Kirana sengaja menampar Tania yang tidak kapok melakukan kesalahan fatal dalam hidupnya, di saksikan banyak tamu sedang bercumbu dengan suami orang di sebuah perjamuan bukankah itu adalah hal yang sangat memalukan.
"Ini semua pasti ulahmu, kau menjebakku sehingga menjadi tontonan dan di permalukan banyak orang," Tania menuding adiknya.
"Semua orang di sini menjadi saksinya, aku sedari tadi bersama suami dan keluarga dari pihak suamiku, bagaimana bisa aku menjebakmu?" Kirana menjawab tudingan yang di berikan oleh Tania.
Tania kehilangan akalnya ia berusaha mendekat untuk melukai Kirana, sontak nyonya Harjono yang dekat kejadian langsung mendorongnya agar menjauh dari Kirana. Tania terjatub tersungkur ke tanah, sekelompok tamu dari kalangan pebisnis itu langsung menghujatnya.
"Benar-benar tidak ada kapoknya Tania ini, aku rasa urat malunya sudah putus," ucap seorang pelaku bisnis yang hadir di acara ulang tahun tuan besar Manopo.
Yang membuat Tania membenci Kirana adalah dia lebih cantik dan cerdas darinya, sejak dulu semua orang memuji Kitana dari situlah awal kecemburuan Tania, kumpul keluarga besar selalu Kirana yang menjadi pusat perhatian."Dia selalu cemerlang di segala bidang, semua orang memujinya dan aku selalu kalah darinya, aku benci dia yang selalu mendapatkan perhatian sekitar," Jawab Tania dengan jujur dari lubuk hatinya."Lalu bagaimana kau bisa tega menyakiti perasaan dan fisik adikmu sendiri, bagaimanapun kau itu sedarah dengan Kirana?" Tanya Han sekali lagi.Sedarah tapi dari ibu yang berbeda, ia juga ingin di sayang semua orang maka sejak saat itu dengan dukungan dari ibunya ia secara perlahan menghasut ayahnya mengucapkan kejelekan yang di lakukan oleh Kirana sehingga sang ayah murka tanpa bukti memukul Kirana atau tidak memberinya makan mengurung di kamar, dengan begitu ia mulai di sayang oleh sang ayah sedangkan Kirana secar
Tania mengelap air mata yang jatuh terurai dari mata kepipinya, ia mengangguk mencoba menerima bantuan dari Han, karena ia sudah tidak tahu lagi darimana mendapatkan bantuan untuk menyelamatkan hidupnya yang kacau ini."Kalau aku mau menerima bantuanmu, aku harus membalasmu dengan cara apa?" Tanya Tania di tengah keputusasaanya."Kau masih istriku, kita belum resmi bercerai asalkan kau berjanji akan berubah lebih baik lagi, aku akan membantumu terbebas dari masalah ini," Jawab Han dengan senyuman ramahnya.Tania terbelalak kaget mendengar apa yang di ucapkan Han, laki-laki yang telah ia hianati sebelumnya, lelaki yang tidak pernah ia patuhi selama menjadi istrinya, bahkan Han sempat melayangkan gugatan cerai padanya karena tidak bisa menjaga sikap waktu itu, Tania tertunduk malu ia terus melakukan kejahatan tetapi Han memilih untuk memaafkan."Tapi Han, apakah ini artinya kau akan mencabut berkah per
Kirana menjawab dengan santai apa yang di pwrtanyakan oleh tuan Handoko, terlihat di wajah tuanya yang begitu mengkhatirkan cucunya."Kakek tidak perlu khawatir, Kirana harus menemui tamu yang datang, mungkin ada sesuatu yang ingin mereka sampailan," Jawab Kirana dengan tenang."Ta-tapi Kirana mereka pasti punya niat nahat padamu, aku akan mengutus orang mengusir mereka," ucap Tuan Handoko.Sabian meminta tuan Handoko untuk tetap tenang dan duduk di kursi tamu mendengarkan pembicaraan mereka dengan santai. Sabian menjamin mereka tidak akan berani melakukan tindakan yang membahayakan di kediaman Handoko."Tenanglah kakek, siapa yang berani melakukan kejahatan di kediamanmu ini, mari kita dengarkan apa yang ingin mereka sampaikan pada kita semua,"“Jika terjadi sesuatu pada cucuku kau harus bertanggung jawab, Sabian!” Tuan Handoko duduk di kursi ruang tamu dengan perasaan was-was.Tentu saja Sabian akan bertanggung jawab atas k
Tania menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tidak tahu tuan Harjono berkompromi dengan siapa, pasalanya hari itu dia sedang menghilangkan rasa penatnya menuju pinggiran desa fengan sawah yang menghijau."Aku kurang tahu waktu itu sedang menuju pinggiran desa, aku menghilangkan penat tiba-tiba ada seseorang membawaku dalam mobil menuju sebuah hotel yang ada di desa," Jawab Tania sambil mengingat hari itu."Apakah hotel itu dengan penjagaan ketat?" Tanya sabian sekali lagi.Tania mengingat sekali lagi, sepertinya hotel itu tidak ada penjagaan yang ketat, karena hari itu tuan Harjono seperti seorang turis lokal yang mengunjungi desa untuk berwisata tidak ada hal yang mencurigakan."Tidak ada Sabian, dia datang seperti turir lokal biasa," jawab Tania singkat."Terima kasih informasi darimu tania, aku masih curiga dia menempatkan mata-mata di desa itu," ucap Sabian masih menduga.
Kirana tersenyum sangat bahagia sepanjang hidupnya tidak pernah melihat Tania sampai ketakutan seperti ini, apalagi meminta maaf sampai tubuhnya bergetar dan wajahnya pucat, mungkin dia sudah menyesali perbuatannya atau hanya berakting/ Kirana masih waspada menghadapi perubahan tidak wajar pada diri Tania bisa saja ini hanya sebuah jebakan yang sudha tersusun rapi."Aku sudah memaafkanmu, tapi kau harus memenuhi permintaanku," Jawan Kirana seraya menatap tajam Tania."Benarkan Kirana, apa permintaanmu Kirana aku akan memenuhinya jika aku mampu," ucap Tania dengan wajah berseri.Kirana mengatakan selain dia harus memperbaiki diri dia harus kembali kepada Han sebagai seorang istri yang baik, jika perlu bekerja agar ada kegiatan jadi tidak gampang terpengaruh orang lain dia juga bisa membantu perekonomian suami, Sejatinya pasangan suami istri itu adalah saling melengkapi satu sama lain, menerima kekuarangan dan kelebihan pa
Bima berlari ke arah Tania dan memeluknya sesuai dengan kata hati dan intruksi dari Kirana, Tania begitu erat memeluknya tak terasa air mata membasahi pipinya, ia berandai-andai jika sudah mempunyai buah hati mungkin sudah sebesar Bima. pernikahannya yang sudah berjalan hampir lima tahun bersama Han belum juga di karuniai momongan itu karena Han mengkonsumsi obat pencegah kehamilan kala itu."Bibi kenapa kau menangis memelukku?" Tanya Bima."Tidak apa sayang, bibi hanya berangan-angan jika memiliki momongan mungkin sudah sebesar kamu, tapi tuhan berkata lain, aku belum juga di karuniai momongan," jawab Tania dengan lembut."Bertaubatlah bi, mungkin jika bibi mendekatkan diri pada Tuhan dan menjadi istri yang baik, Tuhan akan memberimu bayi mungil yang lucu," ucap Bima dengan wajah yang menggemaskan.Tania senang sekali dengan tingkah Bima yang lucu, bocah seusia Bima pemikirannya sungguh dewasa, ia b
Sabian merangku istrinya menggoda apakah sudah siap merawat satu lagi bayi setelah Bima, Kirana tersenyum belum sempat menjawab, tetapi Bima sudah memberikan tatapan yang sangat mengertikan untuknya."Ayah jangan sampai punya anak baru dan membuangku kapan saja, aku tidak mau punya adik," ucap Bima dengan tegas."Sayangnya mama, apa kau lupa ayahmu saja masih belum puas menikmati masa indah bersamamu, mungkin saat kamu sudah masuk sekolah dasar barulah ayah dan mama merencanakan mempunyai adik untukmu, jangan ngambek lagi." Kirana gantian memeluk putra sulungnya itu.Kirana masih ingat betul bagaimana frustasinya dia saat mengetahui dia hamil, sudah terbuang dari keluarga, hamil juga dengan cinta satu malam membuatnya kehilangan arah dan tujuan, beruntung dia bertemu dengan kakak dari yang menghamilinya ia bersusah payah menghidupi bayi yang ada di perut kirana waktu itu, ia menciumi kening Bima dengan rasa sayang yang t
Sabian menuju ruang tamu perusahaan menemui orang yang sudah menunggunya, dengan tatapan dingin dan rasa tidak suka, Sabian duduk berhadapan dengan orang yang tidak di sukainya di dampingi Mike asisten pribadinya."Selamat siang tuan Harjono, datang ke perusahaanku secara tiba-tiba membuatku sangat merasa terhormat," ucap Sabian kepada tuan Harjono."Haha anak muda selera humormu cukup menarik, aku tahu kau saat ini sedang membenciku," jawab Tuan Harjono sambil tertawa.Tuan Harjono datang ke perusahaan Alexander tentu saja dengan tujuan jahat, ia sengaja memprovokasi Sabian agar membuatnya marah ia sudah menyiapkan kamera tersembunyi di badannya dan beberapa wartawan yang bersembunyi di bawah di dekat gedung perusahaan Alex Farm corp. beliau berbicara tanpa arah yang jelas membuat Sabian tidak tahan ingin memakinya, tatapi Mike mengkode agar tidak llarut dalam jebakan rubah tua ini."Katakan apa tuj