Ruben diam saja. Dia bingung harus menjelaskannya dari mana dulu. Lalu, perhatian Sean teralihkan oleh penampilan Emery yang berdiri di samping Ruben.“Apa kalian sekarang terang-terangan sedang berkencan?” tanya Sean agak sinis ke arah Emery.Dokter yang memeriksa profesor Rudiana keluar dari ruangannya dan segera memberitahukan keadaannya pada Ruben.“Ayah Anda harus segera mendapatkan perawatan intensif di sini. Sesak napas yang sering dialaminya kini sudah mencapai tahap yang membahayakan paru-parunya,” jelas dokter.“Baik, saya mengerti. Saya akan mempersiapkan semuanya. Mohon rawat dia dengan baik, Dokter Daniel,” mohon Ruben dengan mata berkaca-kaca. Dia panik sekali, takut terjadi sesuatu pada ayahnya.Dokter Daniel hanya mengangguk. Lalu, dia menyarankan Ruben supaya mulai memerhatikan kesehatan ayahnya yang makin memburuk. Tidak hanya itu, Ruben juga diajak bicara empat mata mengenai kesehatan ayahnya.Ruben yang panik bergegas pergi tanpa menghiraukan Emery. Setelah Ruben d
Hari pernikahan pun tiba. Pagi-pagi sekali Emery dan Ruben sudah sarapan dan hendak pergi ke tempat resepsi pernikahan mereka. Setelah resepsi berakhir, mereka akan pergi berbulan madu ke Paris. Emery ingin sekali melihat Menara Eifel dan Ruben mengabulkan permohonannya.Satu jam kemudian, Emery dan Ruben tiba di gedung pernikahan. Mereka disambut meriah oleh staf wedding organizer. Emery dan Ruben masing-masing mendapatkan perlakuan istimewa dari mereka. Keduanya dibawa ke sebuah ruangan ganti pakaian.Emery menatap kembali gaun pernikahannya. Kedua matanya terlihat berkaca-kaca. Dia tidak menyangka hari bahagianya segera tiba. Tidak lama lagi dia akan menjadi istri dari dokter Ruben, sesuai dengan harapannya.“Nona, Anda cantik sekali,” puji staf wedding organizer pada Emery.“Benarkah? Terima kasih banyak,” ucap Emery. Dia tersenyum lebar dan tidak bisa menahan perasaan gembiranya.“Tuan Ruben beruntung sekali memiliki istri secantik Anda, Nona Emery.”Emery makin tersipu malu mend
Sebelumnya, Emery sudah mencari tahu lebih dulu tentang makanan khas Perancis melalui internet. Meskipun belum pernah mencicipinya, dia masih penasaran sekali dengan cita rasanya. Escargot merupakan makanan yang terbuat dari siput atau bekicot. Makanan itu memiliki beberapa nutrisi yang bagus untuk tubuh. Makan tersebut memiliki kandungan gizi protein, vitamin B2, dan asam amino.Sambil menunggu pesanan makanannya, Emery dan Ruben melihat-lihat jalanan sekitar kota Paris dari balik jendela kaca di restoran tersebut. Ruben meraih tangan Emery, menggenggamnya sangat erat. Lalu, dia mencium tangan Emery dengan mesra.***Setelah seharian berjalan-jalan dan mengunjungi tempat wisata di Paris, Emery dan Ruben menuju hotel. Mereka kelelahan sekali. Sudah waktunya pengantin baru itu beristirahat sebelum mereka kembali ke rutinitas awalnya sebagai seorang dokter.“Aku ingin berendam air hangat. Kamu mau menemaniku?” bisik Ruben. Dia menatap nakal ke arah Emery.Emery menoleh. “Berendam? Tanpa
