Ryhan mengembuskan napas kasar. Tampak dia berusaha untuk mengendalikan amarah yang telah memendung dirinya. “Jika kau benar-benar menginginkan putriku, maka kau harus memberikan bukti kesungguhanmu. Aku tidak menyukai pria yang hanya bisa omong kosong. Aku butuh bukti bukan sekadar hanya omong kosong!”Athes terdiam sejenak mendengar permintaan Ryhan. Jika Miranda terlihat gugup dan takut, berbeda dengan Athes yang terlihat begitu santai. Bahkan meski wajahnya penuh dengan luka saja, Athes seolah tidak merasakan apa pun. Pria itu hanya menghapus darah yang keluar dari sudut bibir dan pelipisnya meggunakan jemarinya.Athes hendak melangkah mendekat ke arah Ryhan. Namun langkah Athes harus terhenti kala Miranda menahan lengannya. Athes mengerti ketakutan begitu menelusup ke dalam diri Miranda. Bahkan mata Miranda sudah sejak tadi memerah dan berkaca-kaca menahan tangisnya akibat Athes menerima banyak luka pukulan di wajahnya.“Athes, don’t. Please. Aku tidak tahu terjadi sesuatu padamu
Miranda menatap Athes yang tengah tertidur pulas. Wajah pria itu masih banyak luka lebam. Sudah beberapa hari sejak Miranda membawa Athes ke rumah keluarganya, Miranda memutuskan untuk tidak langsung ke rumah keluarga Athes.Tentu saja Miranda tidak enak pada keluarga keluarga Athes jika datang dengan keadaan wajah Athes dipenuhi dengan luka lebam. Tidak hanya itu, Miranda pun ingin menyiapkan dirinya lebih dulu. Belakangan terlalu banyak paparazzi yang diam-diam mencari informasi tentang dirinya dan Athes.Hal yang Miranda hindari yaitu paparazzi yang mencari tahu tentang Audrey. Terpaksa, beberapa hari ini Audrey tidak langsung masuk sekolah. Athes memutuskan untuk memanggil guru ke rumah. Ini semua demi kebaikan Audrey. Karena Athes tahu, akan begitu banyak media yang ingin tahu tentang Audrey. Sebelum mereka menikah, Athes memilih untuk Audrey belajar di rumah. Meski sebenarnya Audrey pernah protes karena bosan di rumah, namun Athes dan Miranda terpaksa kali ini tidak bisa menurut
“Kau tahu, Dad? Tujuanku ke sini hanya sekadar memberi tahu. Kau suka atau tidak suka aku akan tetap menikah dengan Miranda. Aku rasa seorang hewan masih memiliki rasa kasihan pada anaknya sendiri jika tidak hidup bahagia. Dan kau jelas tahu kebahagianku adalah Miranda. Dia adalah ibu dari anakku. Jika kau tidak mengizinkannya sekali pun, aku tidak akan pernah peduli.” Athes berucap dengan penuh ketegasan dan tatapan tajam pada ayahnya sendiri.“Kau—” Aaron menggeram. Kilat kemarahan di wajahnya begitu terlihat jelas. “Kapan kau berhenti untuk melawanku, Athes!”“Aku tidak pernah memiliki maksud untuk melawanmu. Aku menghormatimu karena bagaimana pun kau tetap ayahku. Tapi jika kau masih terus memaksaku menuruti perintahmu maka aku tidak akan mengikutinya. Sebagai seorang ayah kau ingin yang terbaik untuk anakmu, bukan? Sama halnya denganku. Aku menginginkan yang terbaik untuk anakku. Putriku sudah lebih dari lima tahun tanpa diriku. Sekarang aku tidak mungkin membiarkannya tumbuh tan
Miranda menatap Macbook-nya. Memeriksa salah satu naskah yang akan dikirimkan oleh penerbit. Sesaat Miranda memijat pelan tengkuk lehernya. Kali ini dia bekerja tanpa ada Audrey yang mengganggunya dan merengek manja padanya. Hingga detik ini Audrey masih tinggal di keluarga Athes.Sungguh Miranda tidak menyangka Audrey dengan mudahnya beradaptasi dengan keluarga Athes. Bahkan sekarang Audrey begitu dimanja oleh keluarga Athes. Segala apa pun yang Audrey inginkan, selalu dituruti. Meski sebenarnya Miranda takut Audrey tumbuh menjadi seorang wanita yang manja, namun Miranda bisa apa? Melarang pun akan sulit. Tentu saja Athes akan selalu memanjakan putri mereka.Lepas dari semua itu, Miranda sekarang sudah bisa bernapas lega dan tenang. Tidak ada lagi yang menghalangi hubungannya dengan Athes. Baik keluarganya dan keluarga Athes telah menyetujui hubungan mereka. Ketakutan yang biasanya hadir dalam diri Miranda, kini telah lenyap. Tergantikan dengan kebahagiaan yang hadir di tengah-tengah
Miranda menghela napas panjang. Dia mematut diri di cermin. Penampilannya hari ini sudah tampak begitu sempurna. Balutan dress berwarna kuning cerah bermotif bunga kecil. Dengan model bagian atas kemben. Rambut pirang yang tergerai indah. Ditambah dengan heels yang warnanya senada dengan dress yang dipakai Miranda membuat wanita itu layaknya seorang dewi.Warna kuning yang lembut sukses membuat Miranda tampak menjadi wanita lemah lembut. Hari ini Miranda dan Athes akan melakukan konferensi pers menyangkut berita di luaran. Jujur, Miranda gugup jika harus bertemu para media. Dalam hidup Miranda tidak menyukai banyaknya sorotan media. Namun, sekarang mau tidak mau dia harus menghadiri kenferensi pers demi menjawab opini di luaran yang tak benar.Kemarin, Audrey sudah dijemput oleh sopir. Putri kecilnya itu tampak begitu bahagia ketika pulang dari rumah keluarga Athes. Setiap kali Miranda menanyakan bagaimana hari Audrey selama di rumah Keluarga Athes maka putrinya itu akan selalu menjaw
Berita tentang pernikahan Athes dan Miranda telah tersebar luas. Persiapan pernikahan pun hampir mendekati sempurna. Sebenarnya Miranda tidak ingin pesta pernikahan yang terlalu megah. Entah karena Miranda merasa dirinya sudah menjadi seorang ibu dan hubungannya dan Athes pun sudah lama. Miranda hanya ingin yang sederhana saja.Namun sayangnya keinginan Miranda ditolak tegas bukan oleh Athes. Melainkan dengan seluruh keluarganya sendiri serta keluarga Athes. Tentu ini karena Athes adalah putra tunggal di Keluarga Russel. Mau tidak mau Miranda harus menerima jika pesta pernikahan akan diselenggarakan dengan megah.Beberapa hari terakhir banyak para media yang berusaha mewawancarai Miranda. Karena Miranda memang tidak menjawab pertanyaan para media. Sepenuhnya Miranda menyerahkan pada Athes. Sejak dulu Miranda tidak suka jika diwawancarai. Miranda membenci para media yang ingin tahu masalah kehidupan pribadinya. Namun, menikah dengan Athes Russel yang merupakan salah satu pengusaha yang
Saat pagi menyapa, Miranda sudah disibukkan berada di dapur membuat pasta untuk Athes dan Audrey. Pagi ini Miranda khusus membuatkan sarapan untuk Athes dan Audrey. Dia bangun lebih awal, demi membuat masakan. Menjelang pernikahan, Miranda tidak begitu disibukan dengan menulis. Karena sebelumnya Miranda sudah menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang tertunda.Miranda lebih banyak mengurus Athes dan putri mereka serta memeriksa sejauh mana persiapan pernikahan mereka. Awalnya Miranda memang menginginkan yang sederhana saja, namun Miranda tidak memiliki pilihan selain menuruti keinginan keluarganya dan keluarga Athes yang menginginkan pesta yang meriah. Karena banyaknya permintaan pesta pernikahannya meriah, maka Miranda pun memastikan bahwa pesta pernikahannya haruslah sempurna.“Selesai,” Miranda berucap riang kala sudah selesai memasak Fettuccine Alfredo.Fettuccine Alfredo adalah salah satu menu pasta yang Audrey sukai. Masih banyak jenis pasta yang Audrey sukai, namun pagi ini Mira
“Ah,” Miranda meringis perih kala telunjuknya terkena pisau. Kini dirinya tengah memasak. Mengingat Audrey sangat lahap jika dirinya yang membuatkan makanan. Namun, karena tidak hati-hati pisau terkena di telunjuknya.“Sayang? Kau kenapa?” Athes berdiri di ambang pintu dapur, menatap Miranda yang tengah meniup telunjuk. Tepat di saat mata Athes menangkap darah mengalir di telunjuk Miranda, dengan cepat Athes menghampiri Miranda. Mengambil tangan Miranda. Lalu membawanya ke wastafel. “Kenapa kau tidak hati-hati,” lanjutnya seraya membuka keran wastafel.“Ah.” Miranda menahan perih ketika air menyentuh telunjuknya. Saat darah yang mengalir dari telunjuk Miranda telah berhenti, Athes langsung meminta pelayan mengambilkan kotak obat. Kini Athes membalut telunjuk Miranda dengan plester.“Masih perih?” tanya Athes sembari memberikan kecupan di telunjuk Miranda.Senyum di bibir Miranda terlukis melihat Athes yang begitu perhatian padanya. “Aku tidak apa-apa, Athes. Nanti perihnya juga hilang