bulan. Mereka sengaja ingin merayakan ulang tahun anak-anaknya di hari yang sama."Wah, meriah sekali ya malam ini. Baru kali ini kita bisa merayakan ulang tahun anak-anak bersama seperti ini. Biasanya kita nggak ada waktu luang untuk berkumpul bersama seperti ini."Malam itu Riana begitu bersemangat karena tidak lagi sendiri tapi ditemani oleh kedua besannya yang masih keterkaitan keluarga."Iya dong, Ma, kapan lagi kita bisa berkumpul bersama seperti ini. Aku sangat bersyukur sekali karena pada hari ini kita bisa berkumpul dalam keadaan sehat walafiat dan bisa menemani bocil yang sedang berulang tahun. Nggak nyangka, anakku kini sudah tumbuh besar."Tak
"Kalian ini dari mana saja? Kalian lagi jalan-jalan di luar ya?" tanya Calista saat suami dan anak-anaknya datang ke toko tempatnya bekerja.Di saat weekend, Calista diminta untuk membantu orang tuanya di toko, karena ada banyak barang yang harus dikirim ke luar kota. Dia meminta sang suami untuk menemani anak-anaknya."Enggak kok, kita dari toko terus beliin makanan buat kalian di sini," jawab Alvaro dengan menurunkan Ivy dari gendongannya."Aku tadi niatnya mau istirahat, tiduran sama mereka, nggak tahunya mereka malah bangun minta jajan. Sebenarnya di rumah juga masih banyak jajan, tapi mereka nggak mau, maunya beli di luar, terus mau beli makanan juga buat kamu. Ya udah, kita lanjut beli makanan dan mampir ke sini. Jujur aku sebenarnya capek banget pengen tidur sama mereka."Alvaro merenggangkan otot-otot pinggangnya yang berasa kaku."Ternyata masih enakan kerja daripada momong bocah. Kalau anaknya nggak terlalu aktif mungkin masih bisa dikendalikan, kalau anaknya macam mereka, di
"Dad! Uang!"Dua bocah kembar terbangun dari tidurnya langsung memeluk daddy-nya dan meminta uang. Padahal matanya saja masih belum terbuka dengan sempurna."Kalian ini. Baru bangun tidur langsung minta uang. Buat apaan minta uang? Daddy masih belum punya uang, masih belum waktunya gajian," jawab Alvaro.Seketika bola mata Ivy membola. "Loh katanya Daddy itu bos. Kenapa Bos nggak punya uang? Bukannya Bos itu gudangnya uang?" Dengan selorohnya, gadis kecil itu tidak mempercayai, Ayahnya tidak memiliki uang."Siapa bilang Daddy itu Bos? Daddy tuh cuman karyawan biasa. Kalau belum waktunya gajian, ya nggak dapat uang. Itu artinya, kalian gak boleh jajan banyak-banyak."Dengan cepat Kenzo membalasnya. "Bohong! Daddy itu bohong dek. Daddy itu uangnya banyak. Kemarin aku tahu kok, Daddy taruh uang di dompet. Buruan dikasih dad, memangnya kalau nggak dikasih anaknya mau dikasih siapa? Mau dikasih cewek yang waktu itu?"Kenzo masih kesal mendapati keberadaan ayahnya bersama wanita lain, tanpa
"Ngapain kamu pulang pakai manyun gitu? Kalau marah nggak usah dibawa pulang, emangnya orang rumah jadi bahan pelampiasan orang marahan? Di rumah ada anak-anak, jangan lampiaskan kemarahanmu sama mereka. Mereka nggak tau permasalahanmu."Mendapati suaminya yang baru pulang kerja dengan muka tertekuk, Calista langsung mengomelinya. Dia sangat malas dijadikan pelampiasan kemarahan suaminya terus, padahal kemarahannya dia bawa dari kantor, dan pulang-pulang dilampiaskan pada setiap orang yang ditemuinya di rumah, sungguh menjengkelkan bukan?"Aku tuh capek, di kantor banyak masalah, ditambah lagi dibodohi sama orang," bantah Alvaro. Dia frustasi, hampir setiap hari dia mendapatkan masalah dari orang-orang yang berniat untuk mengajak kerjasama, tapi nyatanya dia hanya diberikan harapan palsu. Mereka tidak serius untuk bekerja sama dengannya."Andai saja aku punya pilihan lain, aku tinggalkan bisnisku. Aku sudah malas berbisnis kalau dipermainkan orang terus. Aku kok malah ingin menjadi pe
"Vera! Ngapain kamu ada di sini?" Alvaro dikejutkan oleh keberadaan Vera yang tiba-tiba saja ada di cafe tempatnya bertemu dengan seorang klien yang dia sendiri belum pernah bertemu sebelumnya. Dia mendapatkan pesan dari sekertarisnya, kalau dirinya diminta untuk datang ke sebuah cafe untuk menemui seseorang yang katanya dari salah satu perusahaan yang tengah bekerja sama dengan perusahaannya. Tidak pernah terlintas di pikirannya kalau dirinya ternyata dikibuli oleh seorang wanita yang sebelumnya diancam oleh Calista."Iya, memang aku yang datang kemari. Aku datang ke sini karena diutus oleh Pak Prayogo untuk mewakili meneruskan kerjasama antar perusahaan kita. Jadi di sini intinya aku datang kemari untuk alasan yang pertama, ingin melanjutkan kerjasama dengan kamu, dan yang kedua Aku ingin bertemu dengan kamu secara pribadi."Tanpa merasa malu, Vera langsung menyatakan bahwa dirinya ingin menemui Alvaro secara pribadi dan itu membuat Alvaro tersenyum iris."Hah! Apa kau bilang? Kamu
