Sabian tersenyum mempersilahkan Bima dan Kirana masuk ke tempat yang di rahasiakan olehnya, setiap Sabian merasa hatinya hampa, banyak pikiran dan dia tidak tahu harus mengeluarkan keluh kesahnya pada siapa, di sinilah Sabian menyendiri dan menyegarkan pikirannya kembali.
"Ini tempat biasa aku menyendiri, kala hati susah dan pikiran kacau aku selalu datang ke sini sendirian, menghirup udara segar dan melihat bintang di langit kala malam hari membuatku merasa tenang," Sabian duduk di sofa dan merebahkan badanya.
"Ayah jadi ini adalah tempat persembunyianmu kala sedang bersedih?" Bima duduk di samping ayahnya.
Sabian merangkul Bima, ia menceritakan apa saja yang dia lakukan saat menyendiri di tempat ini, karena hari belum gelap maka mereka belum bisa menikmati indahnya bintang gemerlap di atas langit, Kirana masih menikmati hijaunya rumput dan pepohonan yang ada di sekeliling tempat persembunyian Sabian.
Kirana dan Sabian sudah berjanji akan mengabulkan permintaan Bima, tanpa di mintapun sebenarnya mereka akan tetap menyayangi putra yang lahir pertama dari buah cinta kedua orang tuanya, kini Bima yang harus berjanji kepada kedua orang tuanya. "Janji apa yang harus aku penuhi ma?" Bima sangat penasaran. "Beberapa hari kedepan ayah dan mama akan sibuk dengan beberapa persiapan pernikahan," ucap Kirana. Kirana memberi pengertian mungkin akan banyak menghabiskan waktu di luar rumah, mengurus surat nikah, mengecek kesiapan ijab kabul dan lain sebagainya, Kirana berharap kepada Bima agar tidak merasa di acuhkan, mungkin orang tuanya akan sering menitipkan Bima ke paman atau kakeknya sementara mereka mengusur persiapan menikah. "Sayang ayah harap kamu bisa mengerti beberapa hari ini mungkin ayah dan mama akan sering meninggalkan kamu bersama paman dan kakek, maafkan ayah dan mama yang harus segera m
Sabian menggelengkan kepala saat sang putra bertanya apakah mereka akan menginap di tempat persembunyian ayahnya, ia penasaran dengan bintang yang bertabur di angkasa, kalau di desa dia bisa melihat ke atas langit langsung tapi, di kota apakah indahnya sama seperti apa yang ada di desa?."Tidak, karena masih ada beberapa hal yang harus ayah dan mama urus," ucap Sahara."Padahal aku hanya ingin melohat bintang yang bertabur di angkasa bersama ayah dan mama," ucap Bima sambil bertingkah manja.Kirana memasang wajah penuh harap kepada Sabian agar bisa memperlihatkan bintang yang bertabur di angkasa untuk putra kesayangannya ini, daripada dia penasaran merengek dan penuh drama di kemudian hari lebih baik memberikan apa yang ia minta sekarang."Jangan menatapku seperti itu, kita tidak akan menginap tapi malam ini kita melihat bintang bertaburan di langit setelah itu kita pulang," ucap Sabian mengelus ramb
Sabian lupa kapan pastinya ia menemukan tempat rahasia yang dia tunjukkan pada Bima dan Kirana, saat itu pikiran Sabian sangat kacau, tekanan besar yang dia hadapi dan tidak adanya seseorang yang mampu menghiburmya membuatnya berkeliling kota tanpa tujuan dan akhirnya menemukan tempat yang sekarang selalu dia datangi kala sedih."Ayah lupa kapan pastinya, untuk pertanyaan apakah ayah pernah membawa seseorang datang kesini jawabannya sudah pasti tidak pernah," ucap Sabian dengan cepat."Berarti Bima dan mama adalah orang pertama yang diajak ayah mengunjubgi tempat ini?" Bima bertanya lagi pada ayahnya.Sabian membenarkan apa yang di tanyakan oleh Bima, karena mereka berdua adalah orang spesial di hati Sabian, orang yang mampu mengubah hati yang dingin menjadi hangat, dari yang semula tidak berpikir dalam bertindak menjadi selalu berpikir di setiap langkah yang di ambil."Iya sayangku, kalian adalah orang yang sangat berpengaru
