"Natasha! Setelah sini, Mama sama Papa mau bicara sama kamu."Mendapati putrinya yang baru pulang dari toko baru tempatnya bekerja, Mega dan juga Baskoro meminta putrinya untuk diajak mengobrol santai. Di situ juga ada Seina, yang mulai semangat bekerja membantu kakaknya di toko distro miliknya."Baiklah. Emangnya ada apa Papa sama Mama memintaku untuk ke sini? Apa ada hal penting yang ingin kalian sampaikan padaku?" tanya Natasha dengan berjalan ke arah ruang keluarga di mana kedua orang tuanya Tengah duduk sembari menonton televisi.Kedua paruh baya itu pun mengangguk sembari bertatapan dan itu membuat Natasha mulai tidak nyaman, pasti ada sesuatu penting yang ingin disampaikan oleh kedua orang tuanya."Iya ada sesuatu penting yang ingin kami sampaikan padamu duduklah, kita ngobrol sebentar."Natasha menghenyakkan tubuhnya dengan menoleh ke arah Seina yang ikut duduk di sana, karena Seina tidak mungkin mau ketinggalan berita."Sebenarnya Ada hal penting yang ingin mama sama papa sa
Calista bertemu dengan Seina dan juga Natasha di toko milik Natasha.Calista mengucapkan kata maaf karena tidak bisa membuat mertuanya mengurungkan niatnya untuk menjodohkan Alka dengan Natasha."Kak Natasha, aku minta maaf ya? Aku tidak bisa terlalu jauh ikut campur urusan mertuaku. Ini semua bukan keinginanku Kak, ini semua keinginan mertuaku. Aku bahkan diajak sama Mama untuk menemui kamu dan juga Tante, tapi Aku langsung menolaknya. Aku tidak mau ikut campur urusan ini, karena sangatlah tidak pantas. Apalagi bang Alka pernah melakukan hal yang buruk terhadap diriku, tapi aku juga tidak perlu mengungkapkannya."Natasha hanya tersenyum menyikapi pemikiran adik sepupunya. Tak patut Calista diikutcanpurkan dengan urusan pribadinya."Jujur kak, Aku benar-benar nggak enak sama kamu, dan juga keluarga. Bahkan Mama dan Papaku juga belum tahu kalau kalian sengaja di jodohkan dengan bang Alka. Kurasa mereka juga kurang setuju dengan rencana konyol ini.""Tentu saja orang tuamu tidak akan se
Bayu dan keluarganya kembali datang ke rumah Baskoro untuk melanjutkan rencana pertunangan kedua anaknya.Alka juga ikut orang tuanya untuk bertemu langsung dengan Natasha, walaupun mereka sudah beberapa kali bertemu, tapi kali ini Alka ingin bicara langsung dengan Natasha mengenai niat baiknya."Saya sudah berhasil membujuk anak saya mengenai perjodohan ini, Pak Bayu, dan Natasha hanya pasrah mengikuti apa yang orang tuanya sarankan. Bagaimana dengan anak anda sendiri? Apalah Alka benar-benar mau menikah dengan anak saya?"Bayu langsung mengangguk dengan mengulas senyum tipisnya. Benar Pak arka sudah setuju dengan perjodohan ini. Dan syukurlah kalau anaknya Pak Bagaskoro tidak menolak niat baik kami," jawab Bayu."Saya sendiri tidak ingin anak saya dikecewakan seperti yang terjadi pada Calista waktu itu, karena itu menjadi trauma tersendiri bagi keluarga saya untuk bisa menerima Alka dengan baik."Alka dan keluarganya paham kalau ulahnya sudah banyak cela hingga membuat orang tidak b
