Sabian berjanji akan meminta album foto semasa hidup nyonya besar Alexander pada kakek Bima.
"Bagaimana jika hari ini kita mampir ke rumah kakek, ayah akan meminta kakekmu menunjukkan foto semasa hidup almarhum nenekmu," ucap Sabian.
"Janji ya ayah, semoga ayah dapat menunjukkan wajah nenek Bima," ucap Bima sambil tersenyum.
Sabian mengangguk pelan serta mengecup kening putranya, ia ijin melanjutkan pekerjaan, Kirana juga sibuk menyidak pekerjaan bagian keuangan, Bima di temani seorang office girl bermain di ruangan keuangan.
"Akhirnya selesai juga pekerjaan hari ini." Sabian merenggangkan tubuhnya.
"Bos, aku pulang dulu ya, hari ini aku berjanji pada anakku akan menemaninya jalan-jalan ke taman," ucap Mike.
Sabian mengijinkan Mike pulang ontime, kalau asisten Hanna yang punya dua orang anak sudsh jelas tidak pernah pulang telat, Sabian menuju ruang keuangan
Memandang wajah tampan cucunya, Tuan Alexander menyebutkan bahwa Rose adalah nama yang selalu terkenang di hatinya sampai saat ini, nama yang tidak dapat terlupakan oleh hati dan pikirannya."Rose adalah nama nenekmu, selamanya akan selalu terkenang di hati kakek," jawab tuan Alexander."Rose, nama yang bagus, kakek besok apakah boleh ajak aku ke makam nenek? Bima ingin mendoakan nenek yang ada di surga," pinta Bima pada kakeknya.Tuan Alexander menyetujui permintaan cucunya untuk membawa ke makam neneknya, banyak kenangan indah yang tak dapat di lupakan oleh tuan Alexander bersama istrinya, beliau selalu berandai-andai jika sang istri masih hidup dan menimang cucu bersama hal itu mungkin akan sangat menyenangkan."Bima, waktu sudah malam ayo tidur dulu, kakek juga harus istirahat," Kirana menghampiri Bima yang ada di ruang kerja mertuanya."Aku belum puas mengobrol sama kakek,"
Bima masih penasaran dengan bunga yang di pilih oleh sang kakek, biasanya bunga untuk menabur di makam adalah bunga warna warni, bukan bunga indah seperti itu."Apa bunga itu kesukanan nenek?" tanya Bima hanya menduga saja."Kau benar sekali Bima, cucu kakek memang cerdas," ucap tuan Alexander.Bima membantu kakeknya memilih bunga berwarna putih bagus itu, lalu di berikan kepada penjaga toko agar di rangkai, mereka juga membeli bunga untuk tabur, tak lupa juga minyak wangi."Berapa total semuanya kak?" tanya tuan Alexander sembari mengeluarkan dompetnya."Totalnya seratus ribu pak, saya kasih bonus karena anda berlangganan di toko ini," ucap penjaga toko.Usai mengucapkan terima kasih, tuan Alexander dan Bima meninggalkan toko dan menuju makam dimana nyonya Rose Alexander di makamkan, buku doa tak lupa di bawa oleh mereka."Bima kita suda
Bima menanti jawaban sambil memakan bakso sumsum yang ada di hadapannya, dia sangat penasaran dengan respon neneknya yang berbeda status dengan sang kakek waktu itu."Nenekmu mau makan di tempat ini, dan menjadi tempat favorit kami berkencan," jawab tuan Alexander dengan semangat."Waah bagaimana bisa nenek yang mempunyai status lebih tinggi mau makan di tempat sederhana seperti ini ya?" tanya Bima sekali lagi.Tuan Alexander tersenyum dengan apa yang di tanyakan Bima, dia begitu cerdas seperti ayahnya waktu itu, selalu bertanya dengan apa yang membuatnya penasaran, tuan Alexander meminta cucunya untuk menghabiskan makanannya dulu baru mengobrol kembali."Habiskan dulu makananmu baru mengobrol lagi, kau sungguh anak yang cerdas," tuan Alexander mengelus rambut cucunya."Baiklah, kakek pelit sekali, bercerita sedikit saja tidak mau," ucap Bima sambil menyendok makanannya.&
Sandra begitu panik ketika sampai rumah melihat ruangab kerja ayahnya sepi tidak ada orang, ia takut terjadi sesuatu, ponsel asisten tuan Alexander juga tidak bisa di hubungi."Kau kenapa panik Sandra? Ayah sedang terjebak macet," jawab tuan Alexander."Syukurlah, ayah darimana saja kenapa tidak memberitahu kami jika ingin jalan-jalan? Membuatku panik saja, baikpah aku tunggu ayah di rumah ya," ucap Sandra.Tuan Alexander mematikan telepon, beliau ikut tidur karena jalanan yang macet, Sandra meminta pelayan menyiapkan makan malam, berhubunh Sabian dan Kirana juga menginap, ia meminta untuk masak agak banyak."Aku rindu suasana makan bersama dengan formasi komplit," ucap Sandra."Baik tuan muda, akan kami siapkan sesuai pesanan anda," ucap pelayan.Pelayan memasak banyak masakan malam ini, salah satunya ayam goreng kesukaan tuan muda kecil, oseng daun pepaya,