"Puas kamu! Itulah kalau kamu ceroboh suka deketin cewek. Lagian, kamu itu udah tua masih juga kegenitan, mau jadi apa kamu! Belum puas juga sama satu wanita? Nggak malu kamu sama anak kamu? Awas aja kalau sampai aku tahu kamu main-main, jangan panggil aku Calista lagi, aku tidak sudi lagi bareng sama kamu, dan aku, akan meninggalkanmu."Karena geramnya, Calista memberikan ancaman pada suaminya. Selama hampir tiga tahun menemani dalam biduk rumah tangga, kini ada duri duri yang bermunculan di rumah tangga mereka. Calista akan membuang dan membakar duri-duri itu agar tidak menyakitinya. Dia tidak ingin rumah tangganya hancur karena kebodohan saja."Siapa juga yang main-main sama cewek sih, yang! Aku itu nggak pernah main-main sama cewek lain, cuman sama kamu doang waktu itu. Kalau kamu nggak nganterin diri kamu ke aku, aku juga nggak bakalan ngelakuin itu sama kamu. Kamu mabuk, dianterin pulang juga nggak tahu rumahnya, kan waktu itu." Alvaro mengingatkan Calista kembali pada kejadian
"Ada yang bisa dibantu mbak?" tanya Calista dengan berjalan mendekati seorang wanita yang duduk di ruang tunggu.Wanita itu menoleh dengan kedua alisnya tertaut. "Anda siapa ya mbak? Di mana atasan anda? Saya ingin bertemu dengan atasan anda.""Saya sendiri atasannya, memangnya anda perlu apa dengan saya? Sepertinya saya belum pernah bertemu dengan anda sebelumnya, kenapa anda tiba-tiba saja datang kemari?" tanya Calista membuat wanita yang bernama Vera itu seketika seperti orang cengo'"Apakah mbak serius? Pemilik perusahaan ini? Bukannya ini perusahaan Pak Alvaro?"Agak kecewa saat datang bukan Alvaro yang menyambutnya, tapi perempuan lain."Pak Alvaro itu kan suami saya, jadi intinya saya juga atasan di sini. Ada perlu apa anda mencari suami saya? Apakah suami saya sudah membuat janji dengan anda?" Kembali Calista bertanya dengan tatapan dingin. Dia sangat yakin kalau perempuan itu, memiliki rencana tidak baik untuk keluarganya.Tidak mendapatkan jawaban dari Vera, Calista pun lan
"Permisi Pak," ucap seorang perempuan mengetuk pintu ruangan Alvaro.Alvaro menoleh sekilas ke arah pintu, dan beralih menoleh pada istrinya yang duduk di sofa sembari menatap laptopnya yang menyala."Ya, silakan masuk," jawab Alvaro dengan tegas.Seorang wanita muda masuk ke ruangan itu berjalan dengan sopan, dan berakhir berdiri di depan meja kerja Alvaro."Maaf Pak, di luar ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap wanita itu."Siapa?" tanya Alvaro dengan menautkan kedua alisnya."Kalau itu saya kurang tahu Pak, dia hanya mengatakan kalau sudah mengenali Bapak, dan sedang menjalin kerja sama dengan Bapak. Dia tidak pernah datang kemari Pak, tapi sudah bertemu dengan Bapak sebelumnya," ucap Angeline, sekretaris Alvaro.Alvaro bahkan tidak sedang berjanjian dengan siapapun untuk bertemu. Sedangkan rekan kerjanya tidak hanya satu orang, tapi banyak orang, bahkan dari luar daerah."Baiklah, saya akan temui dia. Suruh tunggu sebentar. Jangan biarkan dia masuk ke sini. Saya tidak
"Wah! Ternyata kantor Daddy bagus juga ya? Kirain kantornya Daddy kecil kayak rumahnya keong." Kenzo mulai mengoceh saat tiba di lobby kantor.Baru pertama kalinya Alvaro mengajak anak-anaknya datang ke kantor, dan kini mereka menjadi pusat perhatian para pegawainya."Apa kau bilang tadi? Kantornya Daddy mirip rumahnya keong? Kamu itu keongnya. Kecil-kecil cabe rawit," seru Alvaro dengan menyentil hidung anak laki-lakinya.Mereka berempat memasuki lobby dan mendapatkan sambutan hangat dari para karyawan yang ada di dalam kantor itu."Selamat pagi Pak, Bu," ucap beberapa karyawan yang ada di lobby kantor."Pagi," jawab Alvaro dan juga Calista dengan mengulas senyuman tipis."Selamat pagi semuanya, tampan cantik," jawab kenzo dengan selorohnya.Semua karyawan tersenyum dengan menatap gemas anak kecil itu."Astaga, anakmu ini ya? Kenapa bisa jadi seperti ini bibitku," gerutunya. "Sebenarnya unggul nggak sih?" Alvaro bergumam dengan berjalan pelan menatap Kenzo yang melambai-lambaikan ta