Tidak ada maksud untuk mengacuhkan anak manis seperti Bima ini, mana mungkin Kirana dan Sabian mampu berpaling sedikit saja dari anak kesayangan mereka.
"Putraku tercinta tidak ada yang mengacuhkanmu, ayah dan mama mana mungkin tega mengacuhkan anak manis sepertimu," Sabian mengelus kepala Bima."Ayah bergandengan dengan mama tapi aku tidak di gandeng," Bima melipat kedua tangannya di posisi depan tubuunya.Sabian tertawa melihat tingkah anaknya, anak kecil itu sungguh sekali mirip dirinya, dari mulai wajah saat ngambek maupun tutur katanya semuanya sangat mirip."Bima melihatmu ayah seperti melihat diri ayah dalam bentuk kecil," Sabian menatap wajah putranya."Tapi aku merasa Aku jauh Lebih tampan daripada ayah," ucap Bima sambil menjulurkan lidahnya.Sabian memeluk putra kecilnya yang bertingkah lucu itu, tidak ada hal yang bahagia kecuali bersama dengan putranya.Kring..Kring... ponsel tuan Alexander berderingKirana menatap Sabian dari sorot matanya mengatakan bahwa Kirana meminta persetujuan Sabian agar mengijinkan dia dan Bima menginap di rumah kakaknya."Kirana todak perlu menatapku seperti itu, menginaplah di runah kakekmu aku yakin pasti ada yang ingin kamu bicarakan secara pribadi dengan kakek atau bibi luna," Sabian menatap Kirana dengan tatapan kelembutan."Baiklah mungkin aku akan menginap beberapa hari, sampai ketemu saat acara lamaran nanti," Kirana melempar senyuman kepada Sabian.Bima juga mengucapkan salam perpisahan sesaat kepada ayahnya, Bima memeluk ayahnya dengan pelukan yang sangat erat berasa dia akan berpisah jarak dengan ayahnya sangat lama padahal hanya sebentatr saja sampai minggu depan dimana hari lamaran mama dan ayahnya terlaksana."Ayah, Bima pasti akan kangen sama ayah, jangan godain tante-tante genit ya yah," Bima merengek ke ayahnya."Bersikaplah patuh s
Kirana bersimpuh di hadapan pusara mamanya, meminta doa restu untuk pernikahan Kirana dan Sabian agar di berikan kelancaran serta keberkahan di sepanjang hidup mereka. "Loretta, putrimu akan menikah seharusnya saat seperti ini kamu sedang sibuk mempersiapkan hari bahagia putrinu jika masih hidup," ucap tuan Handoko. "Jangan bersedih kak, aku mohon kamu restui pernikahan Kirana dan Sabian dsri atas sana, karena aku yang akan mewakili mu sebagai ibu yang akan mengantarkan putrinya menikah," ucap Luna di depan pusara kakaknya. Melihat semua keluarganya bersedih, Bima memeluk pusara neneknya, mengucapkan doa dan sebuah janji untuk menjaga Kirana sepanjang usianya. "Nenek jangan khawatir, Bima akan menjaga mama dan tidak akan membiarkan ada orang yang menyakiti mamaku, ayah juga pasti akan melakukan hal yang sama denganku," Bima memeluk pusara lotetta. "Bima pasti nenekmu di
Bima sangat terpukau dengan kecantikan Kirana, dia menatap wanita cantik yang berdiri di depannya dengan mata yang berbinar kagum, sungguh malaikat yang tak bersayap pikir bocah lelaki itu."Mamaku cantik sekali," seru Bima sembari berlari menghampiri mamanya."Sayangku anak mama, jangan berlebihan seperti itu, mama jadi malu padahal baru mencoba baju belum di make up penuh wajah mama ini," Kirana tersipu malu.Bima mengatakan baju yang Kirana pakai sangatlah cocok di badan Kirana, Bima melohat ke arah bibi dan kakek buyutnya seolah mata kecil itu menyiratkan bagaimaba dengan penilaian mereka berdua."Kirana baju itu sangat cocok dengan kulitmu yang seputih salju," Luna menepuk tangannya karena kagum."Aku tidak bohong kan, mamaku sangat canrik memakai baju apapun," ucap Bima sambil menatap wajah mamanya.Melihat Bima menatapnya dengan seksama membuat Kirana
Mike mendengarkan bantuan apa yang ingin di minta oleh tuan mudanya, Sebisa mungkin Mike akan membantu apa yang di butuhkan oleh orang yang telah memberinya kepercayaan penuh untuk mengurus perusahaan dan juga hal pribadi penting lainnya."Katakan saja tuan muda, aku akan membantu sebisaku," ucap Mike dengan senang hati."Tolong bantu aku mengurus lamaranku, setidaknya kamu sudah berpengalaman dari pada aku," Sabian jelas sekali terlihat gugup.Melihat tuan mudanya yang terlihat gugup mengucap kata lamaran, Mike sedikit tertawa bagaimana tidak karena Sabian yang terdengar bersikap dingin dan kejam terhadap semua perempuan yang sengaja datang untuk mendenkatinya karena ada penyakit alergi perempuan, tiba juga saat gugup dan nervos akan mengadakan sebuah lamaran untuk wanita pujaan hatinya."Tuan sebenarnya apa yang membuatmu gugup seperti itu. katakanlah agar aku bisa membantu?" Mike tertawa kecil melihat tuan mudanya yang sangat gugup itu.
Mike memikirkan cara agar Sabian tidak terlalu memikirkan acara lamarannya karena akan membuatnya drop, beberapa hari tidak bertemu dengan Bima mungkin membuatnya rindu."Tuan cobalah menelpon si tampan yang menggemaskan itu, aku yakin mood anda akan kembali lagi," ucap Mike yang mengingatkan Sabian tentang putranya."Kamu pintar sekali mike, aku memang merindukan putraku, mungkin akan mengalihkan pikiranku," ucap Sabian yang langsung mengambil ponselnya.Mike pamit keluar ruangan, bercengkrama dengan orang terkasih memang bisa membuat hati tenang, kadang juga membuat pikiran kembali jernih saat mengobril bersama orang tersayang, bertukar pikiran hingga menghabiskan waktu bersama."Ayah akhirnya kamu ada waktu untuk menelpon putramu yang tampan ini, aku pikir ayah sudah melupakanku?" Bima mengangkat telepon dari ayahnya."Bagaimana ayah bisa melupakak anak cerdas ayah ini, ayah s
Kirana tidak mampu menjawab apa yang di pertanyakan oleh Sabian, bagaimana bisa baru lamaran udah bisa di bawa pulang, di mana-ana tidak bisa begiru harus ijab dulu baru bisa di bawa pulang ke rumah."Tentu saja belum boleh, kalau bisa ya ijab dulu baru bisa di bawa pulang ke rumah, tapi Sabian kamu harus bersabar sedikit lagi karena kita akan segera menjadi pasanan yang halal," ucap Kirana dengan tegas."Aku sudah menunggumu lama selama lima tahun dan kamu pulang membawa putraku, Kirana aku sudah tidak sabar untuk hidup bersamamu," ucap Sabian dengan nada yang tegas.Kirana meyakinkan Sabian bahwa jika sudah waktunya mungkin mereka akan segera bersatu bersama membangun rumah tangga, membimbing Bima sampai dewasa nanti, mungkin akan melahirkan adik-adik Bima, menikahkan Bima dan hidup sampai tua bersama."Sabian aku juga sudah menunggu lama untuk berjumpa denganmu selama lima tahun ini, ketakutanku selama ini sirna melihatmu yang sangat lembur dan tidak m
Doni mengatkan sudah pasti tunangan tuan muda pertama berada di sampingnya, dia tidak pernah lepas dan terus menempel bagai lalat di sisi tuan muda pertama, gadis manja itu terlalu pencemburu di lihat oleh mata asisten Doni."Tentu saja calon nyonya dari tuan muda pertanya ada di sana," ucap Doni dengan singkat."Baiklah kalau begitu Doni kamu mau kemana tidak seperti biasanya kamu pergi saat jam makan siang?" tanya Sabian.Doni tersenyum malu dan menjawab dengan terbata kalau dia sudah menemukan tambatan hati, dia akan makan siang bersama gadis pujaan hatinya itu, Doni sudah meminta ijin kepada tuan muda pertama, Sabian menghela nafas dan pergi meninggalkan Doni untuk segera menemui sang kakak yang ada di lantai atas.“Cepatlah pergi aku takut kekasihmu menunggu lama dan merajuk, dasar anak muda,” ucap Sabian sambil melambaikan tangannya mengode supaya Doni cepat pergi menemui sang kekas
Asisten santi mengatakan bahwa tuan besar sudah menyiapkan segala sesuatu untuk di bawa ke lamaran minggu ini, termasuk hantaran lamaran dan uang bawaan untuk calon pengantin. Jawaban yang sangat melegakan bagi Sandra karena sang adik tidak memikirlan hal ini."Tuan muda pertama tuan besar sudah menyiapakan parcel hantatan dan uang bawaan untuk calon pengantin wanita," ucap asisten Santi."Kalau begitu terima kasih Santi atas informasinya, aku sedang bersama Sabian ini," Sandra menutup teleponnya saat selesai mendapatkan informasi dsri asiaten Santi.Sandra meletakkan ponselnya kembali, ia menghembuskan nafas lega saat mendengar informasi bahwa ayahnya telah mempersiapakan kebutuhan untuk lamaran Sabian."Bagaimana kak, apa kata asisten Santi?" Sabian juga sangat penasaran."Ayah sudah menyiapkan semuanya untukmu, em jadi kamu harus mencoba tenangkan diri dan juga aku ada sebuah