Share

41. Tes DNA

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-05 19:52:27

Bellia bergeming di tempat, sepasang iris hezel miliknya menatap Marvell dengan resah. Setitik keringat dingin pun keluar membasahi pelipisnya.

Bellia tidak mungkin memberi tahu Marvell jika Daniel adalah ayah kandungnya. Ketakutan tentang Daniel yang bisa mengambil anak itu darinya kapan saja, membuatnya tidak bisa jujur pada Marvell.

Akan tetapi, di lain sisi Bellia tidak tega membohongi Marvell setelah melihat binar bahagia yang terpancar jelas di wajah anaknya. Bellia paham, Marvell sendiri berhak mengetahui bahwa dia sebenarnya memiliki ayah.

Apa yang harus dia lakukan? Bellia benar-benar bingung sekarang.

“Om Ganteng benaran papa Marvell, Ma?” Marvell bertanya lagi karena Bellia tidak kunjung menjawab. Raut bahagia terpancar jelas di wajahnya ketika menatap Daniel.

Selama ini Bellia selalu menjawab papanya sedang bekerja di tempat yang sangat jauh setiap kali dia bertanya di mana papanya. Di saat teman-temannya di sekolah bercerita tentang betapa hebat papa mereka, dia hanya bi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
yulika sari
ayo lah thor upd lgi penasaran bgt
goodnovel comment avatar
Herlina Lin
kenapa cuma 1 bab
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   42. Sebuah Pelukan

    Wajah Bellia seketika berubah pucat, darah di dalam tubuhnya seolah-olah berhenti mengalir. Bellia bergeming, kaku. Tanpa sadar kedua tangannya mendekap Marvell semakin erat ketika Daniel menatap lurus ke dalam manik matanya.“Bagaimana?” tanya Daniel. Suaranya terdengar rendah tapi tegas di saat yang sama membuat Bellia semakin ketakutan.“Tidak ...” Bellia menggeleng cepat, tanpa sadar dia bergerak mundur menghindari Daniel.Satu sudut bibir Daniel terangkat sejurus dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku celananya. “Kenapa? Kamu takut?”Bellia tidak mampu menjawab. Dia terus bergerak mundur karena Daniel berjalan mendekatinya hingga membentur dinding yang ada di belakangnya.Bellia ingin pergi, tapi pergerakannya kalah cepat dengan Daniel. Lelaki itu mengungkung tubuhnya dengan menaruh kedua tangannya di sisi kanan dan kiri tubuhnya, mengunci agar dia tidak bisa bergerak. “Mau kabur lagi, huh?!” bisik Daniel tepat di depan wajahnya.Bellia tergagap, lidahnya mendadak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   43. Pertengkaran

    Aroma musk bercampur dengan keringat tercium jelas di indra penciuman Bellia. Aroma yang sama dengan milik lelaki yang pernah tidur dengannya. Aromanya perpaduan antara laut dan kayu manis yang begitu khas hingga membuat Bellia bisa langsung tahu siapa lelaki yang sedang memeluknya sekarang.“Lepas!” Bellia meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari dekapan Daniel. Akan tetapi, Daniel tidak mau mendengar perintahnya. Lelaki itu malah mendekapnya semakin erat. Daniel bahkan menenggelamkan wajah di ceruk lehernya.“Mau Bapak sebenarnya apa? Kenapa Bapak terus mengganggu saya?” ucap Bellia lirih. “Apa Bapak tidak bisa membiarkan saya dan Marvell hidup tenang? Saya ... capek, Pak.” Kedua matanya yang sembab menatap kosong lantai rumah sakit, napasnya begitu berat karena luapan emosi yang belum mereda. Tubuhnya tidak lagi memberontak, seolah-olah seluruh tenaganya telah habis terkuras.“Aku hanya ingin mengetahui kebenarannya, Bellia.”“Kebenaran apa lagi, Pak?” Emosi Bellia kembali ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   44. Genggaman Hangat

