Sabian menatap tajam tuan Harjono yang tertunduk lemas dan wajahnya menjadi pucat pasi itu, mungkin semua emosinya sedang tertumpuk di hatinya, melihat semua teman-temannya mempunyai putra yang sangat berbakti atau bahagia di masa tuanya. membuatnya iri dengki dan menyusun strategi untuk membuat seolah mereka mempunyai siasat buruk di balik kesuksesan mereka, hingga tuan Harjono memprovokasi sebagian pengusaha untuk membenci orang-orang yang sedang naik ekonominya.
"Bahkan kau tidak merasa kasihan pada orang tua sepertiku ini Sabian, apakah aku akan membusuk di penjara dengan putraku?" Tanya tuan Harjono dengan wajah yang pucat pasi.
"Aku sungguh kasihan sekali padamu tuan Harjono tetapi, jika aku tidak memberimu efek jera kau akan terus melakukan kejahatan," Jawab Sabian tegas.
"Harjono maafkan putraku, dia hanya ingin memberikan efek jera kepadamu agar di kemudian hari kau tidak akan melakukan kesalahan seperti ini lag
Sabian terlihat panik melihat ada dasar segar mengucur dari balik baju Kirana, wajahnya terlihat ketakutan dan pucat pasi, ia khawatir terjadi apa-apa dengan Kirana istri tercintanya."Sayang, tenanglah sedikit, aku tidak apa-apa, jangan berteriak seperti itu apa kau mau karyawanmu mendengar teriakanmu itu?" tanya Kirana dengan lembut."Tidak apa-apa bagaimana, lihatlah darah ini?" Sabian menunjuk darah yang mengalis cukup banyak dari balik baju Kirana.Kirana menjelaskan bahwa darah itu adalah siklus bulanannya jadi Sabian tidak perlu panik, yang dibutuhkan Kirana saat ini adalah pembalut dan baju baru, karena bajunya sudah terkena noda darah jadi tidak mungkin untuk di pakai keluar ruangan.Mendengar Kirana mengatakan bahwa itu adalah darah Haid, Sabian cukup lega tetapi mendadak raut wajahnya menjadi suram, sudah jarang sekali bisa menyentuh sang istri sekali bisa berduaan malah datang bulan itu mengakibatkan d
Sabian mendengus kesal karena tidak bisa mengungkapkan dengan jelas apa maksud hatinya, Mike semakin kebingungan karena mengetahui sang bos tidak dalam suasana hati yang baik, Hanna pun ikut mencerna apa yang di maksud oleh atasannya itu."Mike, mungkin yang di maksud presdir adalah dia sedang ingin melakukan hal itu tapi nyonya sedang datang bulan, apa yang kau biasa lakukan?" Bisik Hanna.Mike mengerti dan mengangkat jempolnya ke arah Hanna, "Cobalah mengalihkan pikiran presdir ke hal positif lainnya, karena ini sedang berada di kantor jadi anda bisa cek jadwal anda atau mengecek laporan keuangan perusahaan yang saya berikan ini,".Sabian mencoba mengehla nafas dan memusatkan pikirannya, ia meminta Mike kembali bekerja setelah mengucapkan terima kasih padanya. Sabian belum bisa meredakan hastar terpendamnya hal ini berdampak pada emsi yang tidak labil, hari ini sudah berapa karyawan terkena imbasnya, ia selalu marah se
Kirana mengatakan bahwa tempat di mana yang membuat mereka nyaman melakukan kegiatan bersama, Sabian semakin pusing dengan teka-teki yang di berikan oleh istri tercinta, bahkan ia tidak tahu harus mengendarahi mobil menuju mana."Kita kembali ke rumah Sabian, aku akan memanjakanmu di tempat pribadi milik kita berdua," jawab Kirana."Ke rumah? bagian rumah mana yang bisa membuatku bisa melupakan hasrat terpendamku ini kirana?" tanya Sabian yang kebingungan.Tempat pribadi yang sering mereka gunakan untuk menghabiskan watu bersama, mengobrol sepanjanng malam sampai lupa waktu, tempat yang sangat pribadi untuk melakukan hubungan suami istri, "Kira sudah sampai Sabian, ayo kemarilah aku akan membantumu membuka baju dan mandi,"Sabian mengumpat di hatinya karena kesal merasa di permainkan oleh Kirana, dia sedang datang bulan membawanya ke kamar pribadi dan melayaninya membuka serta memabntunya mandi
Kirana masih menikmati dekapan hangat dari sang suami, kenyamanan yang diberikan oleh Sabian membuatnya tak bisa berkata apa-apa lagi selain menikmati semua kebaikan yang di berikan oleh Sabain kepadanya."Kenapa aku tidak boleh membuatkan makanan untukmu Sabian, jika kau pelur aku terus seperti ini rasanya aku juga ingin waktu berhenti berputar sebentar agar aku bisa menikmati waktu bersamamu lebih lama," ucap Kirana yang hatinay berbunga-bunga."Jangan khwatir kirana apapun yang kau inginkan akan aku berikan untukmu selama aku mampu, kau sudah melayaniku sejak tadi, tidak usah memasak lagi, biarkan pada pelayan yang memasak untukku." Sabian memegang erat tangan Kirana.Kirana menurut apa yang di ucapkan oleh suaminya, ia menelpon bagian dapur agar mengirimkan makanan ke kamar untuk Sabian, sambil menunggu makanan datang mereka bercengkrama di bawah jendela sambil menikmati pemandangan bulan
Kirana menuju pintu untuk segera membukanay karena mengira makanan yang ia pesan sudah siap di sajikan oleh pelayan yang ada di rumah tetapi, dia adalah bocah kecil yang sangat menggemaskan bernama Bima Alexander."Kenapa lama sekali membukakan pintu, apakah mama dan ayah bermesraan lagi tanpa ada aku di sini?" teriak Bima dengan nada marah."Kau tidak boleh berteriak seperti itu, apakah jalan-jalanmu menyenangkan hari ini?' Kirana memeluk anaknya yang merajuk baru pulang jalan-jalan bersama sang kakek.Bima sudah tidak merajuk lagi belum menjawab pertanyaan mamanya, ia berlari kedalam kamar dan menemui ayahnya sambil membawa satu kotak ayam goreng yang ia beli saat jalan-jalan bersama kakeknya."Ayah, lihatlah apa yang Bima bawa, ini adalah makanan kesukaan kita berdua. ayo makan sambil nonton," ucap Bima sambil menyodorkan kotak berisi ayam goreng lezat."Terima kasih Bima, aya
Kirana mengelus rambut Sabian dengan lembut, tidak ada orang tua yang mengabaikan tumbuh kembang anaknya, termasuk sabian yang merasa belum bisa mendidik anaknya."Kamu sudah bisa memposisikan sebagai ayah yang baik kok, kamu selalu meluangkan waktu untuk Bima, menafkahinya dan memberikan kasih sayang yang tulus, tidak perlu minta maaf padaku," Kirana mengecup keninh suaminya."Terima kasih Kirana, aku hanya merasa kurang sabar menghadapi Bima, kadang aku membentaknya, padahal butuh waktu lama aku menemukan dia," ucap Sabian dengan nada lemah.Kirana menyemangati suaminya lagi, seharusnya dia tidak seresah ini, baginya Sabian adalah sosok ayah dan suami yang baik, waktu sudah larut malam, saatnya mereka harus istirahat."Istirahatlah sayangku, besok kau harus bekerja lagi, jangan berpikir macam-macam," ucap Kirana.Sepasang suami istri itu terlelap dalam selimut yang sama, tidur
Kirana langsung lari mendengar kabar terjadi sesuatu dengan tuan Handoko, didampingi Sabian ia mengecek apakah yang sedang terjadi, saat mengetahui jika tuan Handoko sedang pingsan, Kirana memanggil Dokter Jay untuk datang ke rumahnya."Apa yang terjadi dengan kakekku, Dokter?" tanya Kirana dengan sedih."Tuan Handoko hanya perlu istirahat, di usianya yang sudah renta ini memang harus banyak istirahat, aku resepkan obat untukmu nanti tebus ya di apotik," jawab Dokter Jay.Kirana menerima catatan resep itu tanpa berekpresi, ia hanya mengangguk setiap Dokter mengatakan sesuatu, pikirannya sudah buyar tidak mampu memikirkan apapun, ia hanya ingin kakeknya cepat sembuh.Tangan yang sudah berkeriput itu akhirnya bergerak dan meraih tangan cucunya, ia memegang dengan pelan."Kakek, kau sudah sadar!" tanya Kirana yang senang saat tuan Handoko sudah sadar dari pingsannya."Jangan
Sandra mengelus rambur keponakannya itu, memang Lusi dan Sandra itu akan menikah dalam waktu dekat, semua sudah di persiapkan dengan matang, ia juga ingin membangun rumah tangga yang bahagia."Bima, paman dan Bibi Lusi akan menikah sebentar lagi, jadilah saksi di pernikahan kami ya, sekarang sarapan dulu bersama kami," ucap Sandra."Baik paman, oh iya hari ini aku ada sekolah apakah paman dan bibi mau mengantar dan menjemputku sekolah hari ini menggantikan mama dan ayah?" tanya Bima."Dengan senang hati keponakan bibi tersayang," Lusi mengecup kening Bima.Hari ini segala kebutuhan Bima di urus oleh Lusi dan Sandra, sedangkan Kirana dan Sabian sibuk mengurus tuan Handoko yang terbaring di rumah sakit, belum ada kabar dari mereka, Lusi juga tidak ingin menganggunya, lebih baik mewakili mereka menjadi orang tua Bima.***"Dokter bagaimana keadaan kakek saya?" tanya Kirana de