Sabian mengepalkan tangannya, jadi semua itu hanya akal-akalan Bima untuk melihat ekpresi wajah seperti apa yang ingn dilihat Bima ketika buah hatinya melakukan drama anak yang tidak ingin mempunyai seorang adik, benar-benar keterlaluan.
"Kau sungguh membuatku kesal, kau benar-benar keterlaluan!" ucap Sabian dengan nada kesal.
"Ayah karena kau selalu berekspresi dingin dan galak aku hanya ingin mengujimu," ucap Bima tanpa ada rasa bersalah.
Kirana tertawa melihat tingkah anak cerdas itu, padahal tidak ada yang mengajarinya kenapa dia bisa begitu banyak akal, Sabian yang berada di samping anaknya merasa meleleh hatinya. Dia bertanya-tanya apakah dahulu kala sikapnya seperti itu selalu membuat kesal orang dewasa dengan banyak akalnya.
"Bima karena kau anak ayah kali ini ayah akan memaafkanmu," ucap Sabian yang masih kesal dengan drama yang dibuat Bima.
"Ayah kau harus menjadi ayah panutan karena sebentar lagi akan mempunyai dua buah hati," ucap Bima
Sabain tersenyum licik kearah putranya, sebuah ide yang sangat bagus karena Bima menawarkan sendiri hukuman apa yang cocok untuknya, yaitu dengan memotong uang jajannya karena selalu membuat ayahnya kesal."Kau tahu Bima, ayah sangat setuju dengan apa yang kau katakan itu, mulai besok uang jajanmu akan ayah potong sampai satu bulan," ucap Sabian menakuti Bima."Tidak masalah, aku tidak takut aku tidak minta uang tambahan ke mama kan?" tanya Bima sambil meledek sang ayah.Sabian tidak bisa berkata apa-apa lagi, Bima memang sungguh banyak akalnya, tidak bisa di takuti dengan hal apapun termasuk pemotongan uang jajan. Sabian tersenyum sambil mengelus dadanya dia selalu kalah berdebat dengan sang putra yang pintar itu."Kau memang anak ayah yang cerdas, kau tidak boleh menjadi seorang pemuda yang licik ketika berhadapan dengan masalah ya," ucap Sabian berpesan kepada Bima."Baiklah ayah aku mengerti, ayah adalah ayah yang paling aku banggakan selama in
Dokter Jay sanagt kesal dengan Sabian yang terus emndesaknya untuk menikah karena usianya yang tak muda lagi. Tentu saja ini membuatnya kesal karena dia masih ingin bermain dan belum menemukan wanita yang benar-benar cocok untuk dijadikan istri."Kenapa kau begitu kesal. apakah masih kurang puas bermainnya?" tanya Sabian sambil meminum minumannya."Tentu saja aku masih belum puas mencicipi banyak perempuan lainnya," jawab Jay dengan senyuman lebar.Sabian menakuti Jay karena dia adalah seorang dokter bagaimana bisa ia begitu bangga dengan kenakalannya mencicipi banyak wanita di dunia ini. Sabian mengatakan bahwa karma dan sebuah penyakit kelamin sudah menantinya di kehidupan yang akan datang.Dokter jay semakin sebal karena Sabian menakutinya seperti itu."Aku seorang Dokter dan aku tahu batasanku Sabian, jangan menakuti aku seperti itu, tidak akan mempan buatku," ucap Jay dengan hati yang kesal."Kau ini di nasehati tapi malah keras kepala
Sepertinya Kirana salah paham dengan apa yang akan dilakukan Sabian, dia sudah menahannya sejak kemarin, karena saran dokter dan juga petuah dari Mike, dia tidak akan menyentuh Kirana saat ini, ia takut akan terjadi sesuatu pada bayinya."Sabian kau harus inagt apa kata dokter padamu, di semester awal kau tidak boleh melakukan itu padaku," ucap Kirana."Diam saja dan patuhi aku Kirana," Sabian mencecap bibir Kirana dengan brutal.Kirana meronta dalam gendongannya membuat dia terbakar hasrat yang tidak bisa dikendalikan. Sabian terus menciumi bibir kenyal istrinya itu sampai puas baru di lepaskan."Istirahatlah Kirana istriku tercinta, sepertinya kau hanya salah paham disini, aku tidak bermaksud menyentuhmu sekarang, aku hanya tidak ingin kau terkena angin dan sakit jika kau terus-terusan di depan jendela," ucap Sabian dengan lembut sambil membelai rambut Kirana."Maafkan aku, aku salah paham terhadapmu Sabian," ucap Kirana lirih.Sabian ters
Bima mengelus perutnya apakah lima isang goreng dan segelas susu yang dia minum itu kurang banyak, sehingga perutnya masih belum kenyang. Bima malu menatap wajah ayahnya ia takut jika Sabian akan menindasnya karena ini."Katakan kau mau makan apa sayangku, kau masih dalam masa pertumbuhan wajar jika butuh banyak nutrisi," Sabian merangkul anaknya."Aku ingin makan ayam goreng bumbu bali ma," jawab Bima."Mama ke dapur dulu ya menyiapkan bumbu nanti biar para pelayan yang memasak," ucap Kirana sembari pergi ke dapur.Sabian mengingatkan istrinya agar tidak kecapekan mengingat di rahimnya ada seorang bayi lucu buah cinta mereka berdua. Bima juga mengingatkan sang mama bahwa ia tidak ingin adiknya nanti kenapa-napa jika sang mama kecapekan."Mama jangan membuat kami khawatir karena mama terlalu capek," ucap Bima mengingatkan."Baiklah anak mama yang tampan juga ayah dari anak-anak yang sangat perhatian pada mama, nanti akan mama berikan makanan
Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa sang ayah bertindak seperti anak kecil. Beliau selalu merengek dan kembali lagi seperti anak kecil yang meminta sesuatu pada orang tuanya. Sabian menggelengkan kepalanya dan memuuskan untuk memanggil Dokter Jay."Sebelum aku mengijinkan ayah untuk membawa Bima ke acara olah raga pagi, aku harus memastikan kondisi badan ayah lebih dulu," ucap Sabian."Tidak kau tidak perlu memanggil dokter aku ini masih kuat, ijinkan dulu aku olah raga pagi baru panggil dokter," keluh tuan Alexander.Sabian harus meanhan amarah karena menghadapi orang tua yang kekah ingin olah raga tapi encoknya kumat, Kirana mengelus punggung suaminya karena bagaimanapun ayah yang merawatnya dari kecil sampai menjadi seorang ceo tampan nan kaya raya."Tunggu sampai Dokter Jay datang dan memeriksa kesehatan ayah ya," bujuk Kirana."Kakek, jika kakek sakit nanti tidak ada yang jagain Bima di keramaian kan, jadi lebih aman biarkan Dokter jomb
Dokter Jay menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Sabian wajahnya masih manyun karena merasa Sabian ini meremehkannya."Jangan marah Jay, kau adalah sahabatku aku tidak mungkin dengan sengaja melukai hatimu," ucap Sabian merendah."Kamu mau apa sekarang?" tanya Dokter Jay ketus.Sabian mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar uang pengobatan tuan Alexander."Aku tahu kau sudah banyak uang, tapi tolong terima biaya pengobatan ayahku," ucap Sabian."Ya ampun aku hampir melupakan upahku." Dokter Jay mengambil uang dari tangan Sabian.Dokter Jay dan sabian tertawa bersama mereka mengobrol lagi sepeti sedia kala, wajar ada sedikit perdebatan antara dia sahabat itu yah namanya manusia ada masanya bercanda dan serius."Jadi apa kau masih marah padaku Jay?" tanya Sabian seraya merangkul Jay."Tidak aku dan kau sudah seperti keluarga kadang akur kadang marahan itu sudah biasa," jawab Dokter Jay.Sabian mengucapkan te
Kirana merasa ada hal buruk terjadi entah apa itu, dia meminta Sabian untuk memeriksa ada dimana Bima atau tuan Alexander berada. Sabian langsung keluar kamar dan bertanya kepada para pelayan dimana kedua orang tersayang mereka."Tuan besar sudah bersepeda dari pagi bersama tuan muda kecil, di dampingi dengan para pengawal tuan muda," jawab seorang pelayan."Baik terima kasih infonya," ucap Sabian.Sabian segera menghubungi salah satu pengawal yang bertugas menjaga ayah dan anaknya hari ini. setelah satu panggilan tidak terjawab panggilan berikutnya barulah diangkat oleh pengawal yang dihubungi oleh Sabian."Maaf tuan muda kedua, kami baru saja menyelamatkan tuan muda kecil," ucap pengawal itu."Apa katamu, ada apa dengan Bima?" tanya Sabian terlihat kaget.Pengawal itu menjelaskan bahwa Bima terjatuh dari sepeda karena mengendarai sepedanya dengan kecepatan penuh. Bima jatuh masuk selokan karena kurang waspada tiba-tiba ada kucing peliharaa
Bima masih melahap makanan yang tersaji dimeja. Dia menghiraukan sekelilingnya karena memang makanan hari ini membuatnya sangat napsu untuk makan. Ditambah pagi belum sarapan dan banyak aktivitas."Aku sangat lapar aku sibuk bersenang-senang dengan kakek hari ini sampai lupa waktu," jawab Bima sambil mengambil makanan lagi."Apa sebelum berangkat tidak makan dulu?" tanya Sabian.Tuan Alexander mengingat apakah tadi pagi sarapan dulu atau tidak, dan beliau tertawa sambil minta maaf pada Sabian kalau mereka tidak sarapan dulu saat berangkat berolah raga."Maafkan ayah Sabian, kami memang belum sarapan pagi tadi." jawab tuan Alexander sambil tersenyum"Tidak apa lain kali ayah juga harus sarapan ya," ucap Sabian sambil mengambilkan makanan.Tuan Alexander mengambil makanan yang diberikan oleh Sabian lalu memakannya dengan lahap. Hampir sama dengan Bima tuan besar memakan makanan yang terhidang sampai menambah porsi."Ayah untuk nas
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun