“Kalian tidak salan dengar. Ini adalah rahasia besar yang Gunawan bahkan enggan untuk menceritakan padaku. Aku pun sama terkejutnya pada waktu itu.” Maria menelan rasa pahit yang entah kapan berusaha dia tahan. Sebuah perasaan yang sudah sangat lama Maria simpan sendiri. Kali ini Bayu dan Marcella
“Apa yang salah dengan itu. Setelah kau mengatakan bahwa kau hamil anak Gunawan, dia berjanji untuk menyayangi Nirina. Namun kau sangat serakah. Kau meminta Gunawan memilih antara dirimu dan Nirina atau kami. Tentu saja Gunawan memilih kami. Dan itu alasanmu menjauhkan Gunawan dari Nirina. Kau ingin
Mereka sontak menoleh ke arah asal suara, kecuali Miranti. Senyum sinisnya muncul dan ‘mengatakan’ bahwa dia sudah tahu siapa yang datang di sana. Sesosok wanita cantik dengan usia setara Bayu berdiri di sekitar mereka. Walau dia mengenakan kacamata hitam, tatapan sinisnya jelas terasa ditujukan pad
“Pengagum lain?” Bayu mengerutkan kening. Dia melangkah masuk dan mengambil setangkai mawar yang ada di meja Marcella. Matanya menatap benci bunga cantik yang ada di tangannya. Alarm di kepala Bayu menyala. Seseorang sedang coba mengusik miliknya. Dan dia tidak suka itu! Itu hanyalah rangkaian keci
“Aku tidak datang ke tempat ini dengan tangan kosong, Marcella.” Pras tersenyum. Dia benar-benar tidak peduli dengan keberadaan Bayu. Matanya tidak lepas dari memandang Marcella. Itu membuat amarah Bayu semakin menuju ke puncaknya. Ingin rasanya Bayu menempeleng pria di depannya itu. Berani sekali
Bayu menoleh ke arah asal suara. Lalu kembali melihat ke arah lain. Orang yang menyapanya tidak menunggu di persilahkan. Dengan segelas kopi yang sudah di tangan, dia duduk di depan Bayu. Dia heran karena Bayu terlihat gelisah. Pemandangan yang tidak pernah dilihatnya. “Kau sedang di kantor Momy?”
Mobil yang Marcella kendarai berhenti di depan sebuah gedung apartement mewah. Salah satu apartement mhal di kawasana ibu kota. Konon hanya para pengusaha sukses dan artis super kaya yang bisa menjadi salah satu penghuninya. Seolah semua seperti sudah diatur, Marcella bahkan tidak mendapat kesulit
“Apa yang kau pikirkan, Pras?” Marcella balik bertanya. Matanya menyipit mengisyaratkan kebencian. “Aku memastikan berbagai kemungkinan. Bukankah aku telah melakukan terlalu banyak dan terlalu lama. Aku layak untuk mendapatkan cintamu.” Pras memaksa. Marcella menggelengkan kepala. “Mungkin itu ada