Luna memeluk Kirana dengan erat, di usapnya lembut rambut Kirana, beban hidup di usia belia membuatnya rapuh, dan merindukan kasih sayang tulus seorang ibu, Luna jadi tak tega meninggalkannya.
"Kirana jangan takut lagi, sekarang di sampingmu ada suami yang hebat, ia akan melindungimu sepanjang waktu," ucap Luna menguatkan keponakannya.
"Bibi, aku akan merindukanmu," ucap Kirana sambil menitikkan air mata.
Walau berat Luna harus tetap kembali menunaikan kewajibannya sebagai seorang ibu dan istri, dia berjanji pada Kirana akan selalu menghubunginya bagaimanapun Kirana masih tetap anggota keluarganya.
"Kirana walau bibimu kembali ke luar negeri, kamu masih bisa bertukar kabar dengannya," ucap tuan Handoko.
"Mama jangan bersedih lagi, kita akan antar nenek ke bandara besok pagi," Bima memeluk Kirana.
Kirana tersenyum melihat wajah putranya, kekuatan utama Kirana
Bima dan Kirana memasuki sekolah yang cukup luas dan bersih, salah satu sekolah yang terkenal di ibu kota, biasanya yang sekolah di sini adalah murid dengan orang tua yang memiliki kekayaan berlimpah."Selamat siang apakah saya bisa mendapatkan informasi sekolah ini," Kirana mendatangi kantor pusat informasi mengenai sekolahm"Bisa bu, mari masuk saya jelaskan tentang sekolah ini," seorang petugas memoersilahkan masuk Kirana dan Bima.Selesai mendapatkan penjelasan mengenai seluk beluk sekolah, petugas mengajak Bima dan Kirana berkeliling sekolah, halaman yang luas, ruang kelas yang nyaman lengkap dengan pendingin ruangan, perpustakaan, kantin, semuanya di susun dengan rapi sehingga membuat siswa betah dan nyaman dengan kegiatan belajar di sekolah.Kirana bertanya pada Bima apakah cocok dengan sekolah itu atau tidak, jika cocok mungkin Kirana akan langsung mendaftarkannya saat itu juga."Bagai
Sabian mengangguk ia memilih sekolah yang sama dengan putra Mike, asisten pribadi Sabian itu kemudian menjelaskan apa saja kelebihan dan kekurangan kepada Kirana, setelah berunding akhirnya mereka memutuskan dimana Bima akan bersekolah."Aku akan menyekolahkan Bima di sekolah yang sama dengan Marcel putra dari Mike," ucap Sabian menunjuk salah satu brosur."Aku setuju dengan mu saat masuk tadi aku sudah srek di hati, tinggal keputusan dari putraku apakah dia setuju kita memilih sekolah ini," ucap Kirana yang matanya menyapu seisi ruangan mencari putranya.Sabian menunjuk dengan jari ada dimana sang putra, melohat Kirana yang mencari sang buah hati, seakan ia tahu apa yang ada di pikiran istrinya itu."Putramu ada disana, dia tidak akan lepas dari pengawasanku walau aku sedang sibuk mengurusi bisnis," ucap Sabian sambil menunjukkan arah dimana Bima berada."Ya ampun anak mama tidu
Kirana terdiam tidak menyahut pertanyaan Sabian, sementara Bima banyak mengoceh menuntut kedua orang tuanya menuruti apa yang ia inginkan."Ayah aku ingin makan burger, tapi mama tidak mengijinkan aku makan fast food," ucap Bima sambil melipat kedua tangannya."Putraku tak tahukah kamu jika fast food itu tidak baik untuk pencernaanmu?" Sabian bertanya pada anaknya sekaligus mengetes pemgetahuan anaknya.Bima menggelengkan kepala, ia tetap bertahan dengan pendapatnya jika ia tetap ingin makan burger, Bima semakin merajuk menginginkan burger."Putra ayah jika ayah tidak mengijinkanmu makan fast food bagaimana?" Sabian mencoba menenangkan Bima yang merajuk."Aku minta sama paman Sandra pasti semua keinginanku akan di kabulkan olehnya," ucap Bima yang masih merajuk.Kirana tak enak hati dengan ucapan Bima, ia merangkul erat lengan tangan Sabian berharap suaminya tak marah dengan ucapan Bima, memang benar sejak lahir Bima selalu di manja oleh San
Sabian mulai bergerilya menikmati indahnya tubuh istrinya, sedangkan Kirana pikirannya terus melayang ke masa lalu sang suami."Sayang bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" ucap Kirana dengan suara lirih."Ayo kita berbicara di atas ranjang saja," ucap Sabian sambil menggendong Kirana ke atas ranjang.Sabian melucuti atasan yang di pakai Kirana dengan pelan penuh perasaan, melihat wajah sendu istrinya ia menahan hasrat dalam jiwanya, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan istrinya."Apakah ada kenanganmu bersama seseorang di tempat ini?" ucap Kirana dengan lirih."Aku tidak pernah mencintai seorang wanita sebelumnya," Sabian meyakinkan Kirana.Sabian menganggap wanita hanya menjadi beban dalam perjalanan karirnya, mereka banyak menuntut dan selalu ingin di mengerti bahkan akan metajuk saat sang pria tidak mengangkat telpon atau membalas pesan singkat padahal ada hal yang penting yang di kerjakan para pria, terlebih
