Bima sangat bahagia saat Luna membawa sekeranjang bunga tabur untuk mempelai pengantin yang bahagia, ia menerima keranjang berisi kelopak bunga mawar warna nerah.
"Aku mau ini, aku besok akan tampil menjadi penabur bunga yang paling tampan," ucap Bima sambil bersorak sorai.
"Tentu saja anak ayah akan menjadi pangeran tampan kecil besok pagi," Sabian mencium pipi Bima.
Bima sudah riang kembali, ia mengikuti Luna yang berkeliling taman memperhatikan orang-orang bekerja mendekor tamab untuk acara besok pernikahan suci Sabian dan Kirana.
"Anak itu semakin banyak maunya, semoga aku bisa mendidiknya menjadi pria yang tangguh," ucap Kirana sambil menghela nafas kecil.
"Bukan kamu seorang diri, tapi kita semua yang akan membesarkan putra kita," ucap Sabian sambil merangkul Kirana.
Selesai berkeliling dan melihat pendekoran taman untuk acara pernikahan Sabian dan Kira
"Apa yang kamu lakukan Sabian?" ucap Sandra yang masuk ke dalam kamar adiknya tanpa permisi, menyadari ada yang masuk ke kamarnya tanpa permisi Sabian menoleh dan tersenyum malu."Aku hanya sedang kacau kak, aku berpikir apakah besok bisa mengucap janji sehidup semati dengan fasih atau tidak," Jawab Sabian menyembunyikan apa yang dia rasakan."Duduklah di sofa, coba kamu lafalkan ijab qobulmu besok pagi, anggap saja aku penghulu," Sandra sudah duduk di sofa menunggu adiknya mengucap kalimat ijab qabul.Sabian melangkah mendekati kakaknya, duduk di sofa dan mengucap kalimat ijab qabul yang sakral untuk latihan, awalnya Sabian ragu namun Sandra selalu menyemangatinya agar adiknya tak nervea besok pagi."Ahhh, kenapa salah terus mengucap saja, aki tidak pernah seperti ini," ucap Sabian sambil memegangi kepalanya."Wajar saja ini adalah hal yang pertama kali kamu lakukan, kamu akan menjadi pusat perhatian besok, aku harap kamu istir
Dani Wijaya melirik sekitarnya, seperti senua orang menatap dengan tatapan sinis dan beberapa orang menggosipkannya, ia sudah tak tahan ingin memaki Kirana tetapi, dia sudah di ancam jika berani berbuat macam-macam ibunya akan di celakai."Anakku ayah selalu menyayangi kalian berdua, kamu hanya cemburu dengan kakakmu, ayah tidak pernah sama sekali membedakan kasih sayang ayah," ucap Dani Wijaya seperti apa yang sebelumnya pernah ia katakan."Kalau begitu ayah besok adalah hari pernikahanku, jadi Kirana tolong jadilah ayah yang baik, menikahkanku dengan pria yang aku cintai tanpa mempersiapakan sesuatu untuk mencelakaiku," Kirana memohon kepada ayahnya.Tamu undangan sempat geram, pernyataan Kirana membuat semua tamu merasakan bagaimana penderitaan ayah dan ibu tirinya selama ini, seharusnya Dani Wijaya tahu diri harta yang dia nikmati dengan sang istri adalah peninggalan ibu Kirana, dia sama sekali tidak punya apa-apa, b
Para tamu hadirin bersorak sorai dan berteriak sah secara bersamaan, mereka bahagia atas sahnya hubungan pernikahan Kirana dan Sabian, terutama keluarga Handoko dan Alexander yang lega dengan pernikahan kedua mempelai putra dan putri mereka."Sah, selamat ya nak akhirnya kalian resmi menjadi suami istri," tuan Alexander menitikkan air mata haru hatinya sudah lega, plong melihat Sabian sudah menikah, mengingat perjuangan mereka berdua yang begitu panjang untuk sampai ke titik ini."Adikku, akhirnya hari ini menjadi hari bahagiamu, jadilah suami yang bisa melondungi dan membimbing istrimu," ucap Sandra menepuk bahu adiknya, Sandra juga ikut bahagia atas berlangsungnya pernikahan sang adik.Sabian tidak bisa berkata apa-apa lagi selain mengucap syukur dan berterima kasih kepada keluarganya, tuan Handoko dan Luna juga mengucapkan selamat kepada Kirana, mereka merangkul Kirana dan menangis bersama, akhirnya Kirana sah menjadi