“Apa maksudmu mereka pergi bersama?” Profesor Rudiana terkejut mendengar Ruben pergi dengan Emery ke Paris.“Setelah saya menyelidikinya, ternyata dokter Emery tidak ada di rumah orang tuanya, seperti yang diinformasikan pada pihak rumah sakit,” kata salah seorang pria suruhan profesor Rudiana melaporkan hasil temuannya.“Astaga! Anak nakal itu ….” Kalimat profesor Rudiana tiba-tiba terhenti dan kondisi tubuhnya makin memburuk.Profesor Rudiana mendadak terlihat kesakitan. Ada banyak dokter yang bergegas memeriksanya usai diberitahu oleh perawat yang menjaganya. Dokter-dokter senior itu berlarian menuju ruang inap profesor Rudiana. Sean yang kebetulan hendak menjenguknya terkejut seketika.“Ada apa dengan paman?” Sean lekas berlari dan mencari tahu.Ketika Sean hendak masuk ke ruang inap pamannya, dokter-dokter lainnya mencegahnya masuk. Sesuatu yang buruk terjadi pada profesor Rudiana. Mereka akan memeriksanya terlebih dahulu.Sean kalut sekali. Dia segera menghubungi Ruben untuk mem
Setelah berjam-jam menikmati perjalanan udara, Ruben dan Emery pun tiba di rumah sakit. Ruben segera berlarian mencari tahu keadaan ayahnya. Sementara, Emery ditinggal sendirian di dalam taksi.Emery tidak jadi turun karena takut mengundang curiga rekan-rekannya di sana. Jika dia datang bersama Ruben. Akhirnya, dia memilih untuk melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya saja. Taksi yang ditumpanginya segera melaju meninggalkan rumah sakit.Sesampainya di ruang inap ayahnya, Ruben menghampiri profesor Rudiana yang masih terbaring lemah di tempat tidurnya.“Bagaimana keadaan ayahku, Dokter Daniel?” tanya Ruben pada dokter Daniel.“Pneumonia dapat menyebabkan kantung paru berisi cairan bahkan nanah apabila sudah semakin parah. Abses biasanya bisa diobati dengan antibiotik. Namun, sejumlah kondisi membuat abses paru perlu ditangani dengan pembedahan atau drainase menggunakan jarum panjang untuk mengeluarkan nanah,” jelas dokter Daniel.“Astaga!” Ruben terpukul sekali mendengar penjelasan
“Baik, aku akan segera ke sana setelah berganti pakaian,” kata Emery berpesan pada perawat itu.Hari ini ada pasien yang ingin diperiksa oleh Emery. Pasien itu sudah melakukan janji terlebih dahulu pada saat Emery tidak bekerja dua hari kemarin. Setelah diberitahu, Emery bergegas ke ruangannya. Dia akan berganti pakaian mengenakan jas putih kebanggaannya.Ketika hendak pergi menemui pasien, usai berganti pakaian, teleponnya berdering. Ada panggilan masuk dari Tuan Milano. Emery segera menjawab panggilan teleponnya. Dia tidak mungkin mengabaikan panggilan dari pemilik rumah sakit yang sudah mempekerjakannya kembali.“Tuan Milano, selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?” sapa Emery duluan.“Dokter Emery, hari Sabtu besok bisakah kamu datang ke rumahku? Ada acara penting yang harus kamu hadiri,” kata Tuan Milano memberitahunya.“Benarkah? Terima kasih sudah mengundang saya Tuan Milano,” ucap Emery. Dia berterima kasih karena Tuan Milano sudah mengundangnya secara pribadi.Emery tidak cur
Ruben diam saja seraya menundukkan pandangannya. Dia tidak bisa menyembunyikan lagi masalah ini di depan Emery.“Aku tidak ingin kamu dijodohkan dengan anak itu. Aku mencintaimu begitu juga kamu, bukan? Aku tidak pernah rela pria lain menyentuh apalagi memilikimu.”Emery tersenyum sambil menatap suaminya penuh haru. Dia tidak menyangka jika alasan pernikahan mendadaknya ini disebabkan oleh perjodohan yang sudah direncanakan oleh Tuan Milano.Emery meraih tangan Ruben. “Kamu tenang saja. Aku tidak akan pernah dimiliki pria lain selain kamu. Karena kamu adalah suamiku. Kita sudah berjanji akan hidup bersama,” hiburnya.“Ya, kamu benar. Karena itulah aku memintamu untuk tidak datang ke acara itu. Aku takut sekali jika kamu menolaknya di hadapan semua orang, mereka akan mengusut pernikahan rahasia kita.”“Aku akan berbicara dengan Tuan Milano. Jika memang benar acara itu seperti yang kamu kira selama ini, maka aku akan menolaknya secara baik-baik. Dia atasan kita, Sayang. Kita bekerja di
“Tidak apa-apa, aku mengerti posisimu.”“Apa pekerjaanmu sudah selesai?”“Sudah dari tadi. Aku menunggumu sambil makan roti dan minum kopi.”“Maafkan aku, ya. Kamu jadi kesal karena sudah lama menungguku di sini.”Emery tersenyum seraya menghibur suaminya yang merasa tidak enakan karena telat datang menjemputnya. Meskipun dia sudah memaafkannya, tetap saja Ruben merasa bersalah dan ingin sekali menebusnya langsung pada istrinya.“Apa kamu mau pulang sekarang?” tawar Ruben. Emery menggeleng.“Aku ingin jalan-jalan dulu. Kamu mau menemaniku, kan?” pinta Emery setengah merajuk.“Jalan-jalan ke mana?” tanya Ruben meminta pendapat Emery.“Kita jalan-jalan di taman kota saja,” kata Emery mengusulkan.“Baiklah. Ayo kita pergi!” ajak Ruben. Dia meraih tangan Emery, menggandengnya dengan mesra.Emery dan Ruben berjalan-jalan di taman kota. Mereka bergandengan sambil melihat-lihat pemandangan kota di malam hari. Suasananya begitu romantis. Keduanya terlihat begitu bahagia dengan pernikahan raha
Hujan mulai turun perlahan, rintik-rintiknya membasahi wajah Sienna yang masih terpaku menatap Sean. Cahaya dari lampu-lampu kecil di sekitar mereka memantul di butir-butir air yang jatuh, menciptakan suasana magis yang tak terduga.“Apa yang dia lakukan?” Sienna terkejut dengan sikap Sean.Sean, meski basah kuyup, tetap bertahan dalam posisinya, berlutut di tanah dengan kotak kecil berisi cincin yang terbuka di tangannya.“Sienna,” kata Sean dengan suara yang serak namun penuh ketulusan, “aku tidak pernah ragu tentang kita. Aku hanya ingin momen ini menjadi sesuatu yang tak akan pernah kamu lupakan. Kamu adalah bagian terbaik dari hidupku, dan aku ingin menghabiskan sisa waktuku bersamamu.”Sienna merasakan hatinya mencair seperti es yang tersentuh sinar matahari. Padahal saat itu sedang turun hujan deras. Air matanya bercampur dengan rintik hujan, tetapi senyumnya mulai merekah, meskipun bibirnya gemetar.&ldqu
Di Paris, Emery dan Ruben memulai kehidupan baru mereka sebagai keluarga kecil yang bahagia. Mereka tinggal di sebuah apartemen mewah yang menghadap ke arah Menara Eiffel, tempat yang menjadi simbol awal cinta dan harapan baru.“Mommy ….” ucap Ben kecil yang mulai belajar bicara dan berjalan. Emery terkejut dengan pertumbuhan Ben yang berkembang pesat.Ben, yang kini semakin tumbuh ceria dan sehat, membawa warna ke dalam hari-hari mereka.Emery melanjutkan kariernya sebagai dokter di salah satu rumah sakit ternama di Paris bersama suaminya, Ruben. Setiap akhir pekan, jika tidak sibuk menangani pasien di rumah sakit, mereka menghabiskan waktu bersama-sama dengan Ben dan mendokumentasikan semua kegiatannya di sana.Di sela-sela kesibukan mereka, Ruben sering mengajak Emery berjalan-jalan di sepanjang Seine atau menikmati makan malam romantis di bistro kecil. Dalam satu momen manis, mereka duduk di kursi taman, memandangi lampu-lampu kota