Kirana membukakan pintu untuk seseorang yang mengetuk pintu ruangan restoran sekaligus tempatnya menginap, ternyata adalah seorang pelayan yang mengantarkan makanan, ia mempersilahkan masuk pelayan itu dan mereka segera denan sigap menata makanan di atas meja, aroma masakan yang menggoda membuat perut semakin keroncongan."Maaf nyonya kami hanya ingin mengantarkan makanan yang di pesan," ucap para pelayan itu."Silahkan masuk dan hidangkan makanan," Kirana mencium aroma masakan yang sangat lezat, bahkan ia senditi tidak tahu apa yang di pesan Bima barusan.makanan yang di pesan Bima adalah scrambled egg, salmon shouffle, mashed potato, sedangkan minumannya adalah teh camomile dan susu uht untuk dia nikmati, pelayan meletakkan berbagai masakan yang di pesan dengan rapi di meja makan keluarga cemara itu."Tuan muda kecil ini adalah makanan yang anda pesan barusan, silahkan di nikmati jangan sungkan jik
"Sisanya aku serahkan pada kalian!" ucap Sabian kepada para pengawal yang menjaga kediaman tuan Handoko."Baik tuan akan saya bereskan orang ini," ucap salah satu pengawal.Sabian menggendong Kirana menuju rumah untuk beristirahat, sepertinya mentalnya terguncang akibat ulah Dani Wijaya sang mertua yang sudah benar-benar kelewatan, ia membuat Kirana terbawa emosi dan mengingat kekejaman yang di lakukan oleh ayah kandung beserta keluarganya, sungguh lelaki yang tidak tahu malu, beruntung Sabian kembali ke rumah akibat ada barang yang tertinggal di rumah."Kirana aku akan memanggil Jay ke rumah untuk memeriksamu, jangan banyak bertanya dan bergerak dulu," ucap Sabian sambil menggendong Kirana masuk ke rumah."Apa yang terjadi Sabian, ada apa dengan cucuku, apakah kamu bermain dengan liar semalaman sehingga membuat cucuku lemas seperti ini?" ucap tuan Handoko geram tak tertahankan.
Sabian menatap sinis mertuanya yang kini di berikan suntikan halusinasi yang akan mengakibatkan dia kehilangan kesadaran, orang yang melihatnya akan mengira bahwa orang yang menerima suntikan obat haslusinsi adalah orang yang tidak waras alias gila. Sabian memanfaatkan situasi ini untuk mengiring opini publik bahwa Dani Wijaya menjadi gila karena harta yang di tinggalkan mediang istrinya harus sudah di pindah alihkan ke pewaris yang sebenarnya, dia kehilangan kemewahan dalam waktu sekejap sehingag menjadi frustasi."Maafkan aku, tolong jangan lakukan ini padaku," ucap Dani Wijaya yang sudah tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena di pegang dengan kuat oleh para bodiguard."Menyesal sudah tidak ada gunanya, aku sudah memberimu kesempatan untuk menjadi lebih baik, tapi kamu menyebabkan stress istriku kambuh," ucap Sabian yang tidak terima istrinya mengingat kejadian masa lalunya yang kelam sehingga jatuh sakit.Proses peny
Sabian mengelilingi kamr yang Kirana dulu pernah tinggal di sana beberapa tahun, saat semua beban dia pikul sendirian apalagi menagndung seoarang anak yang tidak dia inginkan kehadirannya, kepala pelayan di villa Sandra sangat kebingungan saat tuan muda keduanya bertanya mengenai tempat yang pernah disinggahi oleh istrinya dulu. "Tu-an muda benar kami selalu membersihkannya setiap hari, letak barang masih sama persis saat terakhir nona Kirana dan tuan muda kecil menempati kamar ini," ucap kepla pelayan terbata, ia takut salah berbicara karena bisa mengakibatkan perpecahan konflik antara kakak beradik itu. "Katakan dengan jujur apa Sandra memperlakukan baik istriku kala itu, apa sebenarnya dia sudah tahu kalau anak yang di dalam kandungan Kirana adalah benih cintaku?" ucap Sabian menatap pigura dengan foto bayi baru lahir yang terpajang di ruangan itu. Kepala pelayan menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan tuan m