    Bellia segera berlari ke ruang rawat sang nenek. Jantung Bellia berdetak cepat, berbagai kemungkinan buruk berbondong-bondong masuk ke dalam pikirannya.Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk dengan neneknya?Bagaimana kalau neneknya pergi meninggalkannya untuk selamanya?Bagaimana kalau ....Air mata itu jatuh begitu saja membasahi pipi Bellia. Bellia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupnya jika sang nenek pergi dari dunia ini untuk selamanya. Separuh jiwanya pasti akan mati jika neneknya benar-benar pergi.Bellia sangat menyayangi neneknya. Sejak kedua orang tuanya meninggal, Nenek mengambil tanggung jawab penuh atas dirinya. Wanita itu rela bekerja dari pagi sampai malam, bahkan tidak mengambil libur di akhir pekan demi memenuhi kebutuhannya.Bellia tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang meskipun nenek hanya meluangkan sedikit waktu untuknya. Sejak kecil Bellia dituntut agar bisa memahami keadaannya yang tidak sama dengan anak-anak lain seusianya yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   45. Menutup Hati

    Bellia diam-diam melirik Daniel yang sedang memperhatikan layar ponselnya dengan lekat. Tanpa dia duga Daniel tiba-tiba melepas genggaman tangan mereka lalu pergi meninggalkannya begitu saja.Dalam hati Bellia bertanya-tanya siapa yang menghubungi Daniel hingga membuat lelaki itu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada dirinya. Akan tetapi, Bellia memilih mengabaikannya karena kondisi neneknya sekarang jauh lebih penting.Suasana terasa semakin hening selepas kepergian Daniel. Hanya dia satu-satunya orang yang berada di sana. Jarum jam seolah-olah bergerak sangat lambat bagi Bellia. Setiap detik yang berlalu terasa seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja.Bellia tidak ingin berpikir buruk. Akan tetapi kepalanya begitu berisik, mengatakan berbagai hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi pada neneknya.“Ya Tuhan ....” Bellia menyatukan kedua tangannya di depan dada, raut cemas tergambar jelas di wajah cantiknya. Dalam hati dia tidak berhenti merapalkan doa untuk keselamata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   46. Pembatalan Pernikahan

    Daniel mencengkeram erat kemudi, pedal gas diinjak kencang.Di saat-saat yang menenangkan hatinya seperti tadi sore, mengapa ada saja hal yang membuatnya tidak senang?Jika wanita itu tidak menelepon dan membuat semuanya menjadi runyam, dirinya tidak perlu menemui mereka dan bisa tetap menemani Bellia di rumah sakit.Tadi sore, Daniel langsung pergi begitu saja setelah menerima telepon tanpa berpamitan pada Bellia.Kepergiannya yang mendadak mungkin akan membuat Bellia kembali berpikir buruk tentangnya.“Ah, sial!” Daniel memukul setir untuk melampiaskan kekesalannya. Jalanan di hadapannya juga semakin membuatnya kesal. dia harus jauh-jauh kembali ke kota dan menghadapi kemacetan ini hanya untuk menemui mereka.Akhirnya Daniel tiba di mansion orang tuanya tepat ketika hari sudah mulai malam. Seorang pengawal yang bertugas bergegas membuka pintu mobil ketika melihatnya datang.Sebelum menginjakkan kakinya di teras, Daniel sempat melihat mobil yang terparkir di halaman. Hatinya semakin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   47. Pria Misterius

    Kondisi Amira berangsur-angsur membaik setelah lima hari dirawat di rumah sakit. Selama itu pula Bellia tidak pernah absen menjaga wanita itu. Dia hanya pulang sebentar untuk mengantar Marvell ke sekolah, setelah itu kembali ke rumah sakit dan meminta tolong Dita untuk menjemput Marvell di sekolah.Awalnya Marvell sempat protes karena selama lima hari ini waktunya lebih banyak tersita di rumah sakit. Sebagai seorang ibu Bellia sangat paham dengan apa yang Marvell rasakan. Anak itu pasti merindukan dirinya.Sejak kecil Marvell tidak pernah lepas darinya. Anak itu selalu ikut ke mana pun dia pergi. Dia bahkan membawa Marvell ke toko bunga sepulang sekolah karena dia tidak ingin merepotkan suster yang merawat neneknya di rumah. Mungkin karena alasan itu Marvell menjadi sangat bergantung pada dirinya.Jujur saja Bellia sebenarnya juga merindukan Marvell. Dia ingin mengantar jemput Marvell di sekolah seperti biasa, menemani anak itu mengerjakan tugas sekolah, menyiapkan sarapan, dan mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   48. Hasil Tes DNA

    Kaki Daniel bergerak gelisah, decakan kesal berulang kali lolos dari bibirnya. Daniel berusaha fokus memeriksa berkas yang ada di tangannya. Akan tetapi, dia tidak bisa fokus karena memikirkan hasil tes DNA-nya dan Marvell yang akan keluar hari ini.Waktu satu minggu terlalu lama bagi Daniel. Setiap hari dia terus mendesak rumah sakit yang dipilih Khaisar agar cepat memproses tes DNA-nya dan Marvell. Akan tetapi, ternyata banyak sekali prosedur yang harus mereka lakukan dan pihak rumah sakit memintanya untuk menunggu paling lama satu minggu.Daniel refleks mengangkat kepalanya ketika mendengar pintu ruangannya terbuka. Dia cepat-cepat beranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Khaisar yang baru masuk ke ruangannya dengan tidak sabar.“Bagaimana?”Khaisar tersenyum lalu mengambil sebuah amplop berlogo rumah sakit dari dalam tas yang dibawanya, setelah itu dia menyerahkannya ke Daniel.“Ini.”Daniel menatap amplop di tangan Khaisar dengan jantung berdetak hebat. Debarannya bahkan ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   49. Permintaan Daniel

    Bellia menatap kertas yang Daniel tunjukkan pada dirinya dengan perasaan tidak karuan, antara takut dan cemas. Terlebih setelah melihat logo sebuah rumah sakit yang tertulis di sana. Tanpa sadar dia menggelengkan kepala, menolak permintaan Daniel.“Kamu baca sendiri atau perlu aku yang membacanya?” tanya Daniel, suaranya terdengar rendah tetapi tegas. Menuntut Bellia agar segera membaca surat tersebut.Jantung Bellia berdetak tidak nyaman, setitik keringat dingin keluar membasahi pelipisnya, wajahnya pun berubah pucat. Bellia terlihat seperti anak kucing yang berhadapan dengan seekor serigala.Tatapan tajam Daniel membuat Bellia tidak berdaya. Dia tunduk, takluk di hadapan lelaki itu.Dengan tangan gemetar dia meraih kertas tersebut lalu membacanya. Sepasang iris hezel miliknya memperhatikan dengan lekat setiap kata yang tertulis di sana. Semakin ke bawah, jantung Bellia berdetak semakin tidak karuan. Apa lagi setelah menemukan hasil tes DNA Marvell dan Daniel.“99,99 persen cocok,”

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14

Bab terbaru

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   64. Lebih Dekat

    Bellia lupa kapan terakhir kali dia bisa bernapas dengan lega seperti ini. Selama lima tahun terakhir kehidupan yang dia jalani terasa begitu berat, hingga membuatnya kesulitan untuk sekadar menarik napas.Kejadian malam itu masih membekas di ingatan Bellia sampai sekarang. Dia tidak akan pernah lupa ketika Daniel merenggut mahkota paling berharga di hidupnya dengan tidak sengaja.Saat dia ingin memberi tahu Daniel tentang kehamilannya dan kejadian yang sebenarnya, dia malah melihat Daniel berciuman dengan wanita lain di ruangannya.Akhirnya Bellia memutuskan untuk pergi dari kehidupan Daniel dan mencoba menjalani hidup tanpa bayang-bayang lelaki itu. Awalnya tentu saja tidak mudah, apa lagi kondisi Nenek Amira semakin hari semakin memburuk.Namun, Bellia tidak menyerah begitu saja karena dia memiliki tekad yang begitu kuat demi kesembuhan Nenek Amira serta bayi yang berada di dalam kandungannya.Kehidupan Bellia pun berangsur-angsur membaik setelah Marvell lahir. Kehadiran anak itu m

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   63. Rewrite The Star

    Bellia tidak bisa menikmati sarapan dengan tenang, dia mengunyah nasi gorengnya dengan enggan, sementara kedua matanya terus mencuri pandang ke arah Daniel yang duduk di hadapannya.Bellia tidak pernah menyangka dia akan kembali berciuman dengan Daniel. Dia bahkan mengalungkan kedua lengannya di leher lelaki itu dan membalas ciumannya tidak kalah panas.Entah setan apa yang sudah merasuki pikirannya. Dia mendadak berubah menjadi lebih liar jika bersama dengan Daniel. Lelaki itu mempunyai pesona dan daya tarik yang sangat kuat dan sulit sekali untuk ditolak.Untung saja Marvell tadi memanggilnya. Jika tidak, dia dan Daniel pasti sudah berakhir di ranjang."Kenapa kamu makan cuma sedikit? Apa kamu tidak berselera?"Pertanyaan Daniel barusan sukses membuat Bellia tergagap. "Em, tidak. Nasi goreng ini enak, kok."Daniel menatap Bellia dengan alis terangkat sebelah. Biasanya Bellia mengajak Marvell bicara saat makan, tapi ibu dari anaknya itu sekarang lebih banyak diam."Kenapa kamu dari t

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   62. Morning Kiss

    "Mas Daniel, kamarnya sudah siap."Daniel segera beranjak dari tempat duduknya begitu mendengar suara Bellia, pergi ke kamar yang ada di sebelah."Maaf ya, Mas. Kamarnya jelek."Daniel mengamati kamar bernuansa biru muda itu. Sebuah ranjang berukuran sedang ada di tengah-tengan kamar. Di samping ranjang tersebut ada sebuah meja kayu yang menghadap langsung ke arah jendela. Di sebelah meja tersebut, ada sebuah pot bunga berukuran besar yang membuat suasana terasa lebih segar. Daniel akui kamar ini jauh lebih kecil dari pada kamarnya yang ada di apartemen. Namun, dia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Dia hanya merasa sedikit kurang nyaman karena kamar ini tidak dilengkapi dengan mesin pendingin ruangan. Sepertinya dia harus tidur dengan bertelanjang dada agar tidak merasa gerah."Jangan bilang seperti itu, Bie. Kamar ini cukup nyaman. Terima kasih sudah mengizinkanku menginap di rumahmu.""Baiklah kalau begitu, selamat tidur, Mas."Daniel mengangguk, dia langsung melepas kemeja yang

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   61. May I Kiss You?

    Tiba-tiba saja Bellia menggeliat pelan lalu mengerjapkan kedua matanya perlahan. Dia sontak bangun dan duduk di ujung tempat tidurnya ketika sadar kalau dirinya berada di dalam kamar sementara Daniel berada sangat dekat dengannya.Lelaki itu bahkan menatapnya dengan sangat lekat. Seolah-olah tidak ada hal lain di dunia ini yang lebih imdah selain dirinya.“Ma-Mas Daniel?!” Bellia tersentak, jantungnya berdebar hebat karena mencium aroma musk bercampur dengan keringat yang menguar dari tubuh Daniel. Aroma yang menenangkan sekaligus membuat jantungnya berdebar.“Kamu tadi tidur sangat lelap, aku jadi tidak tega membangunkanmu. Karena itu aku membawamu ke sini,” jelas Daniel tanpa Bellia meminta.“Te-terima kasih,” ucap Bellia terdengar gugup. Bellia pikir Daniel akan segera menjauh dari darinya. Akan tetapi lelaki itu tetap bertahan di posisinya.“Bie ...,” panggil Daniel pelan. Suaranya terdengar rendah tapi dalam membuat Bellia gugup luar biasa.“Em, ya?” Bellia memberanikan diri memb

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   60. Membujuk Bellia

    Bellia tidak langsung menjawab, terlalu banyak kebaikan yang sudah Daniel berikan untuknya. Dia merasa tidak pantas menerima kebaikan lelaki itu lagi.“Bie ....”Bellia tersentak ketika Daniel meraih kedua tangannya dan menggenggamnya dengan lembut. Entah mengapa tatapan Daniel yang begitu meneduhkan tidak mampu membuat perasaannya tenang. Dia justru merasa semakin gelisah.“Jangan pernah merasa tidak pantas menerima bantuanku, Bie.”Ucapan Daniel sukses membuat Bellia terhenyak. Sepasang iris hezelnya menatap Daniel dengan pandangan tidak percaya.Kenapa Daniel bisa membaca pikirannya? Apa lelaki itu seorang cenayang?“Aku bisa tahu apa yang sedang kamu pikirkan karena semua terlihat jelas di wajahmu.”“Maaf ....” Bellia menunduk dalam, dia merasa malu sekali sudah berpikir yang tidak-tidak tentang Daniel.Daniel menggenggam jemari tangan Bellia lebih erat. “Jadi ... bagaimana? Kamu mau menerima bantuanku, ‘kan?”Daniel bertanya dengan sangat hati-hati mengingat Bellia memiliki sifat