Sabdra kebetulan baru saja mendapatkan informasi tentang tiga wanita pengacau yang dia kirim ke desa girpasang guna bekerja di perkebunan buahnya."Kebetulan sekali aku baru saja mendapatkan informasi tentang mereka ayah," ucap Sandra yang duduk di sofa kamarnya bersama sang ayah."Informasi apa Sandra?" ucap tuan Alexander dengan antusias dengan kabar para wanita pengacau yang bisa saja membuat ulah di pesta pernikahan putra keduanya.Sandra mengabarkan bahwa sepasang ibu dan anak itu mungkin bertengkar atau bisa saja ada hal lain yang menyebabkan rumah mereka berantakan, saat kepala karyawan memanggil mereka, ibu Tania mengatakan bahwa seseorang yang ada di layar kaca adalah saudari mereka."Mereka membuat ulah di asrama, kalau menangkap laporan dari kepala karyawanku, mereka melihat berita lamaran Sabian dan Kirana, yah mungkin saja mereka tak terima," ucap Sandra."Kenapa ada
Sabian membenarkan pertanyaan dari pak penghulu, bahwa apa yang di tanyakan semuanya benar, tanggal pernikahan, jam ijab qabul dan juga tempat acara."Semuanya benar pak," jawab Sabian singkat."Baik besok saya akan datang sebelum jam 8 pagi," ucap pak penghulu.Selesai mencocokkan data dan tanda tangan beberapa berkas, mereka meninggalkan kantor urusan agama dengan tenang, di depan parkiran mobil tuan Dani Wijaya memohon kepada tuan Handoko agar istri, ibu dan putrinya bisa datang ke pernikahan Kirana."Ayah mertua, maksudku tuan Handoko aku meminta persetujuanmu untuk mengijinkan ibuku, istri dan Tania untuk melihat pernikahan Kirana," Dani Wijaya meminta ijin kepada tuan Handoko."Apakah kamu ingin pernikahan cucuku berantakan karena ulah ke tiga perempuan pembuat onar kesayanganmu itu?" ucap tuan Handoko.Dani wijaya menjamin mereka tidak akan berani berb
Bima sangat bahagia saat Luna membawa sekeranjang bunga tabur untuk mempelai pengantin yang bahagia, ia menerima keranjang berisi kelopak bunga mawar warna nerah."Aku mau ini, aku besok akan tampil menjadi penabur bunga yang paling tampan," ucap Bima sambil bersorak sorai."Tentu saja anak ayah akan menjadi pangeran tampan kecil besok pagi," Sabian mencium pipi Bima.Bima sudah riang kembali, ia mengikuti Luna yang berkeliling taman memperhatikan orang-orang bekerja mendekor tamab untuk acara besok pernikahan suci Sabian dan Kirana."Anak itu semakin banyak maunya, semoga aku bisa mendidiknya menjadi pria yang tangguh," ucap Kirana sambil menghela nafas kecil."Bukan kamu seorang diri, tapi kita semua yang akan membesarkan putra kita," ucap Sabian sambil merangkul Kirana.Selesai berkeliling dan melihat pendekoran taman untuk acara pernikahan Sabian dan Kira
"Apa yang kamu lakukan Sabian?" ucap Sandra yang masuk ke dalam kamar adiknya tanpa permisi, menyadari ada yang masuk ke kamarnya tanpa permisi Sabian menoleh dan tersenyum malu."Aku hanya sedang kacau kak, aku berpikir apakah besok bisa mengucap janji sehidup semati dengan fasih atau tidak," Jawab Sabian menyembunyikan apa yang dia rasakan."Duduklah di sofa, coba kamu lafalkan ijab qobulmu besok pagi, anggap saja aku penghulu," Sandra sudah duduk di sofa menunggu adiknya mengucap kalimat ijab qabul.Sabian melangkah mendekati kakaknya, duduk di sofa dan mengucap kalimat ijab qabul yang sakral untuk latihan, awalnya Sabian ragu namun Sandra selalu menyemangatinya agar adiknya tak nervea besok pagi."Ahhh, kenapa salah terus mengucap saja, aki tidak pernah seperti ini," ucap Sabian sambil memegangi kepalanya."Wajar saja ini adalah hal yang pertama kali kamu lakukan, kamu akan menjadi pusat perhatian besok, aku harap kamu istir
Dani Wijaya melirik sekitarnya, seperti senua orang menatap dengan tatapan sinis dan beberapa orang menggosipkannya, ia sudah tak tahan ingin memaki Kirana tetapi, dia sudah di ancam jika berani berbuat macam-macam ibunya akan di celakai."Anakku ayah selalu menyayangi kalian berdua, kamu hanya cemburu dengan kakakmu, ayah tidak pernah sama sekali membedakan kasih sayang ayah," ucap Dani Wijaya seperti apa yang sebelumnya pernah ia katakan."Kalau begitu ayah besok adalah hari pernikahanku, jadi Kirana tolong jadilah ayah yang baik, menikahkanku dengan pria yang aku cintai tanpa mempersiapakan sesuatu untuk mencelakaiku," Kirana memohon kepada ayahnya.Tamu undangan sempat geram, pernyataan Kirana membuat semua tamu merasakan bagaimana penderitaan ayah dan ibu tirinya selama ini, seharusnya Dani Wijaya tahu diri harta yang dia nikmati dengan sang istri adalah peninggalan ibu Kirana, dia sama sekali tidak punya apa-apa, b