Alka dan Natasha duduk di taman di samping rumahnya. Natasha nampak begitu canggung dan juga nervous berdua saja dengan Alka. Biasanya dia tidak secanggung ini, tapi semenjak ada niatan orang tua untuk menjodohkannya, kembali dia merasa insecure dan tidak nyaman, sampai-sampai tubuhnya gemetaran. Untuk mengusir kecanggungan, Alka mulai berbasa-basi menyapa Natasha."Sha, gimana menurutmu? Menurutmu, aku ini pantas untuk bersanding denganmu, apa enggak?" tanya Alka dirinya juga merasa sangat canggung, ya insecure takut Natasha tidak pemikiran dengannya.Alka sengaja bertanya seperti itu karena tidak ingin Natasha kecewa di saat dia berniat untuk melamarnya. Apalagi kalau Natasha sudah mengetahui cerita tentang masa lalunya yang begitu buruk, ia tidak yakin Natasha bisa menerimanya dengan baik. Pasti di hati wanita itu banyak tersimpan keraguan untuk mempertimbangkan perjodohannya."Emm, maksudnya gimana ya? Ya, untuk kali ini aku memang masih agak ragu ya? Ada sih keraguan di hatiku u
Pertunangan Natasha dengan Alka telah berlangsung. Natasha sudah menerima Alka dengan segala kekurangannya."Kakak yakin dengan pertunangan ini?" tanya Seina agak kecewa dengan keputusan yang diambil oleh kakak perempuannya."Ya, aku yakin. Aku akan memberikan kesempatan buat Alka untuk berubah. Kalau aku tidak memberinya kesempatan, itu sama halnya aku juga orang yang jahat, lantas apa bedanya aku sama dia," balas Natasha.Tak ingin membuat hati orang kecewa, Natasha bersedia walaupun Alka pernah melakukan kelakuan buruk di masa lalunya. Bahkan dia mendapatkan sisa dari banyak perempuan."Miris sekali hidupmu kak. Padahal di luar masih banyak laki-laki yang mau sama kamu. Tapi kamu malah memilih pemuda brengsek itu."Seina masih tidak begitu yakin kalau Alka sudah berubah seratus persen. Dia takut Natasha akan lebih menderita setelah menikah dengannya."Ya sudahlah. Kalau Kakak memang sudah yakin memilih Alka sebagai pasanganmu. Aku hanya ingin kamu benar-benar pintar jangan sampai d
Tengah malam, Calista mengalami kontraksi perut. Dia merasakan perutnya tiba-tiba mendadak sakit. Padahal hari prediksi kelahirannya masih kurang seminggu lagi, tapi kini dia merasakan sakit yang berlebihan."Aduh, ah ...! Perutku sakit banget. Aduh ...! Kak, bangun dong! Perutku sakit banget tau nggak?!"Alvaro yang mengantuk berat, sangat malas untuk membuka matanya dia malah melingkarkan tangannya mengusap perut buncit Calista."Yang, aku ngantuk banget, diusap aja ya? Kamu buat tidur aja nanti juga hilang sendiri sakitnya."Calista langsung menendang kaki Alvaro yang menindih kakinya. "Kau itu benar-benar tidak peka, ya? Sumpah perutku sakit banget, tolong aku, bangunlah!""Huh! Kayaknya aku mau lahiran. Tolong aku kak!"Mendengar kata lahiran, Alvaro langsung membuka matanya yang masih malas untuk terbuka. Pria itu langsung beranjak duduk dan menatap istrinya yang mengguling-guling di kasur kesakitan."Yang, ini seriusan kamu mau melahirkan?" tanya Alvaro dengan tangannya mengusa
Tiga jam sejak Calista dibawa ke rumah sakit dan membuat semua keluarganya tegang, kini keluarganya berucap syukur. Dia bayi kembar berjenis laki-laki dan perempuan, telah mereka dapatkan. Angan-angan Alvaro terwujud, dia ingin memiliki keturunan kembar, dan sekarang dia dapatkan."Alhamdulillah, akhirnya lahir." Riana dan juga Kamila tak berhenti bersyukur saat suster menjelaskan pada mereka tentang lahirnya bayi kembar."Kira-kira kalian ada yang tahu jenisnya? Cowok apa cewek?" tanya Riana."Tadi dokter sempet bilang kalau anakku cowok sama cewek. "Alvaro nampak begitu bahagia ingin segera memberikan sambutan pada kedua anaknya."Wow! Jadi mereka cowok sama cewek? Tepat sekali."Hampir keluarganya mendambakan jenis cowok dan cewek, kini doa-doa mereka terjabah."Varo! Masuklah ke dalam. Cepat adzanin anakmu."Bayu memerintah putra bungsunya untuk segera mengadzani kedua cucunya."Aku sudah nggak sabar pingin gendong cucuku Pa." Riana ingin sekali masuk ke ruang bayi di mana cucuny
Seminggu telah berlalu. Calista dibawa pulang setelah kondisinya telah membaik setelah melahirkan kedua buah hatinya.Alvaro benar-benar sangat berubah dari biasanya. Dia lebih perhatian pada istri dan mau membantu menemani anak-anaknya.Papa muda. Julukan Alvaro saat ini. Dia bangga menjadi Papa muda diusianya yang masih menginjak dua puluh enam tahun."Dad. Tolong bantuin aku jagain anak-anak dulu ya? Aku mau mandi. Kalau kamu ada waktu, tolong ajak berjemur di depan."Calista memanggil suaminya yang tengah bekerja di ruang kerjanya."Oke. Tinggalin aja buat mandi. Aku akan mengajak mereka berjemur," jawab Alvaro dengan mematikan laptopnya.Dia bergegas menuju kamarnya dan mendapati kedua anaknya yang membuka mata rebahan di atas ranjang. Dia gemas dan langsung mencemol pipi satu persatu dari keduanya."Ih, anak Daddy ngegemesin banget deh. Pingin gigit ini pipinya."Calista yang hendak melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi seketika membalikkan badannya. Dia menatap ke arah
Acara makan malam bersama keluarga besar membuat keluarga Bayu sangat bahagia. Kedua besannya diundang datang ke rumah untuk menikmati hidangan yang sudah mereka sajikan dalam acara ulang tahun kedua bocah kembar anak dari Calista dan juga Alvaro beserta anak dari Alka dan juga Natasha yang memiliki tanggal kelahiran sama Namun beda bulan. Mereka sengaja ingin merayakan ulang tahun anak-anaknya di hari yang sama."Wah, meriah sekali ya malam ini. Baru kali ini kita bisa merayakan ulang tahun anak-anak bersama seperti ini. Biasanya kita nggak ada waktu luang untuk berkumpul bersama seperti ini."Malam itu Riana begitu bersemangat karena tidak lagi sendiri tapi ditemani oleh kedua besannya yang masih keterkaitan keluarga."Iya dong, Ma, kapan lagi kita bisa berkumpul bersama seperti ini. Aku sangat bersyukur sekali karena pada hari ini kita bisa berkumpul dalam keadaan sehat walafiat dan bisa menemani bocil yang sedang berulang tahun. Nggak nyangka, anakku kini sudah tumbuh besar."Tak
"Kalian ini dari mana saja? Kalian lagi jalan-jalan di luar ya?" tanya Calista saat suami dan anak-anaknya datang ke toko tempatnya bekerja.Di saat weekend, Calista diminta untuk membantu orang tuanya di toko, karena ada banyak barang yang harus dikirim ke luar kota. Dia meminta sang suami untuk menemani anak-anaknya."Enggak kok, kita dari toko terus beliin makanan buat kalian di sini," jawab Alvaro dengan menurunkan Ivy dari gendongannya."Aku tadi niatnya mau istirahat, tiduran sama mereka, nggak tahunya mereka malah bangun minta jajan. Sebenarnya di rumah juga masih banyak jajan, tapi mereka nggak mau, maunya beli di luar, terus mau beli makanan juga buat kamu. Ya udah, kita lanjut beli makanan dan mampir ke sini. Jujur aku sebenarnya capek banget pengen tidur sama mereka."Alvaro merenggangkan otot-otot pinggangnya yang berasa kaku."Ternyata masih enakan kerja daripada momong bocah. Kalau anaknya nggak terlalu aktif mungkin masih bisa dikendalikan, kalau anaknya macam mereka, di
"Dad! Uang!"Dua bocah kembar terbangun dari tidurnya langsung memeluk daddy-nya dan meminta uang. Padahal matanya saja masih belum terbuka dengan sempurna."Kalian ini. Baru bangun tidur langsung minta uang. Buat apaan minta uang? Daddy masih belum punya uang, masih belum waktunya gajian," jawab Alvaro.Seketika bola mata Ivy membola. "Loh katanya Daddy itu bos. Kenapa Bos nggak punya uang? Bukannya Bos itu gudangnya uang?" Dengan selorohnya, gadis kecil itu tidak mempercayai, Ayahnya tidak memiliki uang."Siapa bilang Daddy itu Bos? Daddy tuh cuman karyawan biasa. Kalau belum waktunya gajian, ya nggak dapat uang. Itu artinya, kalian gak boleh jajan banyak-banyak."Dengan cepat Kenzo membalasnya. "Bohong! Daddy itu bohong dek. Daddy itu uangnya banyak. Kemarin aku tahu kok, Daddy taruh uang di dompet. Buruan dikasih dad, memangnya kalau nggak dikasih anaknya mau dikasih siapa? Mau dikasih cewek yang waktu itu?"Kenzo masih kesal mendapati keberadaan ayahnya bersama wanita lain, tanpa
"Ngapain kamu pulang pakai manyun gitu? Kalau marah nggak usah dibawa pulang, emangnya orang rumah jadi bahan pelampiasan orang marahan? Di rumah ada anak-anak, jangan lampiaskan kemarahanmu sama mereka. Mereka nggak tau permasalahanmu."Mendapati suaminya yang baru pulang kerja dengan muka tertekuk, Calista langsung mengomelinya. Dia sangat malas dijadikan pelampiasan kemarahan suaminya terus, padahal kemarahannya dia bawa dari kantor, dan pulang-pulang dilampiaskan pada setiap orang yang ditemuinya di rumah, sungguh menjengkelkan bukan?"Aku tuh capek, di kantor banyak masalah, ditambah lagi dibodohi sama orang," bantah Alvaro. Dia frustasi, hampir setiap hari dia mendapatkan masalah dari orang-orang yang berniat untuk mengajak kerjasama, tapi nyatanya dia hanya diberikan harapan palsu. Mereka tidak serius untuk bekerja sama dengannya."Andai saja aku punya pilihan lain, aku tinggalkan bisnisku. Aku sudah malas berbisnis kalau dipermainkan orang terus. Aku kok malah ingin menjadi pe
"Vera! Ngapain kamu ada di sini?" Alvaro dikejutkan oleh keberadaan Vera yang tiba-tiba saja ada di cafe tempatnya bertemu dengan seorang klien yang dia sendiri belum pernah bertemu sebelumnya. Dia mendapatkan pesan dari sekertarisnya, kalau dirinya diminta untuk datang ke sebuah cafe untuk menemui seseorang yang katanya dari salah satu perusahaan yang tengah bekerja sama dengan perusahaannya. Tidak pernah terlintas di pikirannya kalau dirinya ternyata dikibuli oleh seorang wanita yang sebelumnya diancam oleh Calista."Iya, memang aku yang datang kemari. Aku datang ke sini karena diutus oleh Pak Prayogo untuk mewakili meneruskan kerjasama antar perusahaan kita. Jadi di sini intinya aku datang kemari untuk alasan yang pertama, ingin melanjutkan kerjasama dengan kamu, dan yang kedua Aku ingin bertemu dengan kamu secara pribadi."Tanpa merasa malu, Vera langsung menyatakan bahwa dirinya ingin menemui Alvaro secara pribadi dan itu membuat Alvaro tersenyum iris."Hah! Apa kau bilang? Kamu
"Puas kamu! Itulah kalau kamu ceroboh suka deketin cewek. Lagian, kamu itu udah tua masih juga kegenitan, mau jadi apa kamu! Belum puas juga sama satu wanita? Nggak malu kamu sama anak kamu? Awas aja kalau sampai aku tahu kamu main-main, jangan panggil aku Calista lagi, aku tidak sudi lagi bareng sama kamu, dan aku, akan meninggalkanmu."Karena geramnya, Calista memberikan ancaman pada suaminya. Selama hampir tiga tahun menemani dalam biduk rumah tangga, kini ada duri duri yang bermunculan di rumah tangga mereka. Calista akan membuang dan membakar duri-duri itu agar tidak menyakitinya. Dia tidak ingin rumah tangganya hancur karena kebodohan saja."Siapa juga yang main-main sama cewek sih, yang! Aku itu nggak pernah main-main sama cewek lain, cuman sama kamu doang waktu itu. Kalau kamu nggak nganterin diri kamu ke aku, aku juga nggak bakalan ngelakuin itu sama kamu. Kamu mabuk, dianterin pulang juga nggak tahu rumahnya, kan waktu itu." Alvaro mengingatkan Calista kembali pada kejadian