"Kakak Perempuan yang lucu," Jawab Tuan Alexander dan Bima secara bersamaan, lalu mereka menatap satu sama lain dan tertawa bersama, tawa canda riang gembira di malam itu sungguh terasa, Sandra ingin segera menghalalkan Lusi dan mempunyai keturunan yang cantik dan lucu, dua anak tuan Alexander berjenis kelamin laki-laki bahkan cucunya juga sama, semoga keinginannya untuk mempunyai seorang cucu perempuan terkabul."Doakan saja setelah menikah nanti pamanmu ini segera di karuniai momongan yang imut dan lucu," ucap Sandra sambil tersenyum."Oh iya jadi kapan kalian menikah kak, aku juga harus menyiapkan kado pernikahan untukmu," tanya Kirana dengan seksama.Tuan Alexander yang menjawab pertanyaan Kirana, pernikahan Sandra dan Lusi jatuh di bulan depan tanggal 28, makanya sekarang sudah menyiapkan segalanya di rumah, beliau sudah pengalaman mengatur segala seuatu di pernikahan Sabian jadi agak santai dan tidak terkesan panik
Kirana tersenyum llebar, ia bahkan lupa kalau suaminya itu alergi terhadap perempuan cantik, hanya dia yang dapat menyentuhnya hingga melahirkan eoorang putra, tapi kan kini Sabian sudah merasakan bagaimana hangatnya pelukan seorang perempuan, bagaimana jika Sabian sudah melepas semua penyakitnya itu."Sayangku aku hampir lupa kalau kau alergi wanita cantik, emm tapi kan bagaimana jika kau sudah sembuh dari penyakit itu?" tanya Kirana dengan hati was-was."Tidak akan pernah, kalau hal itu terjadi monster kecilku tidak akan tinggal diam," jawab Sabian yang sudah mengerti arti tatapan tajam putra sulungnya.Bima tersenyum lega karena sang ayah mengerti apa arti tatapan bengisnya, ia mengelus dadanya lega, semua orang tertawa melihat tingkah lucu anak kecil yang sudah seperti orang dewasa itu, membuat sebuah hiburan di tengah penatnya orang habis bekerja."Bima kau pelipur lara kami, doakan paman
Sabian mulai melakukan hubungan suami istri tanpa persetuan Kirana terlebih dahulu, ia tidak mau sang istri berpikir macam-macam tentang mimpi yang tidak berguna itu dia terus melakukan tindakan yang menyenangkan bersama sang istri."Kamu sungguh bisa membuatku mabuk kepayang setiap hari," ucap Kirana sambil merangkul suaminya."Tidurlah di pelukanku, sampai nanti jangan pernah hilang dari pandanganku karena aku sudah pasti tidak sanggup," ucap Sabian sambil menarik selimut ke seluruh badan mereka.Menjelang pagi hari seperti biasa Bima akan mengganggu ayah dan mamanya, tetapi karena sekarang berada di rumah sang kakek, Bima tidak melakukan rutinitas yang biasa dia lakukan melainkan langsung mencari sang kakek di ruang kerjanya."Kakek apa yang kakek baca di ruang sepmit ini?" tanya Bima dan duduk di kursi tepat di meja kerja kakeknya."Kakek sedang membaca koran berita hari ini
Sabian sangat kesal dengan perempuan itu bisa-bisanya bertanya hal yang ada sangkut pautnya dengan masa lalu, ia mendorong hingga hampir terjatuh wanita yang pernah singgah di kehidupan masalalunya."Tentu saja aku lebih membelanya, karena dia adalah istriku!" tegas Sabian."i-istri, tidak mungkin bagaimana bisa dia menjadi istrimu sedangkan kau punay alergi terhadap perempuan Sabian, jangan membohongiku?" tanya Joana.Sabian menjawab dengan tegas bahwa ia tidak berbohong bahkan ia menunjukkan akta nikah merea berdua, itu adalah asli yang di keluarkan kementerian agama, ia mereangkul Kirana dan membuka pintu mobil agar Kirana masuk mobil."Joana, aku harap tidak mempersulitku, yang aku antar hari ini adalah darah dagingku, dan wanita yang kau lihat adalah istriku yang sah, kau hanay orang di masa lalu, dan pernah meninggalkan aku demi pria yang lebih kaya dariku, aku sudah mengubur kenangan kita dala
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun