“Tidak apa-apa, lupakan saja. Ada apa? Sepertinya ada yang ingin kamu bicarakan denganku. Katakan saja!” Profesor Rudiana bangkit dari tidurnya dan duduk perlahan-lahan sambil menyandarkan tubuhnya di belakang tumpukan bantal.
Ruben membantu ayahnya supaya duduknya lebih nyaman lagi. Setelah itu, dia duduk di samping tempat tidur sang ayah sambil menarik napas panjang sebelum berbicara serius dengannya.
“Ayah, aku ingin minta maaf padamu,” ucap Ruben memulai pembicaraan. Profesor Rudiana menoleh ke arahnya.
“Kelihatannya pembicaraanmu serius sekali,” kata profesor Rudiana menimpalinya. “Apa ini soal pernikahanmu dengan wanita itu?” terkanya.
“Iya, itu benar, Yah. Aku sangat mencintainya. Karena itulah aku menikahinya,” ungkap Ruben. Dia mengatakan yang sebenarnya dari lubuk hatinya paling dalam.
Profesor Rudiana tersenyum agak sinis. “Kamu hanya mencintai wanita itu. Apa tidak ada wa
Ruben mengikuti Tuan Milano di belakangnya. Pagi ini, Tuan Milano ingin bicara serius dengan Ruben, terkait masalah pernikahannya dengan Emery. Ruben sudah siap menerima dan menanggung segala risikonya.Jika Emery dulu pernah rela berkorban untuknya, apa salahnya Ruben melakukan hal yang sama saat ini untuk istrinya. Agar impas.“Dokter Ruben!” panggil Tuan Milano.“Iya, Tuan,” sahut Ruben dengan tegas.“Kamu tahu, kan, alasan kenapa saya memanggilmu ke sini?”“Saya tahu, Tuan.”“Bagus. Jadi, saya tidak akan menjelaskannya lagi jika kamu sudah tahu maksud arah pembicaraan kita kali ini.”Tuan Milano mengungkit kembali kesalahan Ruben dan Emery yang telah melanggar peraturan rumah sakit. Dalam surat perjanjian antara pegawai dengan pihak rumah sakit tidak diperbolehkan berhubungan atau menjalin asmara dengan sesama rekan kantor. Jika hal itu tidak bisa dihindarkan, maka solusi
“Aku akan pergi sekarang,” kata Emery hendak meninggalkan ruangan Ruben.“Nanti kita bicara lagi di rumah, Sayang,” balas Ruben.Sienna agak tidak senang dengan pembicaraan mereka. Ruben dan Emery kini sudah berani memamerkan kemesraannya di hadapan rekan-rekan kerjanya yang lain. Ruben mungkin merasa sudah tidak menjadi masalah lagi. Namun, bagi Sienna tetap saja jadi risih melihatnya.“Saya akan meletakkan dokumen yang Anda butuhkan di meja. Permisi,” kata Sienna yang bergegas pergi meninggalkan ruang kerja Ruben.“Terima kasih,” ucap Ruben.Sienna menyusul Emery. Kebetulan sekali, Emery belum terlalu jauh melangkah. Sehingga dia bisa mengikutinya dari belakang Emery.Emery berhenti di sebuah mesin soft drink. Dia mencari koin di saku jas dokternya. Sayang sekali, dia tidak membawa uang koin. Lantas, Sienna yang memasukkan koin tersebut dan memberikan soft drink itu pada Emery.“
“Apa?” Tuan Milano mengerutkan kening mendengar permohonan Emery.“Saya tidak ingin Anda mengirimnya ke negara perang itu. Bisakah Anda menggantinya dengan hukuman lain?” Emery bernegosiasi.“Maaf, Dokter Emery. Saya tidak bisa melakukannya. Kami sudah menandatangani dan menyepakatinya. Hari ini saya akan menyerahkan surat perjanjian itu ke markas besar tentara perdamaian negara.”“Tuan Milano, tolonglah! Saya mohon pada Anda,” rengek Emery. “Anda tidak bisa membiarkan seorang direktur utama di rumah sakit Anda pergi begitu saja menjadi dokter relawan di negara perang itu.”“Dengarkan saya, Dokter Emery! Saya tidak pernah memaksa dokter Ruben untuk pergi ke sana. Dia sendiri yang dengan sukarela menawarkan dirinya untuk pergi ke sana. Bahkan, dia menggantikan posisi hukumanmu.”“Mohon pertimbangkanlah lagi, Tuan!” Emery masih pasang wajah memelas di depan Tuan Milan
