Sebuah Peristiwa"Apa kamu berjaga sendiri?" tanya ibu itu."Tidak, sebagian ada di ruang unit gawat darurat, sebagian lagi ada di nurse station yang satunya," ucap perawat Putri. "Apa setiap malam ada dokter yang bertugas?" tanya ibu itu."Tentu, ada satu dokter yang selalu berjaga, dan ada beberapa dokter yang siap dipanggil ketika ada keadaan darurat," penjelasan perawat Putri."Baguslah kalau begitu,"'ucap ibu itu.Di ruang jaga dokter, terlihat dokter Megan sudah menenggak sebotol collagen drink, rasanya cukup enak, campuran buah berry yang menyegarkan. "Ah, sepertinya aku bisa meminum satu lagi, rasanya cukup enak," ucap Megan yang kemudian meraih botol kedua collagen drink. Dengan yakin dan tanpa pikir panjang, dokter Megan menenggak minuman di botol kedua itu. ***Raya dan Radit terlihat berada di sebuah restoran mahal, mereka di sana untuk berkencan sekaligus merayakan ulang tahun Radit."Selamat ulang tahun," ucap Raya seraya menyodorkan kotak kado yang sudah disiapkanny
Peristiwa MengerikanRaya bergegas melakukan apa yang bisa dilakukannya untuk menyelamatkan anak kecil itu, walaupun dia tahu kondisinya begitu parah."Dok, dokter anak (dokter Feronika) sudah dalam perjalanan. Sedangkan dokter bedah bersedia datang besok pagi," ucap perawat."Apa yang mereka pikirkan," ucap Raya kesal."Dok, anak laki laki itu mengalami henti jantung," ucap perawat memberikan informasi mengenai status anak itu. Melihat situasinya, Raya memutuskan untuk melakukan cardio pulmonary resusitation (CPR) berusaha untuk menyelamatkannya. Kompresi itu dilakukan Raya dengan menggunakan kedua tangannya, sebaik mungkin.CPR adalah prosedur penyelamatan jiwa yang digunakan pada keadaan gawat darurat, ketika detak jantung dan pernapasan berhenti. Ketika jantung berhenti memompa darah, suplai oksigen menjadi terganggu, dan dapat menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit.Raya berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan anak itu, bahkan matanya mulai merah, tidak lagi kuat me
Tidak Ingin MelepaskanBeberapa saat Raya terlena, kembali pada perasaannya yang lama. Dia merasakan bahwa Radit benar benar masih begitu mencintainya. Tapi dia tahu betul, dia belum bisa mengendalikan dirinya, dia tidak bisa lagi menjadi seorang dokter yang hebat.Raya mendorong lembut tubuh Radit, bi-bir itu pun terlepas."Aku harus pergi," ucap Raya yang kemudian meraih tasnya, berjalan ke luar tanpa mempedulikan Radit yang masih belum percaya dengan keputusan Raya untuk pergi. Radit kembali ke JakartaRaya keluar dari kamar hotel tempat Radit menginap. Dengan perasaan yang campur aduk, antara rindu, kebahagiaan karena bertemu dengan Raya, juga ada perasaan benci, ketakutan, semua menjadi satu. Sesekali Raya terlihat mengusap sisa air mata yang masih menetes. Dia berjalan cepat menuju ke arah motornya terparkir. Menaiki motor itu, lalu melaju ke tempat kerjanya, karena jam sudah menunjukkan pukul tiga sore.Raya menancap motornya, lebih cepat dari biasanya. Dia menarik gas lebih
Cerita Di Kedai Ayam Siang Tadi"Kamu masih di sini?" tanya Anna yang mendapati Radit masih berada di depan kedai ayam setelah bertemu dengan Raya."Aku akan menunggunya," ucap Radit."Tunggulah, setelah jam makan siang dia akan pergi," ucap Anna."Oh iya, apa Raya sudah menikah?" tanya Radit berusaha menelisik, mencari informasi mengenai Raya."Apa? Menikah? Yang benar saja, dia bahkan tidak memiliki kekasih, dia terlalu sibuk bekerja," ucap Anna."Benarkah begitu? Baguslah?" Ucap Radit seraya tersenyum lega."Apa kamu menyukainya?" Tanya Anna yang juga menelisik."Begitulah," jawab Radit singkat."Raya itu sangat misterius, banyak sekali yang ingin berkencan dengannya, tapi selalu dia tolak, dia lebih memilih menghabiskan waktu untuk bekerja. Bayangkan saja, setelah dari kedai ayam cepat saji, dia akan bekerja di toserba 69 hingga jam sebelas malam, dia tidak akan memiliki waktu untuk berkencan," ucap Anna."Begitu rupanya," ucap Radit."Ya sudah, kamu boleh menunggu di sini, tapi j