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   59. Amusement Park

    Jantung Bellia berdetak tidak karuan ketika melihat pesan yang baru masuk di ponselnya. Rasanya aneh sekali karena dia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Jantungnya sekarang berdegup kencang setiap kali nama Daniel muncul di layar ponselnya. Daniel tidak pernah absen mengirim pesan sejak dia memutuskan untuk memberi lelaki itu kesempatan. Isi pesan yang begitu manis membuatnya sempat berpikir kalau orang yang mengirim pesan bukanlah Daniel. Namun, dugaannya ternyata salah. Orang yang setiap pagi mengirim ucapan selamat pagi tersebut memang Daniel. Bellia tidak pernah menyangka orang sekaku dan sedingin Daniel bisa mengirim kalimat yang begitu manis pada dirinya. Sepertinya lelaki itu benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Awalnya Bellia sempat merasa ragu, tapi Daniel bisa membuktikan jika dirinya benar-benar serius lewat caranya sendiri. Perhatian serta kasih sayang yang lelaki itu berikan perlahan-lahan berhasil meruntuhkan dinding yang dia bangun d

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   58. Pengakuan Daniel

    “Kamu tidak turun?”Bellia tergagap, dia tidak menyadari jika mobil yang ditumpanginya sudah tiba di rumah karena terlalu asyik melamun. Daniel bahkan sudah membukakan pintu untuknya.Bellia pun cepat-cepat turun lalu mengucapkan terima kasih.Daniel hanya mengangguk lalu meraih tubuh Marvell yang sudah terlelap ke dalam gendongannya.“Biar saya saja, Pak.”Daniel menggeleng pelan. “Bukakan saja pintunya, biar aku yang menggendong Marvell ke kamar.”Bellia tidak membantah, dia segera membuka pintu rumahnya lalu menuntun Daniel ke kamar untuk menidurkan Marvell.“Apa kita bisa bicara sekarang?”Bellia tersentak, dia pikir Daniel akan langsung kembali ke kota setelah mengantarnya dan Marvell pulang. Akan tetapi lelaki itu langsung bertanya setelah menidurkan Marvell di kamar.“Aku tidak bisa manahannya lagi, Bellia. Kita harus bicara sekarang.”“Baiklah.” Bellia menghela napas panjang, perasaan gugup mulai menguasai dirinya. “Kita bicara di luar.”Bellia berjalan keluar dari kamarnya l

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   57. Kita Harus Bicara

    Suasana makan siang kali ini terasa sangat berbeda. Bellia biasanya selalu menanggapi apa yang sedang Marvell dan Daniel bicarakan di meja makan. Akan tetapi, dia kali ini lebih banyak diam dan sibuk dengan makanannya. Dia hanya menanggapi ucapan Marvell, seolah-olah tidak menganggap keberadaan Daniel.“Marvell sudah selesai makan?”“Sudah, Ma.”Bellia beranjak dari tempat duduknya, mengambil piring kotor milik Marvell dan Daniel lalu membawanya ke belakang untuk dicuci. Setelah selesai dia segera mengajak Marvell ke toko karena dia hari ini memiliki pesanan bunga lumayan banyak. Tidak lupa dia menyiapkan segala keperluan Marvell sebelum pergi agar anaknya itu tidak bosan selama menunggunya bekerja.“Aku akan mengantar kalian ke toko.”Bellia tersentak ketika Daniel tiba-tiba mengambil tas yang ada di tangannya menuju mobil lelaki itu.“Tidak perlu, Pak. Kami akan pergi naik motor,” ucap Bellia berusaha setenang mungkin, meski dalam hati dia merasa kesal sekali. Dia sontak berhenti me

  • Cinta Satu Malam: Dimanja Sang Presdir Dingin   56. Kesalahpahaman Bellia

    Suasana di dalam mobil kembali hening, tapi ketegangan masih sangat terasa. Tangan Daniel mencengkeram kemudi dengan erat hingga buku-buku jarinya gemetar, napasnya pun terdengar tidak beraturan, menunjukkan emosi yang berusaha dia tahan.Kedua mata Daniel memang fokus memperhatikan jalan, tetapi pikirannya melayang pada kejadian di sekolah Marvell tadi. Bayangan Marvell yang menangis tersedu-sedu karena diejek teman-temannya terus melintas di pikirannya.Daniel tidak bisa berhenti menyalahkan diri. Dia merasa gagal dan tidak berguna menjadi seorang ayah. Seharusnya dia ada di sisi Marvell sejak awal. Seharusnya dia melindungi Marvell dari hinaan teman-temannya yang kejam.Seharusnya ....Daniel menarik napas dalam-dalam, berusaha menghalau sesak yang menghimpit dadanya. Andai saja lima tahun lalu dia mau menekan egonya dan mencari Bellia, Marvell tidak akan kehilangan sosok ayah dan mengalami kejadian buruk seperti tadi.Rasanya Daniel ingin sekali kembali ke masa lalu untuk memperba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status