“Tuan Marco.” Sang pelayan menyapa Marco yang baru saja tiba dengan sopan. Kini Marco tengah berada di mansion rumah Angela. Pria itu sengaja mendatangi Angela karena ingin melihat keadaan Angela. Marco tahu Angela begitu terpuruk karena hingga detik ini Xander belum juga pulang ke rumah. Dan tujuannya kali ini mendatangi Angela karena ingin memastikan keadaan wanita itu baik-baik saja. Hatinya merasa tak nyaman kala Angela terus menangis.“Di mana Angela?” tanya Marco dingin, dan raut wajah tanpa ekspresi.“Nyonya Angela berada di ruang keluarga, Tuan. Sejak tadi Nyonya Angela tidak henti-hentinya menangis,” jawab sang pelayan memberi tahu seraya menundukkan kepalanya.Marco mengembuskan napas berat mendengar apa yang dikatakan oleh sang pelayan. Sebelumnya Marco memang meminta Angela untuk tidak mencari Xander. Tentu Marco melakukan ini karena Marco ingin membiarkan Athes berbicara pada Xander lebih dulu. Mungkin jika Xander seusia Audrey maka masalah tak akan serumit ini.“Aku akan
“Athes, tadi malam kau pulang jam berapa?”Suara Miranda bertanya seraya melangkah mendekati Athes yang tengah duduk di sofa. Sebelum duduk, Miranda membawakan cangkir kopi ekspreso untuk sang suami. Pun Athes menerima kopi dari Miranda sambil mengucapkan terima kasih. Tadi malam Athes pergi meninggalkannya dengan alasan ada pekerjaan yang harus dikerjakan oleh suaminya itu. Awalnya Miranda menunggu tapi akhirnya Miranda ketiduran. Wanita hamil memang tidak mudah bergadang.“Aku pergi menemui Xander.”Raut wajah Miranda berubah mendengar apa yang diucapkan oleh Athes. Tampak sepasang iris mata silver Miranda menatap lekat Athes dengan tatapan menuntut penjelasan. Tentu saja Miranda bingung sekaligus terkejut mendengar Athes menemui Xander.“Kau menemui Xander?” ulang Miranda memastikan.Athes menganggukkan kepalanya. “Xander adalah anak Marco dan Angela. Dulu Marco adalah kekasih Angela. Mereka berpisah karena ego mereka. Tepatnya saat waktu itu Marco mengantar Audrey, dia mengatakan
“Nyonya.” Sang pelayan menyapa Angela yang baru saja tiba di rumah. Hari ini Angela menyibukan diri di kantornya. Entah kenapa Angela ingin menyibukkan diri dari pekerjaannya.Mungkin lebih tepatnya, Angela mau melupakan semua masalah yang sempat menghampirinya. Kesalahpahaman telah berakhir. Angela memberikan ruang pada Marco untuk lebih dekat dengan Xander. Itu kenapa Angela memilih menyibukan diri di kantor. Walau tak dipungkiri ada sesuatu hal dari dalam relung hati Angela terdalam. Hal di mana sulit Angela ungkapkan. Karena Angela tahu dirinya tak mungkin terbelenggu dalam masa lalu.“Di mana Xander?” Angela bertanya pada sang pelayan yang berdiri di hadapannya.“Tuan Xander ada di kamarnya, Nyonya,” jawab sang pelayan itu.Angela menganggukkan kepalanya. “Apa hari ini Marco datang?” tanyanya lagi. Karena Angela tahu Marco sering menemui Xander. Tentu Angela tak akan pernah melarang Marco yang ingin dekat dengan Xander.“Tuan Marco siang ini tidak datang, tapi tadi beliau menele
Marco menatap Angela yang masih tertidur dalam dekapannya. Wajah Angela terlihat begitu cantik. Hidung mancung. Bibir ranum seksi. Di usia Angela yang telah di atas tiga puluh tahun ini membuat wanita itu semakin cantik. Aura wajahnya begitu menawan, dan memesona. Marco tak menampik akan hal itu. Tiga belas tahun dirinya tidak bertemu dengan Angela tapi nyatanya Angela semakin mempesona.Kini Marco membawa tangannya membelai pipi Angela. Tampak senyuman samar di wajah Marco terlukis membayangkan kejadian tadi malam. Siapa yang mengira ciuman yang dia sengaja berikan untuk membuktikan perasaan Angela, membuat mereka malah berakhir di ranjang.Gelora hasrat tak mampu tertahan. Baik Marco dan Angela tidak bisa mengendalikan diri—kala tubuh mereka terbakar oleh panasnya gairah yang telah mereka ciptakan sendiri. Mereka saling meluapkan kerindukan mereka. Menyingkirkan ego yang selama ini terbelenggu dalam diri mereka masing-masing. Bahkan tadi malam, Marco melakukan pergulatan panas denga