Sebuah Edukasi BenarDevon melihat ke arah meja dan juga kursi yang ada di dekat jendela kaca. Di sana ada laptop yang masih menyala, juga sebuah buku yang cukup tebal.“Kamu sedang mengerjakan sesuatu?” tanya Devon“Ya, hanya menulis sesuatu saja, mengisi beberapa blog bebas dan ulasan bebas. Menyalurkan hobi,” ucap Raya.“Hobi? Wah, kamu memang memiliki banyak rahasia,” ucap Devon yang kemudian mendekat ke arah laptop Raya yang masih menyala, lalu melihat ke sebelahnya, ada buku tebal berjudul obstetri dan ginekologi, juga beberapa buku lain.“Wah, kamu membaca banyak buku buku kesehatan? Ini buku mahasiswa kedokteran,” ucap Devon seraya meraih buku buku tebal yang ada di sana.“Ya, membaca akan membuat kita lebih pintar,” ucap Raya seraya tersenyum.Devon mengarahkan matanya pada laptop itu, dia melihat beberapa situs kesehatan terbuka di sana, juga ada interaksi Tanya jawab. Devon melihat akun Raya sebagai seorang dokter.“Dokter Raya?” Tanya Devon.“Oh, aku hanya mengisi beberapa
DiremehkanPagi hari, Raya sudah bersiap untuk pergi bekerja di restoran ayam cepat saji."Raya, ambilkan susu dietku di salon Madona, aku harus meminumnya untuk menjaga bentuk tubuhku," ucap Rohaya, ibu tiri Raya."Kamu bisa mengambilnya sendiri, aku harus bekerja," ucap Raya."Raya, apa kamu tidak lihat, aku tidak bisa pergi kemanapun, tidak ada motor apalagi mobil. Aku juga harus mengerjakan pekerjaan rumah yang sangat melelahkan ini, lagi pula siapa yang akan membantu bapakmu bekerja, bapakmu melakukannya sendiri," ucap Rohaya.“Ayah masih sehat, dia bisa mengerjakannya sendiri,” ucap Raya kesal.“Kamu ini, apa kamu ingin menjadi anak durhaka,” ucap Rohaya.“Kamu pikir kamu ibuku?” Tanya Raya kesal."Kamu tinggal di sini, sudah seharusnya melakukan itu, jangan mengeluh," lanjut Raya seraya tersenyum yang terkesan dipaksakan. "Kamu ini, kamu harus mengambilkannya, aku ini ibumu, kamu harus menghormatiku," ucap Rohaya yang juga menunjukkan ekspresi kesal."Kamu mau mendengarkan oce
Ingatan RaditRaya sampai di kedai ayam cepat saji, dia segera memarkirkan motornya, lalu masuk ke dalam kedai. Dia segera menuju ke arah ruang ganti karyawan, membuka loker, lalu memasukkan barang barangnya ke dalam loker besi yang bertuliskan namanya.“Sial, seharusnya aku tidak mengambil itu,” ucapnya seraya melihat ke arah susu diet milik ibu tirinya yang sudah berada di dalam loker.Raya terlihat kembali menghela nafas panjang, sungguh pagi yang berat, harus mendengarkan ocehan dari wanita wanita yang merasa dari kelas atas itu.“Ada apa Raya?” tanya Anna.“Ah tidak apa apa, hanya bertemu dengan seseorang yang seharusnya tidak aku temui,” ucap Raya.“Ya, hidup kadang memang seperti itu, bertemu dengan seseorang yang tidak ingin kita temui, mendatangi tempat yang tidak ingin kita datangi dan menjadi seseorang dan menjalani hidup yang sebenarnya tidak ingin kita jalani, begitulah,” ucap Anna“Ya, begitulah,” ucap Raya yang kemudian mereka berdua berjalan menuju ke arah dapur.Di da
Sebuah RencanaRadit terlihat bertemu dengan Tantowi, sahabatnya yang juga sahabat Raya, di salah satu cafe mewah yang ada di Jakarta.“Apa kamu sudah bertemu dengan Raya?” Tanya Tantowi seraya menghisap sebatang rokok.“Ya, seperti yang pernah kamu katakan, dia benar benar Raya,” ucap Radit yakin.“Aku sudah mengatakannya padamu, aku tidak mungkin salah, dia Raya,” ucap Tantowi.“Apa rencanamu selanjutnya?” Tanya Tantowi.“Entahlah, aku masih belum tahu, bagaimana jika Raya masih mengidap PTSD, itu akan membuatnya kesulitan kembali ke duniannya lagi,” ucap Radit.“Itu tugasmu, kamu mencintainya, kamu harus memperjuangkannya, jangan seperti tai yang hanya hanyut mengikuti arus,” ucap Tantowi.“Apa kamu mau berkencan dengan salah satu pasienmu? Kamu harus mulai memikirkan dirimu sendiri, segera datang, pepet, tid-uri, ham-ili, nikahi, restu akan dengan mudah kamu dapatkan” ucap Tantowi, lalu dia tertawa dengan begitu keras.“Kamu harus mulai mengatur cara bicaramu, bedakan antara di pa