Sabian melihat ke arah beberapa parcel yang sudah jadi, dan melirik ke arah penghias parcel hantaran serta batang-barang yang belum di hias.
"Kak, bolehkah kain selimut ini di bentuk kura-kura, bagaimana jika sprei ini di bentuk burung merak, dan handuk di bentuk hewan kelinci yang imut," Sabian mengutarakan imajinasinya, ia memegang handuk dan membayangkan kelinci kecilnya yang patuh saat bermain di atas ranjang, sesekali ia tersenyum manis.
"Baik tuan muda kedua, akan kami wujudkan permintaan anda, silahkan duduk menunggu atau ingin melihat kami mengerjakan permintaan anda," ucap seorang penghias parcel hantaran.
Sabian memilih untuk duduk dan berdiksusi dengan ayahnya, ia bercerita jika ia mampir ke kantor kakaknya hari ini dan juga meminta beberapa pendapat darinya, akhir-akhir ini mendekati hari lamarannya pikirannya sering blank dan tak pernah fokus mengerjalan apapun, beruntung ada Mike yang menghandle semua peker
Sabian ketiduran sambil memeluk pigura foto bersisi kirana, Bima dan dirinya sendiri, bahkan tidur sampai pagi masih mengenakan baju yang melekat di tubuhnya tanpa mandi terlebih dahulu. "Ya ampun, aku ketiduran sampai pagi dan aku belum mandi," Sabian meletakkan pigura foto pada meja kembali. "Ayah, apa kami tidak merindukanku sedikitpun?" Bima masuk kamar ayahnya semalaman dia merengek untuk bertemu ayahnya, hari ini Bima di antar oleh sopir pribadi kakeknya ke rumah tuan Alexander. Sabian kaget ada Bima di kamarnya, ia menhucek matanya serta menampar pipinya sebdiri takutnya dia berhalusinasi, Bima menertawakan ayahnya yang bersikap tidak biasa itu, Sabian duduk sambil membuka kemejanya melambaikan tangan ke Bima. "Sayangku tentu saja ayah merindukanmu, siapa yang mengantarmu kesini?" Ucap Sabian sambil mengelus rambut putra semata wayangnya. "Di antar sopir kakek bu
Sabian menggelengkan kepala sambil menikmati sarapannya, setelah ia meneguk air minum baru menjawab pertanyaan putranya."Hari ini hari spesial jadi ayah tidak kerja ada paman Mike yang menggantikan ayah, tapi nanti dia juga akan kembali dengan cepat," ucap Sabian yang kembali lagi menikmati sarapannya."Hari spesial apa ayah?" Bima tampak kebingungan dengan jawaban ayahnya.Sabian meminta Bima untuk sarapan dulu, hari spesial itu adalah karena malam ini Sabian akan datang untuk melamar Kirana secara resmi, seorang yang telah melahirkan anak untuknya."Makanlah dulu sayang, hari spesial untuk menghalalkan hubungan antara aku dan mamamu," Sabian mengecup kening Bima yang menunggu jawaban."Aku sampai lupa kalau hari ini adalah hari lamaran ayah dan mama, nanti aku harus tampil yang tampan," Bima sangat bersemangat.Sabian tersenyum ke arah Bima putra kesayanga
Semua tamu saling berbisik tanggal berapa pernikahan kedua calon mempelai yang telah resmi lamaran itu, mereka saling tebak karena tidak fokus dalam mendengarkan informasi, hingga ada pengumuman resmi dari keluarga tuan Handoko."Terima kasih kepasda semua tamu undangan yang saya hormati, saya umumkan hari ini lamaran cucu tercintaku dengan CEO dari Alex-Farm corp, dan tanggal pernikahan mereka adalah tanggal 28 september mendatang," ucap tuan Handoko, beliau mengatakan undangan akan resmi di sebar saat mendekati hari H."Saya ucapkan selamat atas kedatangan kembali keluarga Handoko ke dalam negeri dan juga selamat atas lamaran cucu anda," ucap tuan Manopo, tamu pertama yang mengucapkan selamat.Para tamu undangan bergantian mengucapkan selamat, perasaan Sabian menjadi lega kini satu proses telah berhasil di lalui, tinggal langkah selanjutnya dan mereka akan hidup bahagia selamanya.Sabian menyapa semua tamu yang
