Pras masuk ke rumah Manu. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Bayu yang sedang tidur di sofa. Wajah Bayu kusut masai. Dia tampak lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu. Manu melihat Pras dengan ekspresi tidak sabar. Manu tidak suka ada orang yang melihat Manu dalam keadaan menyedihkan
Bayu berlari menyusur loron rumah sakit. Banyak ketakutan membayang di pikirannya. Jika kali ini dia terlambat Bayu berjanji bahwa hidup tidak akan lagi menjadi bagian yang dia inginkan. Setelah beberapa informasi yang dia dapatkan di meja pendaftaran, Bayu menuju kamar yang perawat sebutkan. Ketik
Marcella menolah ke arah yang Aryani tunjuk. Sebuah mobil ferari warna hitam terparkir manis di halaman belakang rumahny. Mobil yang dibeli Marcella untuk ulang tahun Bianca ke tujuh belas. Satu tahun setelah memiliki mobil itu, Bianca justru memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Amerika. Kepu
Pertanyaan Aryani membuat wajah Bianca pucat pasi. Dia melihat ke arah Marcella. Tanpa sadar tangannya menggenggam sendok yang sedang di pegang lebih erat. Bianca terdiam untuk kemudian menunduk. Reaksi yang tidk disadari oleh orang di sekitar mereka kecuali Aryani. Marcella sedang berbincang deng
Bayu membalikkan badan dan pergi menyusul Aryani dan Maria. Hatinya terluka parah. Marcella adalah wanita yang sangat dia cintai. Tahun-tahun telah mereka lewati dengan melintasi badai. Begitu banyak perbedaan yang telah mereka hapuskan untuk menyatukana cinta. Kini semua seolah kembali ke dasar ya
Manu memilih diam dan tidak berdebat dengan Bayu. Ketika Bayu berdiri melihat keluar jendela dan memejamkan mata, Bayu bisa melihat Bayu terluka. Bayu benar-benar sakit dengan pilihan yang dibuatnya. Tidak ada cara yang bisa membuat Bayu melupakan cintanya pada Marcella. Perasaan yang telah tumbuh d
Bayu menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah. Rumah yang pernah dia jadikan tempatnya untuk pulang dan melepaskan segala penat. Rumah tempat kenangan manis dan pahit terjuntai perlahan di pikirannya. Di sanalah pertama kali dia dan Marcella menyatukan diri. Rumah di mana dia pernah memberi
Di salah satu gedung di lantai lima puluh. Bianca sedang melihat kerlip lampu kota yang menjadi simbol angkuhnya sebuah kota. Matanya terasa panas dan dipenuhi air. Sesekali dia mendongak ke atas sebagai cara agar tidak ada air yang menetes dari matanya. Bagi Bianca, air mata adalah sebuah kelemahan