“Aku tidak datang ke tempat ini dengan tangan kosong, Marcella.” Pras tersenyum. Dia benar-benar tidak peduli dengan keberadaan Bayu. Matanya tidak lepas dari memandang Marcella. Itu membuat amarah Bayu semakin menuju ke puncaknya. Ingin rasanya Bayu menempeleng pria di depannya itu. Berani sekali
Bayu menoleh ke arah asal suara. Lalu kembali melihat ke arah lain. Orang yang menyapanya tidak menunggu di persilahkan. Dengan segelas kopi yang sudah di tangan, dia duduk di depan Bayu. Dia heran karena Bayu terlihat gelisah. Pemandangan yang tidak pernah dilihatnya. “Kau sedang di kantor Momy?”
Mobil yang Marcella kendarai berhenti di depan sebuah gedung apartement mewah. Salah satu apartement mhal di kawasana ibu kota. Konon hanya para pengusaha sukses dan artis super kaya yang bisa menjadi salah satu penghuninya. Seolah semua seperti sudah diatur, Marcella bahkan tidak mendapat kesulit
“Apa yang kau pikirkan, Pras?” Marcella balik bertanya. Matanya menyipit mengisyaratkan kebencian. “Aku memastikan berbagai kemungkinan. Bukankah aku telah melakukan terlalu banyak dan terlalu lama. Aku layak untuk mendapatkan cintamu.” Pras memaksa. Marcella menggelengkan kepala. “Mungkin itu ada
Pras masuk ke rumah Manu. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Bayu yang sedang tidur di sofa. Wajah Bayu kusut masai. Dia tampak lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu. Manu melihat Pras dengan ekspresi tidak sabar. Manu tidak suka ada orang yang melihat Manu dalam keadaan menyedihkan
Bayu berlari menyusur loron rumah sakit. Banyak ketakutan membayang di pikirannya. Jika kali ini dia terlambat Bayu berjanji bahwa hidup tidak akan lagi menjadi bagian yang dia inginkan. Setelah beberapa informasi yang dia dapatkan di meja pendaftaran, Bayu menuju kamar yang perawat sebutkan. Ketik
Marcella menolah ke arah yang Aryani tunjuk. Sebuah mobil ferari warna hitam terparkir manis di halaman belakang rumahny. Mobil yang dibeli Marcella untuk ulang tahun Bianca ke tujuh belas. Satu tahun setelah memiliki mobil itu, Bianca justru memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Amerika. Kepu
Pertanyaan Aryani membuat wajah Bianca pucat pasi. Dia melihat ke arah Marcella. Tanpa sadar tangannya menggenggam sendok yang sedang di pegang lebih erat. Bianca terdiam untuk kemudian menunduk. Reaksi yang tidk disadari oleh orang di sekitar mereka kecuali Aryani. Marcella sedang berbincang deng