Miranda menatap koper-koper milik Athes, dirinya dan juga Audrey. Hari ini adalah hari terakhir Miranda berada di Tokyo. Setelah lima tahun tinggal di Tokyo akhirnya Miranda akan kembali ke negeranya. Tidak pernah Miranda terpikir akan kembali ke Roma. Dulu saat Miranda memutuskan pergi, Miranda memilih berdamai pada masa lalunya dan tidak lagi melihat apa yan ada di belakang.Namun, kenyataannya semesta kembali mempertemukanya pada Athes. Mungkin ini yang dinamakan takdir. Sekeras apa pun Miranda menghindar jika Athes adalah takdirnya maka mereka akan kembali bersatu. Dan jika saat itu Athes bukanlah takdirnya, maka mereka tidak akan pernah kembali.Dulu Miranda berpikir akan memebesarkan Audrey seorang diri. Setiap kali Audrey meminta ke Roma adalah hal yang paling Miranda hindari. Biasanya Ryhan dan Rose, akan datang ke Tokyo setiap dua atau tiga kali dalam satu tahun.Mengingat Ryhan disibukkan dengan mengurus pekerjaan. Dan Rose yang juga memiliki anak yang usianya tidak beda jau
Bandara Udara Internasional Leonardo da Vinci, Roma, Italia. Pesawat yang membawa Athes dan Miranda telah mendarat di Bandara Udara Internasional Leonardo da Vinci. Setelah menempuh perjalanan yang panjang, akhirnya Athes dan Miranda telah tiba di Bandara.Kini Athes membawa Miranda turun dari pesawat dan Audrey yang tengah tertidur pulas dalam gendongannya. Athes sengaja tidak membangunkan putrinya. Dia tidak tega membangunkan putri kecilnya.Saat di bandara, Athes sudah melihat sopir menjemput dirinya dan Miranda. Sebelumnya Athes memang sudah meminta sopir menjemputnya. Namun, ketika Athes hendak masuk ke dalam mobil, beberapa wartawan mengerubung dirinya dan hendak mengajukan pertanyaan.Dengan cepat Athes menggerakkan kepalanya meminta anak buahnya mencegah wartawan yang mengrubung ke arahnya itu. Athes merengkuh bahu Miranda dengan tangan kanannya dan tangan kiri yang menggendong Audrey. Mereka masuk ke dalam mobil. Tak berselang lama, sang sopir melajukan mobilnya meninggalkan
Miranda mematut diri di cermin. Kini tubuhnya telah terbalut oleh dress yang membuatnya tampak begitu cantik. Rambut pirangnya yang tergerai indah, ditambah dengan polesan makeup bold memberikan kesan begitu berkelas di wajah Miranda. Namun, meski sudah berpenampilan sangat cantik raut wajah Miranda sedikit muram.Hari ini Miranda harus bertemu dengan keluarganya. Entah apa yang akan dikatakan oleh ayahnya itu. Pasalnya, Miranda mengatakan hamil dari kekasihnya saat kuliah dulu. Dan sekarang Miranda harus membawa Athes, di mana dulu Athes adalah rekan bisnis ayahnya sendiri. Pikiran Miranda sungguh tidak bisa tenang. Bayangan amarah sang ayah begitu melekat dalam pikirannya.Sebenarnya bisa saja dulu Miranda mengatakan yang sejujurnya tentang siapa ayah kandung Audrey yang sebenarnya pada Ryhan. Namun, hal yang Miranda takutkan saat itu ayahnya akan memberi perhitungan pada Athes. Dan jika itu terjadi, maka persembunyiannya dulu akan sia-sia. Itu kenapa Miranda memilih berbohong pada
Ryhan mengembuskan napas kasar. Tampak dia berusaha untuk mengendalikan amarah yang telah memendung dirinya. “Jika kau benar-benar menginginkan putriku, maka kau harus memberikan bukti kesungguhanmu. Aku tidak menyukai pria yang hanya bisa omong kosong. Aku butuh bukti bukan sekadar hanya omong kosong!”Athes terdiam sejenak mendengar permintaan Ryhan. Jika Miranda terlihat gugup dan takut, berbeda dengan Athes yang terlihat begitu santai. Bahkan meski wajahnya penuh dengan luka saja, Athes seolah tidak merasakan apa pun. Pria itu hanya menghapus darah yang keluar dari sudut bibir dan pelipisnya meggunakan jemarinya.Athes hendak melangkah mendekat ke arah Ryhan. Namun langkah Athes harus terhenti kala Miranda menahan lengannya. Athes mengerti ketakutan begitu menelusup ke dalam diri Miranda. Bahkan mata Miranda sudah sejak tadi memerah dan berkaca-kaca menahan tangisnya akibat Athes menerima banyak luka pukulan di wajahnya.“Athes, don’t. Please. Aku tidak tahu terjadi sesuatu padamu
