Sabian menggelengkan kepala sambil menikmati sarapannya, setelah ia meneguk air minum baru menjawab pertanyaan putranya.
"Hari ini hari spesial jadi ayah tidak kerja ada paman Mike yang menggantikan ayah, tapi nanti dia juga akan kembali dengan cepat," ucap Sabian yang kembali lagi menikmati sarapannya.
"Hari spesial apa ayah?" Bima tampak kebingungan dengan jawaban ayahnya.
Sabian meminta Bima untuk sarapan dulu, hari spesial itu adalah karena malam ini Sabian akan datang untuk melamar Kirana secara resmi, seorang yang telah melahirkan anak untuknya.
"Makanlah dulu sayang, hari spesial untuk menghalalkan hubungan antara aku dan mamamu," Sabian mengecup kening Bima yang menunggu jawaban.
"Aku sampai lupa kalau hari ini adalah hari lamaran ayah dan mama, nanti aku harus tampil yang tampan," Bima sangat bersemangat.
Sabian tersenyum ke arah Bima putra kesayanga
Semua tamu saling berbisik tanggal berapa pernikahan kedua calon mempelai yang telah resmi lamaran itu, mereka saling tebak karena tidak fokus dalam mendengarkan informasi, hingga ada pengumuman resmi dari keluarga tuan Handoko."Terima kasih kepasda semua tamu undangan yang saya hormati, saya umumkan hari ini lamaran cucu tercintaku dengan CEO dari Alex-Farm corp, dan tanggal pernikahan mereka adalah tanggal 28 september mendatang," ucap tuan Handoko, beliau mengatakan undangan akan resmi di sebar saat mendekati hari H."Saya ucapkan selamat atas kedatangan kembali keluarga Handoko ke dalam negeri dan juga selamat atas lamaran cucu anda," ucap tuan Manopo, tamu pertama yang mengucapkan selamat.Para tamu undangan bergantian mengucapkan selamat, perasaan Sabian menjadi lega kini satu proses telah berhasil di lalui, tinggal langkah selanjutnya dan mereka akan hidup bahagia selamanya.Sabian menyapa semua tamu yang
Bima masih menangis di depan pintu, ia sangat ingin bersama sang ayah, Kirana memeluk dan menggendongnya masuk ke dalam rumah, di sampingnya sudah ada Luna dan tuan Handoko yang mengiringi masuk rumah, sebelumbya mereka sudah memerintahkan kepda anak buah untuk mengurung Dabi Wijaya kembali agar tidak membuat ulah."Sayang sabar ya minggu depan kita akan bersatu bersama dengan ayahmu, besok mama janji akan mengantarmu ke tempat ayah," ucap Kirana sambil mengelus rambut putranya."Sayang sini biar kakek buyut gendong kamu, biarkan mama ganti baju dulu," ucap tuan Handoko.Bima dalam sekejap ada pada gendongan sang kakek buyut, mereka bercengkrama di ruang keluarga di temani Luna juga, mereka menghibur Bima yang ingin ikut pulang ke kediaman Alexander."Apakah hatimu sudah tenang Biam, jika sudah tenang ayo nenek suapi kamu makan," Luna membawakan sepiring makanan untuk cucu keponakannya itu.&n
Di sudut desa terpencil di asrama karyawan milik Sandra, perkebunan buan yang luas dan memperkerjaakan banyak penduduk desa, diantara ada tiga wanita yang sengaja di asingkan dari kota untuk bekerja kasar memetik buah untuk mempertanggung jawabkan kejahatannya di masa lalu, nereka masih di rumah yang di sebut asrama untuk karyawan kebun."Kenapa kalian masih berada di sini, cepat ambil keranjang kalian dan pergi ke kebun untuk memetik buah," ucap kepala pekerja."Heh kamu sampai kapan akan somhong dan berani membentakku seperti itu, lihat berita di televisi itu adalah putriku, sebentar lagi dia akan menjemputku dan aku akan membalasmu," menunjuk berita yang menyiarkan lamaran kirana di televisi.Plakk! Sevuah tamparan mendarat di wanota tua yang sombong itu, dia jatuh tersungjur ke lantai dengan keras, Tania langsung berlari menghampiri ibunya."Ibu apa kamu tidak apa-apa, kamu wanita rendahan berani
Sabian terpukau oleh kecantikan Kirana saat memakai gaun peninggalan sang ibunda, apalagi dia bertingkah centil manja di hadapannya, ingin sekali Sabian mencium Kirana tetapi Bima tidak boleh melihatnya yang begitu antusias ingin mencecap bibir lembut Kirana, Sabian harus menahan untuk tidak melakukan itu."Ibu dari anakku ini memang cantik sekali," Sabian mencubit pipi tembem Kirana."Aku memang cantik sedari lahir," Kirana melembarkan senyuman.Kirana usai mencoba gaun peninggalan ibunda Sabian dan meletakkan kembali ke tempat asalnya, mereka bertiga menuju ruang kerja tuan Alexander tapi tak menemukan beliau."Kemana ayah ya, kok tidak ada di ruangannya," ucap Sabian sambil melihat sekeliling ruang kerjanya."Tuan muda kedua, tuan besar ada di ruang makan, beliau meminta anda untuk segera menemaninya makan," ucap Santi yang di utus memanggil Sabian dan Kirana.
Tuan Alexander mengajak Sabian menuju ruang kerja, mereka berdua mengrobrol ringan tentang pernikahan yang akan di laksanakan oleh Sabian putranya."Ayo kita ke ruang kerjaku saja, aku harus membicarakan masalah ini padamu," ucap Tuan Alexander seraya berjalan meninggalkan ruang makan."Baik ayah, aku akan menemanimu mengobrol," ucap Sabian yang membuntuti ayahnya berjalan.Sabian dan tuan Alexander meninggalkan ruang makan menuju ruang kerja untuk mengobrol sebentar sebelum Sabian kembali ke kantor, tuan Alexander duduk di bersandar di kursinya."Sabian ayah tidak akan berbicara panjang lebar, ayah hanya akan menasehatimu sedikit," ucap tuan Alexander kepada putra keduanya."Aku akan mendengarkan ayah berbicara menasehatiku, dan semoga saja Sabian bisa mempraktekkan apa yang ayah nasehatkan kepadaku," ucap Sabian yang duduk di samping ayahnya.Tuan alexander
Sabian masih menyembunyikan tempat apa yang akan di kunjungi bersama dengan sang anak dan wanita pujaammya, mereka akan ke suatu tempat dimana Sabian datang ketika hatinya sedang rapuh."Rahasia, pokoknya tempat yang paling indah dimana kita bisa menikmati udara yang segar," ucap Sabian sambil menempelkan telunjuk di mulutnya."Ah ayah aku sudah tak Sabar ingin kesana, ayo cepat aku sungguh tak sabar," ucap Bima yang ingin segera ke tempat yang di katakan ayahnya.Sabian tertawa melihat tingkah Bima kecil, sungguh bocah kecil yang bersemangat, Sabian dan Kirana berpamitan kepada tuan Alexander karena hari sudah sangat siang."Ayah kami pamit pulang dulu ya, Kirana akan tetap sering mengunjungi ayah ketika sudah menikah nanti, maafkan aku yag mungkin belum bisa berbakti," ucap Kirana sambil bersalaman dengan calon mertuanya.Sabian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dalam
Sabian tersenyum mempersilahkan Bima dan Kirana masuk ke tempat yang di rahasiakan olehnya, setiap Sabian merasa hatinya hampa, banyak pikiran dan dia tidak tahu harus mengeluarkan keluh kesahnya pada siapa, di sinilah Sabian menyendiri dan menyegarkan pikirannya kembali."Ini tempat biasa aku menyendiri, kala hati susah dan pikiran kacau aku selalu datang ke sini sendirian, menghirup udara segar dan melihat bintang di langit kala malam hari membuatku merasa tenang," Sabian duduk di sofa dan merebahkan badanya."Ayah jadi ini adalah tempat persembunyianmu kala sedang bersedih?" Bima duduk di samping ayahnya.Sabian merangkul Bima, ia menceritakan apa saja yang dia lakukan saat menyendiri di tempat ini, karena hari belum gelap maka mereka belum bisa menikmati indahnya bintang gemerlap di atas langit, Kirana masih menikmati hijaunya rumput dan pepohonan yang ada di sekeliling tempat persembunyian Sabian.
Kirana dan Sabian sudah berjanji akan mengabulkan permintaan Bima, tanpa di mintapun sebenarnya mereka akan tetap menyayangi putra yang lahir pertama dari buah cinta kedua orang tuanya, kini Bima yang harus berjanji kepada kedua orang tuanya. "Janji apa yang harus aku penuhi ma?" Bima sangat penasaran. "Beberapa hari kedepan ayah dan mama akan sibuk dengan beberapa persiapan pernikahan," ucap Kirana. Kirana memberi pengertian mungkin akan banyak menghabiskan waktu di luar rumah, mengurus surat nikah, mengecek kesiapan ijab kabul dan lain sebagainya, Kirana berharap kepada Bima agar tidak merasa di acuhkan, mungkin orang tuanya akan sering menitipkan Bima ke paman atau kakeknya sementara mereka mengusur persiapan menikah. "Sayang ayah harap kamu bisa mengerti beberapa hari ini mungkin ayah dan mama akan sering meninggalkan kamu bersama paman dan kakek, maafkan ayah dan mama yang harus segera m
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun