Mereka sontak menoleh ke arah asal suara, kecuali Miranti. Senyum sinisnya muncul dan ‘mengatakan’ bahwa dia sudah tahu siapa yang datang di sana. Sesosok wanita cantik dengan usia setara Bayu berdiri di sekitar mereka. Walau dia mengenakan kacamata hitam, tatapan sinisnya jelas terasa ditujukan pad
“Pengagum lain?” Bayu mengerutkan kening. Dia melangkah masuk dan mengambil setangkai mawar yang ada di meja Marcella. Matanya menatap benci bunga cantik yang ada di tangannya. Alarm di kepala Bayu menyala. Seseorang sedang coba mengusik miliknya. Dan dia tidak suka itu! Itu hanyalah rangkaian keci
“Aku tidak datang ke tempat ini dengan tangan kosong, Marcella.” Pras tersenyum. Dia benar-benar tidak peduli dengan keberadaan Bayu. Matanya tidak lepas dari memandang Marcella. Itu membuat amarah Bayu semakin menuju ke puncaknya. Ingin rasanya Bayu menempeleng pria di depannya itu. Berani sekali
Bayu menoleh ke arah asal suara. Lalu kembali melihat ke arah lain. Orang yang menyapanya tidak menunggu di persilahkan. Dengan segelas kopi yang sudah di tangan, dia duduk di depan Bayu. Dia heran karena Bayu terlihat gelisah. Pemandangan yang tidak pernah dilihatnya. “Kau sedang di kantor Momy?”
Mobil yang Marcella kendarai berhenti di depan sebuah gedung apartement mewah. Salah satu apartement mhal di kawasana ibu kota. Konon hanya para pengusaha sukses dan artis super kaya yang bisa menjadi salah satu penghuninya. Seolah semua seperti sudah diatur, Marcella bahkan tidak mendapat kesulit
“Apa yang kau pikirkan, Pras?” Marcella balik bertanya. Matanya menyipit mengisyaratkan kebencian. “Aku memastikan berbagai kemungkinan. Bukankah aku telah melakukan terlalu banyak dan terlalu lama. Aku layak untuk mendapatkan cintamu.” Pras memaksa. Marcella menggelengkan kepala. “Mungkin itu ada
Pras masuk ke rumah Manu. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Bayu yang sedang tidur di sofa. Wajah Bayu kusut masai. Dia tampak lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu. Manu melihat Pras dengan ekspresi tidak sabar. Manu tidak suka ada orang yang melihat Manu dalam keadaan menyedihkan
Bayu berlari menyusur loron rumah sakit. Banyak ketakutan membayang di pikirannya. Jika kali ini dia terlambat Bayu berjanji bahwa hidup tidak akan lagi menjadi bagian yang dia inginkan. Setelah beberapa informasi yang dia dapatkan di meja pendaftaran, Bayu menuju kamar yang perawat sebutkan. Ketik
“Dan dia jatuh cinta padamu.” Bayu menyimpulkan. Marcella tersenyum sedih. “Katakanlah begitu. Tapi, Avan bukanlah alasan aku memutuskan untuk tidak kembali padamu. Itu adalah dia hal yang berbeda.” “Apakah dia lebih baik dariku?” tanya Bayu. Marcella mengerling. “Kenapa aku harus membandingkan k
Bayu meraih tangan Marcella. Hatinya bergetar. Semula dia memang berniat untuk tetap memberikan investasi itu pada Naomi Company. Jika itu berarti kemenangan Marcella dan membalaskan sakit hatinya pada Bayu, maka dia akan dengan senang hati memberikan kemenangan itu pada Marcella. Namun ternyata, j
Pria yang sejak tadi memilih diam itu pun melihat ke arah Nirina. “Apa kau sedang mengancamku?” tanya Bayu. “Tentu saja tidak, Bayu. Ini bukan ancaman, ini adalah hal yang akan tampil menjadi kenyataan. Video pelecehan yang pernah kau lakukan pada Marcella, ada di tangaku.” Nirina menoleh ke salah
Kamera wartawan berkilatan di depan mereka. Itu sama sekali tidak mengganggu bagi Nirina. Dia tersenyum bangga dan bahagia dengan para pewarta yang ada bersama mereka. Marcella duduk tenang dan anggun di sebelahnya sementara Bayu duduk di sisi yang lain. Itu adalah ruang pertemuan di dalah satu hot
Marcella duduk diam sambil memutar-mutar gelas berisi air yang ada di depannya. Kata-kata Nindia mengandung banyak kekhawatiran. Dalam hati Marcella selalu bersyukur karena ibu yang dia miliki adalah Nindia. Wanita yang tegar dan tidak terpengaruh oleh keadaan. Kebijakannya dalam menentukan banyak h
Sesaat semua orang memejamkan mata. Beberapa dari mereka adalah orang yang belum pernah melihat kekejaman Bayu yang hanya terdengar dari telinga. Ketika akhirnya mereka melihat dengan mata kepala sendiri dengan siapa mereka sedang bekerja, tak urung mereka pun berubah menjadi jeli. “Berterima kasih
Bayu berdiri cepat. Dia membuka salah satu laci yang ada di belakangnya. Sepucuk senjata dengan segera berada di tangannya. Bayu dengan cekatan memasang beberapa peluru dan melepaskan pengaman pelatuknya. Manu berdiri. “Tidak, Bayu. Bukankah kiat sudah sepakat untuk tidak menggunakan cara ini lagi
Tidak ada satu jawaban pun yang diterima Bayu. Sepanjang malam, ratusan kali dia menyentuh ponselnya hanya untuk melihat bahwa Marcella tidak sama sekali menanggapi pesan yang dia kirimkan. Pertanyaan bergelayutan di benak Bayu. Apakah istrinya belum membaca pesannya? Atau Marcella memang sudah tida
“Tidak mungkin Marcella melakukan itu, Kak. Dia bukan wanita yang bisa membalas dendam dengan cara yang kejam.” Aryani menyangkal. “Bukankah itu menurutmu. Kenyataannya tidak seperti itu. Orang paling baik sekali pun bisa melakukan hal kejam ketika mereka melewati batas rasa sakitnya.” Bayu memijat