Bima bersiap meraih tangan mama dan ayahnya, Hap! Telapak tangannya menempel pada telapak tangan ayah dan mamanya, menggenggam erat kedua tangan orang tuanya dengan senyuman lebar."Apakah kau suah siap Bima?" tanya Sabian dengan tawa riang."Iya ayah Bima sudah siap hidup bahagia bersama ayah dan mama," ucap Bima dengan senyuman lebar.Berjalan menuju tempat yang sudah berkumpul para gadis yang belum menikah, pasangan pengantin yang sedang berbahagia itu siap melemparkan buket bunga pengantin mereka."Para gadis bersiaplah menerima buket bunga ini, semoga salah satu dari kalian yang akan menikah selanjutnya," ucap Sabian dengan senang."Kami sudah siap, lekas lemparkan buket bunga itu," ucap salah satu tamu.Sabian melirik Kirana dan Bima seolah memberikan kode untuk segera melempar buket bunga yang sudah di nantikan oleh banyak gadis yang sudah berkumpul di hadapan mereka, dengan menggunakan kode berhitung Sabian me
Kirana menatap Sabian dengan senyuman, menunggu apa yang akan dia sampaikan tentang sebuah janji yang ingin dia dapatkan dari seorang istri yang hari ini sah menjadi pendamping hidupnya. "Janji apa Sabian, aku tidak ingin berjanji apapun padamu, karena jika aku mengucapkannya saat sedang bahagia, takutnya aku mengingkarinya kelak," ucap Kirana masih dengan senyuman manisnya. "Emm, aku hanya ingin satu janji darimu?" ucap Sabian tampak ragu mengatakannya. Melihat kedua pasangan yang sedang berbahagia itu begitu canggung mengungkapkam perasaannya, Luna mengambil inisiatif mengode para sahabat dan keluarga dekat untuk memberkikan waktu agar pengantin itu bisa bersama menghabiskan waktu berdua malam ini. "Bima ikutlah dengan nenek bibi dan kakek buyut hari ini, biarkan mama dan ayahmu berdua saja hari ini, besok kamu dan kedua orang tua mu akan pergi liburan," ucap Luna membujuk Bima agar mau iku
Sabian melihat ke arah Kirana yang tampak jelas tersirat di wajahnya kekecewaan yang mendalam, ia hanya tersenyum melihat ekspresi wajah istrinya itu."Mandilah aku akan memberi kompensasi istriku yang sampai susah jalan karena perbuatanku itu," Sabian mengedipkan mata sembari menutup pintu kamar mandi."Padahal aku menginginkan hal itu pagi ini, sepertinya aku haus belaian Sabian," gumam Kirana.Kirana melanjutkan mandinya dengan busa agak banyak aroma mawar yang menawan, membuatnya betah lama-lama di kamar mandi, rambutnya juga di keramasi dengan shampo aroma mawar, kini seluruh badannya sudah segar kembali sesaat setelah mandi.Srekkk! Pintu terbuka Sabian terlihat Santai dengan ponsel di tangannya serta rokok di tangan satunya, masih memakai handuk sexy dia berjalan menuju suaminya yang sedang terlihat santai di sebuah sudut ruangan.“Sayang, sepertinya sedang santai tanpa beban,” Kirana menggoda dengan handuk sexy dan sua
Sabian mengernyitkan dahinya, menatap dengan tatapan bengis kepada lawannya, tidak ada seorangpun yang berani meminta barang miliknya apalahi wanita pujaan hatinya."Nyalimu sungguh besar anak muda, apakah kamu tahu apa yang kamu katakan itu bisa saja membuatku memotong lidah milikmu?" Sabian menegaskan kepada adik Han."Aku sungguh takut kepada tuan muda Sabian yang berkata sungguh kejam seperti itu," gumam adik Han itu.Brakk! Sabian menggebrak mejanya dia berdiri meraih kerah baju Henri dengan kencang, bug! Sebanyak tiga kali Sabian memukul Henri dengan kencang, ia tidak suka di permainkan apalagi Henri dengan terang-terangan meminta Kirana untuk menjadi miliknya."Kamu jangan asal-asalan berkata, pertama kamu sudah mencemarkan namaku, kedua kamu sudah melecehkan istriku, kamu pantas mendapatkan pelajaran," Sabian meninju lagi wajah Henri dengan keras.Kirana sedikit ngeri mel
Luna memeluk Kirana dengan erat, di usapnya lembut rambut Kirana, beban hidup di usia belia membuatnya rapuh, dan merindukan kasih sayang tulus seorang ibu, Luna jadi tak tega meninggalkannya."Kirana jangan takut lagi, sekarang di sampingmu ada suami yang hebat, ia akan melindungimu sepanjang waktu," ucap Luna menguatkan keponakannya."Bibi, aku akan merindukanmu," ucap Kirana sambil menitikkan air mata.Walau berat Luna harus tetap kembali menunaikan kewajibannya sebagai seorang ibu dan istri, dia berjanji pada Kirana akan selalu menghubunginya bagaimanapun Kirana masih tetap anggota keluarganya."Kirana walau bibimu kembali ke luar negeri, kamu masih bisa bertukar kabar dengannya," ucap tuan Handoko."Mama jangan bersedih lagi, kita akan antar nenek ke bandara besok pagi," Bima memeluk Kirana.Kirana tersenyum melihat wajah putranya, kekuatan utama Kirana
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun