Kirana menatap anak semata wayangnya, sekarang Bima sudah sebesar ini masuk Taman Kanak-Kanak setahun lagi Sekolah Dasar dan melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi tentu saja waktunya akan habis di gunakan bersama teman-temannya.
"Bima jika kau sudah besar dan dewasa itu membuat mama sedih karena kau akan lebih menghabiskan waktumu di luar rumah bersama teman-temanmu daripada bersama mama," ucap Kirana.
"Tapi walaupun aku sudah dewasa aku tetap anak mama kan?" tanya Bima.
Tentu saja sampai kapanpun Bima adalah anak kesayangan kirana dan Sabian, walaupun mempunyai adik atau sudah menikah dan punya anak, rasa sayang Kirana dan Sabian tidak akan pernah putus untuknya. Kirana menggandeng Bima masuk dalam mobil menuju kantor ayahnya.
"Anak ayah sudah pulang? apa yang kamu kerjakan di sekolah nak?" tanya Sabian saat bertemu dengan anaknya.
"Selain belajar aku juga bertengkar
Sabian sedikit terkejut dengan pertanyaan Bima, bisa-bisanya anak usia taman kanak-kanak melakukan kejahatan karena mereka anak pejabat, lalu kenapa kalau anak pejabat, yang namanya kejahatan itu seharusnya di hukum tanpa pandang bulu."Kau tidak perlu khawatir Bima, semua orang harus di hukum jika mereka melakukan kejahatan, termasuk anak para pejabat," ucap Sabian."Aku hanya takut nanti ayah kalah melawan para pejabat, ayah kan hanya orang biasa," ucap Bima.Sabian tersenyum dan menenangkan putranya, Sabian akan melakukan segala cara bila terbukti Bima mendapatkan perundungan di sekolah, jangankan yang mengaku anak pejabat, siapapun itu harus menerima hukuman jika sudah menyinggung Sabian dan keluarganya."Makanlah, setelah ini kau bisa pulang bersama mama untuk istirahat," Sabian mengecup kening Bima."Baiklah ayah, aku percaya pada ayah sepenuhnya, tapi aku tidak ingin
Sabian hanya bisa mengelus dada karena tidak mungkin dia memukul seorang bocah kecil yang berbicara sombong sekali seperti ini, Sabian menatap ibu wali kelas Bima yang berada di sampingnya, Kirana mencengkram kuat pundak Sabian agar lebih tenang menghadapi kenakalan anak kecil."Murid kesayangan ibu guru, ayo kita ke kantor guru dahulu kita nanti akan menelpon ayahmu ya," bujuk ibu guru Bima kepada murid kecil yang angkuh itu."Baiklah, tunggu saja ayahku datang dan akan menghukum kalian orang rendahan," ucap murid kecil itu.Sabian sebenarnya ingin memaki bocah kecil itu tapi mau bagaimana lagi, Kirana terus membisikkan kalimat yang menenangkan, sehingga Sabian terus bersabar sambil menggandeng anaknya, Bima terlihat tenang namun mungkin batinnya tersiksa apakah semua ini akan berakhir."Sekarang aku akan menelpon ayahku, kau paman yang bersikap tengil akan menerima akibat jika ayahku sudah marah, k
Sabian masih memandang sinis pegawai di kantor wali kota itu, istri dan anak dari pegawia itu masih terkejut kenapa ayahnya berlutut memohon ampun kepada Sabian, memangnya siapa pria tampan dan bersikap arogan itu, sepertinya adalah orang yang tidak dapat di singggung."Apa kau kira aku ini kekurangan uang sehingga mau mengganti rugi materi yang aku alami hari ini?" tanya Sabian."Tidak tuan muda, tolong jangan ekspose ke media jika aku punya selir yang aku sembunyikan," ayah dari anak pembuly memohon lagi.Sabian tersenyum kecut, ia melirik istrinya seakan meminta pendapat apa yang harus ia lakukan kepada pasangan yang menyembunyikan hubungannya ini, Kirana membisikkan sesuatu kepada Sabian memberikan pendapat tentang hukuman apa yang harus mereka dapatkan."Kau ini berani berbuat tetapi tidak ingin publik mengetahui bahwa kau memiliki istri dab anak laki-laki yang tidak terdaftar di balai nikah?" t
Sabian menggelengkan kepalanya, tanda ia tidak mau di balas kebaikannya, ia merangkul Kirana yang menggandeng Bima."Kau tak perlu berterima kasih, semua ini sudah kehendak tuhan," ucap Sabian."Kalau begitu nyonya Kirana, saya ucapkan terima kasih juga padamu," ucap nyonya sah.Kirana menyunggingkan senyuman, ia meraih tangan nyonya sah yang baru saja mengurus perceraian, serta melaporkan suami ke intansi tempatbya bekerja agar di copot jabatannya."Nyonya, kau juga berhak bahagia, aku selalu berdoa untukmu dan putrimu, kau wanita yang kuat, aku percaya itu!" Seru Kirana."Terima kasih, aku dan anak-anak akan selalu mengingat kebaikan kalian," ucap nyonya sah sambil menitikkan air mata.Kirana menghapus air mata yang keluar membasahi pipi wanita yang masih cantik walau sudah berumur itu, pengkhianatan memang menyakitkan, tetapi jangan terlalu berlarut karena
Kirana menoleh ke bangku belakang, ia melihat Bima yang baru bangun mengucek matanya, sebenarnya apa yang ingin di sampaikan oleh putra sulungnya itu."Katakan sayang, jika ayah sanggup akan mengabulkan semua yang kau inginkan," ucap Sabian memandangi wajah tampan Bima yang begitu mirip dengannya."Tetaplah bersamaku, sampai penghujung usia!" pinta Bima dengan tegas.Sabian dan Kirana saling tatap mereka terkejut dengan ungkapan hati Bima yang tidak biasa, mereka lalu tersenyum, secara bersamaan menjawab, "Kami akan selalu bersamamu sepanjang usai sayangku.""Terima kasih ayah dan mama," Bima tersenyum dengan sempurna.Sabian menggendong Bima menuju ruangannya, mereka selalu akur dan menjadi pasutri idaman bagi karyawan Alex Farm Corp, mereka yang melihat pasangan suami istri itu masuk ke dalam perusahaan memamerkan kemesraan, bergandengan tangan, membuar para gadis iri dan juga
Bima merenung sebentar, atas pertanyaan dari sang mama, uang mama untuk beli mainan dan jajan, lalau untuk apa uang ayah?"Uang ayah tentu untuk kita semua, aku dan mama, bukan begitu ayah?" tanya Bima."Iya uang ayah untuk kalian semua, untuk orang yang membutuhkan juga, kita harus beramal juga karena setiap rejeki yang kita miliki sebagian adalah untuk mereka yang membutuhkan," jawab Sabian.Beramal untuk mereka yang membutuhkan, siapa mereka yang di maksud oleh ayah Bima, jangan-jangan punya istri simpanan di luar sana, pikiran Bima kemana-mana karena pernah kejadian seorang ayah mempunyai istri simpanan dan memanjakannya di luaran sana."Ayah, orang lain siapa, apakah ayah punya istri selain mama dan anak selaian aku, kenapa uang kita harus di berikan kepada orang lain?" Bima cemberut seketika."Maksud ayah adalah untuk fakir miskin, anak yang ada di panti asuhan, atah keluar
Sabian berjanji akan meminta album foto semasa hidup nyonya besar Alexander pada kakek Bima."Bagaimana jika hari ini kita mampir ke rumah kakek, ayah akan meminta kakekmu menunjukkan foto semasa hidup almarhum nenekmu," ucap Sabian."Janji ya ayah, semoga ayah dapat menunjukkan wajah nenek Bima," ucap Bima sambil tersenyum.Sabian mengangguk pelan serta mengecup kening putranya, ia ijin melanjutkan pekerjaan, Kirana juga sibuk menyidak pekerjaan bagian keuangan, Bima di temani seorang office girl bermain di ruangan keuangan."Akhirnya selesai juga pekerjaan hari ini." Sabian merenggangkan tubuhnya."Bos, aku pulang dulu ya, hari ini aku berjanji pada anakku akan menemaninya jalan-jalan ke taman," ucap Mike.Sabian mengijinkan Mike pulang ontime, kalau asisten Hanna yang punya dua orang anak sudsh jelas tidak pernah pulang telat, Sabian menuju ruang keuangan
Memandang wajah tampan cucunya, Tuan Alexander menyebutkan bahwa Rose adalah nama yang selalu terkenang di hatinya sampai saat ini, nama yang tidak dapat terlupakan oleh hati dan pikirannya."Rose adalah nama nenekmu, selamanya akan selalu terkenang di hati kakek," jawab tuan Alexander."Rose, nama yang bagus, kakek besok apakah boleh ajak aku ke makam nenek? Bima ingin mendoakan nenek yang ada di surga," pinta Bima pada kakeknya.Tuan Alexander menyetujui permintaan cucunya untuk membawa ke makam neneknya, banyak kenangan indah yang tak dapat di lupakan oleh tuan Alexander bersama istrinya, beliau selalu berandai-andai jika sang istri masih hidup dan menimang cucu bersama hal itu mungkin akan sangat menyenangkan."Bima, waktu sudah malam ayo tidur dulu, kakek juga harus istirahat," Kirana menghampiri Bima yang ada di ruang kerja mertuanya."Aku belum puas mengobrol sama kakek,"