Adrian akhirnya memberanikan diri untuk menemui Sean di rumah sakit. Saat dia masuk ke kamar, Sean sedang berbincang ringan dengan Emery.‘Sial! Kenapa Emery ada di sini?’ Adrian jadi segan dan ingin segera mengurungkan niatnya.Ketika melihat Adrian berdiri di pintu, Sean memintanya masuk. Suasana di kamar inap pun menjadi canggung. Adrian dengan raut wajah penuh penyesalan, menyerahkan surat yang dia tulis untuk Sean. Dia meletakkannya di atas meja kecil dekat ranjang pasien.“Emery ….”Emery membuang muka saat Adrian menoleh ke arahnya. Dia masih kesal pada sang direktur. Adrian tahu, perbuatannya mungkin tidak akan pernah bisa termaafkan oleh Emery."Saya tahu permintaan maaf saya tidak cukup," ucap Adrian dengan suara berat. "Tapi, saya ingin kalian tahu, saya benar-benar menyesal atas semua yang terjadi waktu itu."Emery dan Sean kompak terdiam menanggapi permintaan maaf Adrian. Mereka masih tak berkutik
Setelah operasi yang memakan waktu cukup panjang dan kritis, Sean berhasil melewati masa-masa kritisnya. Dokter menyampaikan kabar baik kepada Emery, Ruben, dan Sienna, bahwa kondisi Sean mulai stabil. Namun, dia tetap membutuhkan pemulihan intensif di rumah sakit.“Syukurlah kalau begitu,” ucap Ruben.“Terima kasih, Tuhan.” Emery pun mengucap syukur pada Sang Maha Kuasa atas karunianya, operasi Sean berjalan lancar.“Aku akan memberitahu Sienna,” kata Ruben.“Biar aku saja yang menghubunginya,” tawar Emery.“Baiklah, kalau begitu. Aku akan mengurus kamar inapnya dulu. Jangan lupa, bayi kita,” pesan Ruben dengan tergesa-gesa.Emery mengangguk mantap. Dia mengerti dan bergegas melaksanakan perintah Ruben.Setelah menghubungi Sienna, Emery pun merasa lega. Dia hanya berharap, semoga saja Sean lekas pulih dari luka tembaknya. Dia teringat pesan Sienna untuk Sean.“E
Di guest house tempat Adrian menyembunyikan bayi Ben, ketegangan pun memuncak ketika Sean berhasil menemukan Ben di kamar terkunci. Emery yang menyusul masuk, memeluk putranya dengan penuh emosi. Emery tak kuasa menahan tangisnya setelah menemukan sang putra.Sean menyuruh Emery untuk segera melarikan diri. Berbahaya sekali bagi Emery dan bayi Ben. Namun, usaha mereka untuk melarikan diri terganggu oleh anak buah Adrian, yang membawa senjata dan mengepung mereka.Dalam kekacauan itu, Sean terluka parah akibat sebuah tembakan yang tidak disengaja ketika dia berusaha melindungi Emery dan Ben dari musuh.“Suara itu … siapa yang terluka?” Ruben membelalak kaget.Ruben, yang terlibat perkelahian sengit dengan Adrian di ruang utama, mendengar suara tembakan dan segera berlari ke arah Emery.“Kamu tidak apa-apa?” Ruben memastikan Emery dan putranya tidak kenapa-kenapa.Emery sesenggukkan. “Aku tidak apa-apa. Tap
“Adrian,” desis Laura. Wanita itu datang menghampiri Adrian perlahan-lahan.Adrian hanya sekilas meliriknya. Tanpa berbasa-basi, pria itu memilih untuk meninggalkannya di tengah-tengah pesta yang sedang berlangsung. Dia buru-buru pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diri.Adrian tidak mengira bahwa dirinya terjebak dalam perjodohan yang dirancang oleh ayahnya sendiri, Tuan Milano dengan Laura, putri dari seorang wali kota. Perasaannya begitu hancur. Hatinya masih terpaut pada Emery, wanita yang kini berada di sisi Ruben.Meski menerima perjodohan demi menjaga reputasi keluarga, Adrian tidak bisa melepaskan obsesinya terhadap Emery. Sikapnya yang dingin dan egois membuat Laura merasa diabaikan malam itu, meski dia berusaha sebaik mungkin, menjalankan perannya sebagai tunangan yang sempurna di mata tamu undangan yang datang.“Sial!” rutuk Adrian. Dia tancap gas maksimal dan membuat kendaraannya mengebut di jalan raya pada malam ha
Ruben mulai geram dengan tingkah Adrian yang begitu berambisi dan terobsesi pada Emery. Adrian sudah terang-terangan menunjukkannya di hadapan Tuan Milano, orang tuanya.“Saya sudah bilang, saya akan mempertahankan Emery, apa pun yang terjadi,” tegas Adrian.“Apa?” Ruben hampir tersulut emosi mendengar pernyataan Adrian yang sudah memprovokasinya.“Dokter Ruben, pulanglah dulu! Saya akan bicara lagi dengan putra saya terkait kepindahan Emery. Saya akan menghubungimu lagi nanti,” kata Tuan Milano melerai pertengkaran antara Ruben dan Adrian.“Itu benar, Dokter Ruben! Kami akan memikirkan cara lain untuk membujuk putra kami,” bela Nyonya Milano.“Baik. Kalau begitu, saya permisi undur diri. Selamat siang, Tuan, Nyonya,” pamit Ruben. Sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan kediaman Tuan Milano, dia sempat melihat sorot mata Adrian yang mulai mengisyaratkan untuk mengajaknya perang mempereb
Sean dan Sienna tak berkutik lagi di hadapan Adrian. Mereka terlihat segan dan tidak bisa mengiyakannya.“Tidak apa-apa jika memang itu benar. Saya akan mendukung kalian,” kata Adrian.“Benarkah itu, Dok?” Sienna langsung antusias menaggapinya.“Tentu. Silakan saja! Itu hak kalian. Rumah sakit tidak berhak melarang-larang orang yang sedang jatuh cinta,” kata Adrian. Pernyataannya membuat Sean dan Sienna cukup senang.“Oh, iya. Kapan kalian akan berangkat?” Adrian mengalihkan pembicaraan.“Besok pagi,” sahut Sean.“Begitu rupanya. Selamat bertugas dan kalian harus kembali dengan selamat. Kudoakan semoga hubungan kalian bisa langgeng hingga ke jenjang pernikahan,” kata Adrian mendoakan mereka dengan setulus hati.“Amin,” ucap Sean dan Sienna bersamaan. Eh! Tumben sekali mereka kompak.Adrian terkejut merespon mereka. “Baiklah, aku permisi du
Sienna tergoda untuk mengambil ponsel Sean dan menjawab teleponnya. “Emery, ada apa pagi-pagi menelpon pacarku?”“Maaf, bukankah ini telepon Sean? Lalu, kamu … bukankah kamu Sienna?” sahut suara pria di seberang sana.Ups! Sienna gelagapan. Ternyata suara di seberang sana adalah suara Ruben, dokter senior di rumah sakit tempatnya bekerja, dahulu.“Oh, maaf Dokter Ruben. Kupikir tadi yang menelpon Emery,” ucap Sienna penuh penyesalan. Dia malu sekali karena sudah salah sangka dan salah orang.“Aku meminjam ponsel istriku karena ponselku mati total,” jelas Ruben.“Begitu rupanya.” Sienna mengerti. Namun, dia tidak bisa menyembunyikan rasa malunya karena sudah berburuk sangka.“Lalu, bagaimana denganmu? Kenapa telepon Sean ada padamu? Tadi, dia bilang dia sedang keluar dan menginap di rumah temannya. Apa jangan-jangan, kalian menginap bersama?” terka Ruben.&l