Bima masih menangis di depan pintu, ia sangat ingin bersama sang ayah, Kirana memeluk dan menggendongnya masuk ke dalam rumah, di sampingnya sudah ada Luna dan tuan Handoko yang mengiringi masuk rumah, sebelumbya mereka sudah memerintahkan kepda anak buah untuk mengurung Dabi Wijaya kembali agar tidak membuat ulah."Sayang sabar ya minggu depan kita akan bersatu bersama dengan ayahmu, besok mama janji akan mengantarmu ke tempat ayah," ucap Kirana sambil mengelus rambut putranya."Sayang sini biar kakek buyut gendong kamu, biarkan mama ganti baju dulu," ucap tuan Handoko.Bima dalam sekejap ada pada gendongan sang kakek buyut, mereka bercengkrama di ruang keluarga di temani Luna juga, mereka menghibur Bima yang ingin ikut pulang ke kediaman Alexander."Apakah hatimu sudah tenang Biam, jika sudah tenang ayo nenek suapi kamu makan," Luna membawakan sepiring makanan untuk cucu keponakannya itu.&n
Di sudut desa terpencil di asrama karyawan milik Sandra, perkebunan buan yang luas dan memperkerjaakan banyak penduduk desa, diantara ada tiga wanita yang sengaja di asingkan dari kota untuk bekerja kasar memetik buah untuk mempertanggung jawabkan kejahatannya di masa lalu, nereka masih di rumah yang di sebut asrama untuk karyawan kebun."Kenapa kalian masih berada di sini, cepat ambil keranjang kalian dan pergi ke kebun untuk memetik buah," ucap kepala pekerja."Heh kamu sampai kapan akan somhong dan berani membentakku seperti itu, lihat berita di televisi itu adalah putriku, sebentar lagi dia akan menjemputku dan aku akan membalasmu," menunjuk berita yang menyiarkan lamaran kirana di televisi.Plakk! Sevuah tamparan mendarat di wanota tua yang sombong itu, dia jatuh tersungjur ke lantai dengan keras, Tania langsung berlari menghampiri ibunya."Ibu apa kamu tidak apa-apa, kamu wanita rendahan berani
Sabian terpukau oleh kecantikan Kirana saat memakai gaun peninggalan sang ibunda, apalagi dia bertingkah centil manja di hadapannya, ingin sekali Sabian mencium Kirana tetapi Bima tidak boleh melihatnya yang begitu antusias ingin mencecap bibir lembut Kirana, Sabian harus menahan untuk tidak melakukan itu."Ibu dari anakku ini memang cantik sekali," Sabian mencubit pipi tembem Kirana."Aku memang cantik sedari lahir," Kirana melembarkan senyuman.Kirana usai mencoba gaun peninggalan ibunda Sabian dan meletakkan kembali ke tempat asalnya, mereka bertiga menuju ruang kerja tuan Alexander tapi tak menemukan beliau."Kemana ayah ya, kok tidak ada di ruangannya," ucap Sabian sambil melihat sekeliling ruang kerjanya."Tuan muda kedua, tuan besar ada di ruang makan, beliau meminta anda untuk segera menemaninya makan," ucap Santi yang di utus memanggil Sabian dan Kirana.
Tuan Alexander mengajak Sabian menuju ruang kerja, mereka berdua mengrobrol ringan tentang pernikahan yang akan di laksanakan oleh Sabian putranya."Ayo kita ke ruang kerjaku saja, aku harus membicarakan masalah ini padamu," ucap Tuan Alexander seraya berjalan meninggalkan ruang makan."Baik ayah, aku akan menemanimu mengobrol," ucap Sabian yang membuntuti ayahnya berjalan.Sabian dan tuan Alexander meninggalkan ruang makan menuju ruang kerja untuk mengobrol sebentar sebelum Sabian kembali ke kantor, tuan Alexander duduk di bersandar di kursinya."Sabian ayah tidak akan berbicara panjang lebar, ayah hanya akan menasehatimu sedikit," ucap tuan Alexander kepada putra keduanya."Aku akan mendengarkan ayah berbicara menasehatiku, dan semoga saja Sabian bisa mempraktekkan apa yang ayah nasehatkan kepadaku," ucap Sabian yang duduk di samping ayahnya.Tuan alexander
Sabian masih menyembunyikan tempat apa yang akan di kunjungi bersama dengan sang anak dan wanita pujaammya, mereka akan ke suatu tempat dimana Sabian datang ketika hatinya sedang rapuh."Rahasia, pokoknya tempat yang paling indah dimana kita bisa menikmati udara yang segar," ucap Sabian sambil menempelkan telunjuk di mulutnya."Ah ayah aku sudah tak Sabar ingin kesana, ayo cepat aku sungguh tak sabar," ucap Bima yang ingin segera ke tempat yang di katakan ayahnya.Sabian tertawa melihat tingkah Bima kecil, sungguh bocah kecil yang bersemangat, Sabian dan Kirana berpamitan kepada tuan Alexander karena hari sudah sangat siang."Ayah kami pamit pulang dulu ya, Kirana akan tetap sering mengunjungi ayah ketika sudah menikah nanti, maafkan aku yag mungkin belum bisa berbakti," ucap Kirana sambil bersalaman dengan calon mertuanya.Sabian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dalam