Miranda menatap Athes yang tengah tertidur pulas. Wajah pria itu masih banyak luka lebam. Sudah beberapa hari sejak Miranda membawa Athes ke rumah keluarganya, Miranda memutuskan untuk tidak langsung ke rumah keluarga Athes.Tentu saja Miranda tidak enak pada keluarga keluarga Athes jika datang dengan keadaan wajah Athes dipenuhi dengan luka lebam. Tidak hanya itu, Miranda pun ingin menyiapkan dirinya lebih dulu. Belakangan terlalu banyak paparazzi yang diam-diam mencari informasi tentang dirinya dan Athes.Hal yang Miranda hindari yaitu paparazzi yang mencari tahu tentang Audrey. Terpaksa, beberapa hari ini Audrey tidak langsung masuk sekolah. Athes memutuskan untuk memanggil guru ke rumah. Ini semua demi kebaikan Audrey. Karena Athes tahu, akan begitu banyak media yang ingin tahu tentang Audrey. Sebelum mereka menikah, Athes memilih untuk Audrey belajar di rumah. Meski sebenarnya Audrey pernah protes karena bosan di rumah, namun Athes dan Miranda terpaksa kali ini tidak bisa menurut
“Kau tahu, Dad? Tujuanku ke sini hanya sekadar memberi tahu. Kau suka atau tidak suka aku akan tetap menikah dengan Miranda. Aku rasa seorang hewan masih memiliki rasa kasihan pada anaknya sendiri jika tidak hidup bahagia. Dan kau jelas tahu kebahagianku adalah Miranda. Dia adalah ibu dari anakku. Jika kau tidak mengizinkannya sekali pun, aku tidak akan pernah peduli.” Athes berucap dengan penuh ketegasan dan tatapan tajam pada ayahnya sendiri.“Kau—” Aaron menggeram. Kilat kemarahan di wajahnya begitu terlihat jelas. “Kapan kau berhenti untuk melawanku, Athes!”“Aku tidak pernah memiliki maksud untuk melawanmu. Aku menghormatimu karena bagaimana pun kau tetap ayahku. Tapi jika kau masih terus memaksaku menuruti perintahmu maka aku tidak akan mengikutinya. Sebagai seorang ayah kau ingin yang terbaik untuk anakmu, bukan? Sama halnya denganku. Aku menginginkan yang terbaik untuk anakku. Putriku sudah lebih dari lima tahun tanpa diriku. Sekarang aku tidak mungkin membiarkannya tumbuh tan
Miranda menatap Macbook-nya. Memeriksa salah satu naskah yang akan dikirimkan oleh penerbit. Sesaat Miranda memijat pelan tengkuk lehernya. Kali ini dia bekerja tanpa ada Audrey yang mengganggunya dan merengek manja padanya. Hingga detik ini Audrey masih tinggal di keluarga Athes.Sungguh Miranda tidak menyangka Audrey dengan mudahnya beradaptasi dengan keluarga Athes. Bahkan sekarang Audrey begitu dimanja oleh keluarga Athes. Segala apa pun yang Audrey inginkan, selalu dituruti. Meski sebenarnya Miranda takut Audrey tumbuh menjadi seorang wanita yang manja, namun Miranda bisa apa? Melarang pun akan sulit. Tentu saja Athes akan selalu memanjakan putri mereka.Lepas dari semua itu, Miranda sekarang sudah bisa bernapas lega dan tenang. Tidak ada lagi yang menghalangi hubungannya dengan Athes. Baik keluarganya dan keluarga Athes telah menyetujui hubungan mereka. Ketakutan yang biasanya hadir dalam diri Miranda, kini telah lenyap. Tergantikan dengan kebahagiaan yang hadir di tengah-tengah
Miranda menghela napas panjang. Dia mematut diri di cermin. Penampilannya hari ini sudah tampak begitu sempurna. Balutan dress berwarna kuning cerah bermotif bunga kecil. Dengan model bagian atas kemben. Rambut pirang yang tergerai indah. Ditambah dengan heels yang warnanya senada dengan dress yang dipakai Miranda membuat wanita itu layaknya seorang dewi.Warna kuning yang lembut sukses membuat Miranda tampak menjadi wanita lemah lembut. Hari ini Miranda dan Athes akan melakukan konferensi pers menyangkut berita di luaran. Jujur, Miranda gugup jika harus bertemu para media. Dalam hidup Miranda tidak menyukai banyaknya sorotan media. Namun, sekarang mau tidak mau dia harus menghadiri kenferensi pers demi menjawab opini di luaran yang tak benar.Kemarin, Audrey sudah dijemput oleh sopir. Putri kecilnya itu tampak begitu bahagia ketika pulang dari rumah keluarga Athes. Setiap kali Miranda menanyakan bagaimana hari Audrey selama di rumah Keluarga Athes maka putrinya itu akan selalu menjaw