"Ada yang bisa dibantu mbak?" tanya Calista dengan berjalan mendekati seorang wanita yang duduk di ruang tunggu.Wanita itu menoleh dengan kedua alisnya tertaut. "Anda siapa ya mbak? Di mana atasan anda? Saya ingin bertemu dengan atasan anda.""Saya sendiri atasannya, memangnya anda perlu apa dengan saya? Sepertinya saya belum pernah bertemu dengan anda sebelumnya, kenapa anda tiba-tiba saja datang kemari?" tanya Calista membuat wanita yang bernama Vera itu seketika seperti orang cengo'"Apakah mbak serius? Pemilik perusahaan ini? Bukannya ini perusahaan Pak Alvaro?"Agak kecewa saat datang bukan Alvaro yang menyambutnya, tapi perempuan lain."Pak Alvaro itu kan suami saya, jadi intinya saya juga atasan di sini. Ada perlu apa anda mencari suami saya? Apakah suami saya sudah membuat janji dengan anda?" Kembali Calista bertanya dengan tatapan dingin. Dia sangat yakin kalau perempuan itu, memiliki rencana tidak baik untuk keluarganya.Tidak mendapatkan jawaban dari Vera, Calista pun lan
"Permisi Pak," ucap seorang perempuan mengetuk pintu ruangan Alvaro.Alvaro menoleh sekilas ke arah pintu, dan beralih menoleh pada istrinya yang duduk di sofa sembari menatap laptopnya yang menyala."Ya, silakan masuk," jawab Alvaro dengan tegas.Seorang wanita muda masuk ke ruangan itu berjalan dengan sopan, dan berakhir berdiri di depan meja kerja Alvaro."Maaf Pak, di luar ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap wanita itu."Siapa?" tanya Alvaro dengan menautkan kedua alisnya."Kalau itu saya kurang tahu Pak, dia hanya mengatakan kalau sudah mengenali Bapak, dan sedang menjalin kerja sama dengan Bapak. Dia tidak pernah datang kemari Pak, tapi sudah bertemu dengan Bapak sebelumnya," ucap Angeline, sekretaris Alvaro.Alvaro bahkan tidak sedang berjanjian dengan siapapun untuk bertemu. Sedangkan rekan kerjanya tidak hanya satu orang, tapi banyak orang, bahkan dari luar daerah."Baiklah, saya akan temui dia. Suruh tunggu sebentar. Jangan biarkan dia masuk ke sini. Saya tidak
"Wah! Ternyata kantor Daddy bagus juga ya? Kirain kantornya Daddy kecil kayak rumahnya keong." Kenzo mulai mengoceh saat tiba di lobby kantor.Baru pertama kalinya Alvaro mengajak anak-anaknya datang ke kantor, dan kini mereka menjadi pusat perhatian para pegawainya."Apa kau bilang tadi? Kantornya Daddy mirip rumahnya keong? Kamu itu keongnya. Kecil-kecil cabe rawit," seru Alvaro dengan menyentil hidung anak laki-lakinya.Mereka berempat memasuki lobby dan mendapatkan sambutan hangat dari para karyawan yang ada di dalam kantor itu."Selamat pagi Pak, Bu," ucap beberapa karyawan yang ada di lobby kantor."Pagi," jawab Alvaro dan juga Calista dengan mengulas senyuman tipis."Selamat pagi semuanya, tampan cantik," jawab kenzo dengan selorohnya.Semua karyawan tersenyum dengan menatap gemas anak kecil itu."Astaga, anakmu ini ya? Kenapa bisa jadi seperti ini bibitku," gerutunya. "Sebenarnya unggul nggak sih?" Alvaro bergumam dengan berjalan pelan menatap Kenzo yang melambai-lambaikan ta