“Morning, Sayang.”Angela menyapa hangat Xander yang sudah duduk di ruang makan. Wanita itu melangkah masuk ke dalam ruang makan bersama dengan Marco. Tampak kening Xander mengerut dalam melihat ibunya bersama dengan ayahnya. Bahkan di kala Marco dan Angela sudah duduk di kursi meja makan, tatapan Xander tak henti menatap kedua orang tuanya yang terlihat begitu berbeda hari ini. Padahal Xander sangat tahu kalau selama ini kedua orang tuanya itu tak sedekat ini. Tapi kenapa mereka bisa bersama? Ribuan pertanyaan menyerbu pikiran Xander.“Kenapa kalian bisa bersama pagi ini?”Suara Xander bertanya pada Marco dan Angela. Xander mengingat tadi malam ayahnya yang ingin menemuinya malah tidak datang. Akan tetapi, Xander tak menghubungi ayahnya itu. Xander pikir ayahnya tengah sibuk. Dan sekarang tiba-tiba saja Xander dikejutkan ayah dan ibunya bersama bahkan terlihat sangatlah dekat.“Memangnya Mommy tidak boleh bersama dengan Daddy?” Angela mengulas senyuman di wajahnya. “Ayo kita sarapan,
“Aku berniat menjodohkan Xander dan Audrey. Apa kalian setuju?”Suara Marco berucap sontak membuat raut wajah Xander berubah. Pemuda itu yang tengah duduk di samping Marco langsung menatap tajam ayahnya itu. Xander hendak mengeluarkan suara namun tatapan penuh peringatan dari Angela—ibunya membuat Xander terpaksa mengurungkan niatnya.Tampak rahang Xander mengetat. Amarah yang terbendung pada pemuda itu tersulut mendengar apa yang diucapkan oleh ayahnya. Hal yang paling Xander benci di dunia ini harus menahan emosinya. Sungguh, Xander tak mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh ayahnya sampai mengeluarkan kata-kata konyol.Perkataan Marco itu sukses membuat Miranda dan Angela terkejut. Kedua wanita itu bahkan nyaris tak mampu merangkai kata-kata kala mendengar ucapan Marco. Sedangkan Athes yang duduk tenang sambil memangku Audrey tampak tak terkejut sedikit pun. Athes malah menatap lekat Marco. Seolah mengajak Marco berdiskusi.“Apa alasanmu ingin menjodohkan Xander dan Audrey?” Athe
“Miranda, kemungkinan hari ini aku akan pulang terlambat. Kau jangan menungguku. Tidurlah duluan. Kau sedang hamil. Dokter melarangmu tidur larut malam.”Athes berujar seraya memakai arloji di pergelangan tangannya. Pria itu tampak begitu terburu-buru. Sedangkan Miranda sejak tadi melamun. Wanita itu terdiam, dan tengah memikirkan sesuatu dalam benaknya. Pagi ini Miranda memang bangun lebih awal karena sang suami memiliki meeting penting. Akan tetapi tak dipungkiri suatu hal sejak kemarin mengganggu pikiran Miranda.“Miranda?” Athes menegur istrinya yang malah melamun. Tatapan pria itu menatap lekat mata Miranda. Tak bisa ditutupi, Athes melihat istrinya tengah memikirkan sesuatu.“Hm? Iya, Athes?” Miranda membuyarkan lamunannya kala mendengar suara Athes menegurnya.“Apa yang kau pikirkan?” Athes mendekat pada Miranda. Lalu pria itu menangkup kedua pipi Miranda. “Katakan padaku, apa yang mengganggu pikiranmu, hm?” tanyanya lagi.Miranda terdiam beberapa saat. Embusan napas panjang te
Menjelang pernikahan, Angela disibukkan dengan menentukan dekorasi yang paling tepat untuk pesta pernikahannya. Awalnya Angela ingin konsep pernikahannya nanti adalah garden party. Namun, Angela langsung mengubahnya.Wanita itu akhirnya memutuskan untuk mengadakan pesta pernikahan di hotel berbintang lima. Tentu alasannya karena Angela memiliki banyak rekan bisnis. Pun sama halnya dengan Marco. Rasanya tidak mungkin kalau dirinya dan Marco tak mengundang rekan bisnis mereka.Jika pernikahan itu diadakan di outdoor dengan tema garden party, maka besar kemungkinan para tamu akan dibatasi. Lain halnya jika konsep pernikahan mereka berada di hotel mewah. Mereka akan bisa mengundang ribuan para tamu undangan. Dan Angela yakin Marco akan lebih setuju menikah di hotel mewah daripada konsep outdoor dengan tema garden party.“Nyonya Angela.” Seorang pelayan menghampiri Angela yang tengah duduk di ruang keluarga sambil fokus dengan iPad di tangannya. Angela tengah sibuk melihat beberapa konsep