Emery dan Sean jalan bersama di sekitar taman rumah sakit. Emery terdiam cukup lama. Sampai akhirnya mereka menemukan tempat duduk, keduanya duduk-duduk santai di sana.“Bagaimana perasaanmu sekarang?” Sean memulai pembicaraan terlebih dahulu.“Perasaanku?” ulang Emery agak bingung. “Biasa saja. Tidak ada yang istimewa.”“Apa yang kamu pikirkan? Kamu tidak sedang memikirkan pasienmu tapi tentang Ruben, kan?” tebak Sean.Emery menoleh ke arah Sean yang sok tahu. Lalu, dia menampilkan senyum sekilas. “Kamu sudah tahu aku memikirkannya. Lalu, kenapa kamu menanyakannya lagi?”“Aku hanya ingin memastikan saja. Sepertinya kamu cinta banget sama sepupuku itu.”Emery tersenyum lagi. Sean balas tersenyum menanggapinya. Setidaknya dia senang karena sudah bisa menghibur hati Emery yang sedang bersedih.Sean merogoh saku jas dokternya. Sepertinya dia menyimpan sesuatu di sana
“Sebelum menikah dengan Ruben, Emery adalah tunangan saya,” kata Sean memberitahunya.“Benarkah?” Sienna baru tahu tentang hal itu. “Apa sekarang Anda sudah mencari penggantinya?”“Saya tidak tertarik pada wanita lain,” tegas Sean.“Jangan seperti itu! Anda akan dianggap egois sekali jika tidak memberikan kesempatan pada wanita lain untuk mengisi kekosongan di hati Anda,” kata Sienna menyarankan.“Menurutmu seperti itu?” Sean mengerutkan keningnya.“Ya. Anda tidak akan pernah tahu siapa yang menjadi pendamping hidup Anda, yang menurut Tuhan itu baik untuk Anda.”Sean tak berkutik lagi usai mendengarkan pembicaraan Sienna. Selang beberapa detik kemudian, Sienna turun dari mobil Sean seraya mengucapkan terima kasih karena sudah mengantarnya pulang.“Sampai jumpa lagi besok,” ucap Sienna sambil tersenyum ramah. Namun, Sean hanya membalasnya de
Emery tiba di rumah ayah mertuanya, profesor Rudiana. Setelah memastikan ayah mertuanya tidur dan bisa beristirahat dengan baik juga nyaman, Emery bisa merasa tenang. Sebelum pulang, Emery dan Sean pergi ke restoran terdekat. Mereka hendak makan malam bersama.“Kenapa kamu memilih restoran ini?” Emery tertegun. Karena Sean mengajaknya makan malam di restoran yang sama, ketika mereka putus waktu itu.“Karena aku ingin mengenang hari terakhir kita bersama. Waktu itu aku marah sekali sama kamu dan melempar kalung itu ke dasar kolam,” kenang Sean.“Apa kamu mencari kalung itu sampai sekarang?” tanya Emery. Sean menoleh.Sean hanya menampilkan senyum sekilas. Kemudian, dia jalan duluan sambil memilih tempat duduk.“Aku masih menyimpannya. Aku hendak memberikannya waktu itu. Tapi, kamu pasti akan menolaknya. Jadi, aku menyimpannya di kamarku, di rumah orang tuaku,” jelas Emery. Dia duduk berhadap-hadapan de
“Belum bisa dipastikan gejala yang dialami putri Anda adalah baby blues sindrom. Kita tunggu saja hasil pemeriksaan dari dokter Sienna,” hibur Emery menenangkan hati nyonya itu.“Saya ingin tahu tentang penyakit itu, Dokter Emery. Tolonglah!” mohon nyonya itu.“Baby blues sindrom adalah gangguan kesehatan mental yang dialami wanita setelah melahirkan. Gangguan ini ditandai dengan munculnya perubahan suasana hati, seperti gundah dan sedih secara berlebihan,” jelas Emery.“Apa itu bisa dikatakan sebuah penyakit?”“Tentu saja bukan. Baby blues sindrom sering terjadi pada wanita yang sudah melahirkan karena mengalami perubahan hormon dan sulitnya beradaptasi. Umumnya terjadi di hari ketiga atau keempat setelah melahirkan dan akan berlangsung selama 14 hari ke depan.”“Bagaimana cara mengenalinya, Dok?”“Putri Anda akan sangat kelelahan karena terjaga sepanjang malam. K
“Apa yang terjadi? Kudengar kamu diskors karena berkelahi dengan Sienna. Apa itu benar?” Sean memburu pertanyaan pada Emery.Emery tidak begitu menggubrisnya. Dia masih sibuk mengurusi pasien-pasiennya di IGD. Sean tidak menyerah. Dia telanjur penasaran dan ingin memastikannya langsung dari Emery.“Emery, jawab aku!” desak Sean. Dia agak memaksa dan mengganggu pekerjaan terakhir Emery di ruang IGD.“Sean, aku sedang bekerja sekarang,” Emery beralasan.“Aku butuh jawabanmu sekarang, Emery. Bukan nanti,” tegas Sean.“Oke, baiklah. Aku memang berkelahi dengan Sienna. Kemudian, Tuan Milano datang dan melihat perkelahian kami. Hingga akhirnya kami berdua diskors. Puas?” jelas Emery.“Jadi, berita itu benar?” Sean terkejut mendengarnya. “Lalu, apa yang akan kamu lakukan selama menjalani masa skorsing?” tanyanya ingin tahu.“Entahlah. Mungkin aku akan p
“Jahat sekali pikiranmu!” Emery tidak habis pikir Ruben memiliki pemikiran seperti itu.“Sekarang aku yakin. Di antara kalian memang ada hubungan yang belum selesai. Aku tahu kalian berdua pernah pacaran. Bodoh sekali aku karena tidak menyadarinya selama ini,” kata Ruben.“Jangan bicara sembarangan, Ben!” Sean memotong pembicaraan. Dia hendak membela Emery agar Ruben tidak terus menyalahkannya.“Diam kamu! Aku tidak sudi bicara denganmu,” tegur Ruben.Ruben dan Emery bersitegang. Mereka terlibat pertengkaran hebat sementara Sean tidak bisa melerainya. Ketika mereka saling menyalahkan, tidak ada yang mau mengalah, tiba-tiba perut Emery terasa sakit sekali.“Emery, kamu tidak apa-apa?” Sean langsung menghampirinya. Sementara, Ruben terlihat cuek, dingin, dan tidak peduli pada kesehatan Emery.Emery menahan sakit di perutnya. Meski begitu, dia mengatakan tidak apa-apa pada Sean. Dia ha
“Gila kamu, Ben!” Sean marah sekali pada saat Ruben menuduhnya berselingkuh dengan Emery.“Kamu tidak boleh menuduh Emery seperti itu. Dia bukan wanita yang mudah tidur dengan pria lain. Jaga bicaramu!” Sean memperingatkannya sekali lagi.Ruben sudah keterlaluan sekali menurut Sean. Pantas saja, akhir-akhir ini Emery sering terlihat sedih karena sikap Ruben yang meragukan ketulusannya. Sekarang, Sean baru menyadarinya.“Emery hamil. Aku tidak tahu tentang hal itu karena aku lama berada di Suriah,” ungkap Ruben.Sean menampilkan senyum sinis ke arah Ruben. “Jadi, kamu menuduhku yang telah menghamili Emery? Apa kamu gila?”Sean jelas tak terima tuduhan itu. Dia langsung memukul wajah Ruben, supaya tersadar dari prasangka buruknya selama ini.“Bukankah kalian sudah menikah? Meskipun kalian tidak berhubungan suami istri selama kamu berada di Suriah, itu bisa saja terjadi dan Emery hamil. Kamu
“Jawab aku, Sayang! Apa kamu meragukan bahwa anak ini bukan anakmu?” Emery memastikannya lagi.Ruben terdiam cukup lama. Dia menyadari bahwa ucapannya pada Emery salah. Namun, dia agak kebingungan menjelaskannya. Minta maaf pun dia masih ragu-ragu.“Jahat sekali kamu, Ruben. Aku mengatakan yang sebenarnya tapi kamu tidak memercayaiku sama sekali.” Emery tampak kecewa dengan sikap yang ditunjukkan Ruben kepadanya. Kedua matanya sudah berkaca-kaca. Sebentar lagi, air mata itu akan jatuh menetes di pipinya.“Seharusnya aku tahu sejak awal, perasaanmu padaku tidak pernah sungguh-sungguh. Setiap kali aku mengandung anakmu, kamu pasti punya banyak alasan untuk tidak menerimanya.” Emery jadi berprasangka buruk dan menyimpulkan seperti itu.Ini kali kedua Emery hamil dan Ruben masih meragukan anak itu bukanlah anaknya. Ruben malah berpikir lain dan menuduh Emery selingkuh dengan Sean. Setelah Sienna memprovokasinya beberapa har
“Aku tidak percaya, suamiku sendiri melarangku masuk ke rumah mendiang ayah mertuaku. Apa salahku?” Emery tak habis pikir. Bisa-bisanya Ruben melarangnya masuk ke rumah.“RUBEN! KITA HARUS BICARA!” teriak Emery kencang sekali. Sampai semua pelayan yang sedang bekerja di rumah itu menoleh ke arahnya.“Nyonya, pelankan suara Anda! Tuan Ruben sedang istirahat,” kata salah seorang pelayan memberitahunya.“Justru karena dia sedang istirahat, aku harus pergi menemuinya. Sekarang juga!” desak Emery. Dia begitu memaksa dan ingin menerobos masuk.“Tidak, Nyonya! Jangan lakukan itu!” cegah pelayan lainnya. “Tuan sudah memerintahkan kami untuk melarang Anda masuk. Jika Anda tidak mematuhinya, maka kami semua akan dipecat dari pekerjaan kami ini, Nyonya,” jelasnya.“Apa? Kalian semua dipecat?” Emery membelalak kaget. Semua pelayan itu mengangguk mantap.“Ada apa de
“Aku tidak pernah mengira, kamu akan bertindak sejauh ini untuk menghancurkanku, Sienna. Apa kamu belum puas menyakitiku?” tegur Emery.“Apa kamu sengaja ingin melihat pernikahanku hancur? Jawab aku!” desak Emery.Sienna tidak tinggal diam setelah ditegur dan diperingatkan oleh Emery. Dia merasa harus membela dirinya sendiri. Karena menurutnya, Emery sudah keterlaluan menyalahkannya.“Kamulah orang pertama yang telah merebut kebahagiaanku. Jadi, kurasa kamu pantas mendapatkan imbalan yang setimpal atas perbuatanmu sendiri.” Sienna berbalik menyalahkan Emery.“Apa kamu bilang?” Emery makin emosi setelah Sienna memprovokasinya. “Dengar, Sienna! Aku tidak pernah merebut kebahagiaanmu seperti yang kamu tuduhkan padaku.”“Benarkah?” Sienna agak sinis menanggapinya. “Jika bukan karena kamu, dari dulu aku sudah menduduki posisimu sekarang.”“Karena aku? Bukank
Sienna geram sekali. Karena Emery berhasil memojokkannya. Dia tidak berkutik ketika Emery melakukan serangan balik.“Akan kubuat kamu menyesal, Emery,” gumam Sienna.Sienna bertekad akan menghancurkan Emery sekali lagi. Dia sudah terlanjur sakit hati pada semua orang, termasuk Emery.Usai makan siang, Sienna pergi ke ruang kerja Ruben untuk menyerahkan beberapa laporan tentang perkembangan dokter-dokter magang. Karena dia menjadi koordinatornya. Sesampainya di ruangan Ruben, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam amplop cokelat.“Apa itu?” tanya Ruben.“Silakan Anda buka dan lihat sendiri,” sahut Sienna.Ruben jadi penasaran sekali. Dia segera membuka isi amplop cokelat itu dan melihat ada beberapa lembar foto Emery dan Sean yang tengah bersama di rumah sakit maupun di tempat lain.“Simpanlah untuk Anda, Dokter Ruben! Saya pernah beberapa kali memergoki mereka sedang berduaan selama Anda berada d
“Apa yang kamu bicarakan?" Emery tidak terima ketika Sienna menyalahkannya."Kamu tahu apa yang sedang kubahas." Sienna menekankan sekali lagi. Intonasi bicaranya meninggi saat berhadap-hadapan dengan Emery.Sienna tidak peduli, dia bicara dengan Emery langsung di depan Ruben dan Sean. Dia terlanjur kecewa dan marah sekali. Akibat hubungannya dengan Sean tidak berjalan seperti yang diharapkannya."Dengarkan aku! Aku tahu kamu memiliki segalanya, kamu bisa mendapatkan perhatian dari siapa pun yang kamu mau. Tapi, tolong untuk yang satu ini. Jangan kamu rebut kebahagiaanku," cerocos Sienna."Sienna, apa-apaan kamu ini, hah?" Sean melerainya. Dia menarik lengan Sienna dan hendak membawanya pergi. Namun, Sienna menepis lengannya agak kasar."Jaga bicaramu, Sienna! Kamu sedang bicara dengan siapa," Ruben memperingatkannya.Sienna menoleh ke arah Ruben. "Saya tahu dia istri dari direktur rumah sakit ini. Tapi, bukan berarti dia bisa seenaknya saja menggoda pacar saya.""SIENNA! Kamu sudah k
“Apa yang Anda bicarakan Dokter Ruben? Saya tidak mengerti maksud pembicaraan Anda,” sangkal Sienna. Sudah ketahuan tapi dia tidak mau mengakuinya.“Jangan bohong! Aku tahu hubunganmu dengan Emery sudah tidak seperti dulu lagi. Sekarang, kalian tidak akrab dan malah kelihatan seperti sedang bermusuhan,” kata Ruben berpendapat. “Koreksi aku jika aku salah.”Ruben agak kesal dengan sikap yang ditunjukkan Sienna. Nada bicaranya pun kini mulai berubah, tak seformal seperti layaknya pembicaraan senior dan junior, atau atasan pada bawahannya.Sienna terdiam beberapa saat. Ruben benar-benar telah berhasil memojokkannya. Dari awal dia sudah curiga pada Sienna. Karena akhir-akhir ini Sienna sering memprovokasinya. Bahkan, Sienna juga menggiring opini Ruben supaya berprasangka buruk pada Emery.“Maaf, Dokter Ruben. Saya harus segera pergi,” kata Sienna undur diri.“Lain kali, jika kamu mau menjelek-jelekkan istriku, kamu jangan melakukannya setengah-setengah. Cari faktanya dulu bukan memutarbal
“Emery ….” panggil Ruben sembari menyusul langkah istrinya.Ketika Emery menoleh ke sumber suara yang telah memanggilnya itu, tiba-tiba Ruben mencium bibirnya dengan lembut dan mesra. Tidak hanya itu, napas Ruben juga memburu seperti menginginkan sesuatu pada Emery.“Ah, Sayang ….” desis Ruben pelan.Gelagat Ruben sudah menunjukkan bahwa dia ingin bercinta dengan Emery. Ruben menarik pinggang Emery hingga menempel dengan tubuhnya. Kedua bibir mereka masih berpagutan dan semakin liar mereka memainkan lidahnya.Ruben sudah bergairah sekali. Malam ini, dia ingin tidur dengan istrinya. Sudah lama dia mendambakan sentuhan dari Emery. Akhirnya, setelah sekian lama dia bisa memuaskan hasrat terpendamnya pada sang istri.“Sayang, pelan-pelan,” tegur Emery.“Maaf. Apa aku menyakitimu?”Emery menggeleng. “Tidak, bukan itu maksudku. Kamu terlalu buru-buru.”“B