Hari kelulusan sudah ada di depan mata. Emery senang sekali di hari istimewanya itu, kedua orang tuanya datang menemaninya. Mereka begitu bangga pada putrinya. Kini, dia sudah menjadi dokter spesialis kandungan.
“Selamat ya, Emery,” ucap teman-temannya. Satu per satu mereka menghampiri dan membawakan bunga untuknya.
Tidak hanya teman-temannya yang datang siang itu. Sean juga datang memberinya ucapan selamat atas kelulusannya.
“Emery, selamat atas kelulusanmu. Aku ikut senang di hari istimewamu ini,” ucap Sean seraya memberikan hadiah kecil untuk Emery.
“Hadiah apa itu?” Emery penasaran sekali. Orang tuanya juga sangat ingin tahu. Apa yang diberikan Sean pada Emery.
Sebuah jam tangan mahal merek ternama. Emery terkejut mendapatkannya. Dia sangat berterima kasih sekali pada Sean. Setelah melihat Sean dan Emery berbincang, orang tuanya pergi dan menunggu Emery di mobil. Kata Emery, dia tidak akan lama dan segera men
Emery sudah menjadi dokter spesialis kandungan sekarang. Di rumah sakit, dia menjadi dokter inti dan asisten pribadi dokter Ruben. Ada banyak pasang mata yang sepertinya tidak suka dengannya. Bukan karena prestasinya di rumah sakit. Melainkan ada banyak berita miring tentangnya.Semua orang menggunjing Emery. Sejak dia menjadi asisten pribadi Ruben, rekan-rekan di rumah sakit merasa adanya pilih kasih yang dilakukan oleh Ruben pada Emery. Tidak hanya itu, Emery juga sering mendapat sindiran terkait keberadaannya. Yang merupakan rekomendasi langsung dari Tuan Milano.“Mulus sekali perjalanan karirnya,” cibir rekan kerjanya. Dia mengatakannya di belakang Emery. Tepat saat Emery melewatinya.Emery menghentikan langkahnya. Lalu, dia menoleh ke arah rekannya, seorang dokter wanita. “Apa kamu sedang membicarakan saya?”Dokter wanita itu memalingkan wajah kesalnya. Dia malas sekali meladeni Emery yang mulai mencurigainya. Dia melirik sebentar ke arah Emery yang berkacak pinggang memerhatikan
“Sabarlah dulu, Sayang. Aku akan menyelesaikan masalah kita satu per satu,” bujuk Ruben.“Masalah kita bisa menumpuk jika kamu masih mengulur waktu. Sampai detik ini kamu belum juga membicarakan masalah pertunanganku dengan Tuan Milano, kan?” singgung Emery.“Itu ….” Ruben terbata-bata. Sudah Emery duga, Ruben pasti belum sempat membicarakannya dengan Tuan Milano dan Adrian. Jika tahu masalahnya akan seperti ini, seharusnya Emery saja yang menyelesaikannya waktu itu.“Sayang, kamu marah padaku?” Ruben merasa bersalah ketika Emery memalingkan wajahnya membelakangi Ruben, saking kesalnya.“Ya, aku sangat marah saat ini,” ketus Emery. Dia bangkit dari tempat duduknya dan hendak pergi.Ruben meraih tangan Emery dan memintanya untuk tetap tinggal bersamanya. Saat ini, dia sedang ingin ditemani istri tercintanya.“Honey, you are my world, my everything. You are all I have got. You are my father, mother, sister, brother and my friend. You mean everything to me.
Keesokan harinya, Ruben datang menghadap Tuan Milano. Setelah rapat dewan direksi berakhir, dia menghampiri Tuan Milano. Kebetulan sekali ada yang ingin ditanyakan Tuan Milano kepadanya. Terkait pengangkatan Emery menjadi dokter asisten pribadinya.“Dokter Ruben, kenapa bukan dokter Sienna saja yang menjadi asistenmu? Apa alasanmu menjadikan dokter Emery sebagai asisten pribadimu?” Tuan Milano mulai mencurigai Ruben. Karena rekomendasi Ruben bertentangan dengan keinginan Tuan Milano.“Dokter Emery sangat kompeten. Dia juga termasuk dokter yang cepat tanggap dan sigap dalam menanggulangi semua permasalahan medis di rumah sakit. Saya menginginkan orang cekatan seperti itu berada di samping saya,” jelas Ruben.“Apa Anda sudah mempertimbangkannya sekali lagi tentang tanggapan rekan-rekan dokter di sini? Akhir-akhir ini saya sering mendapat laporan tentang kedekatan kalian berdua.” Tuan Milano memastikannya lagi.“Buka
Pantas saja, sikap Sienna pada Emery berubah sejak beberapa hari yang lalu. Emery merasakannya namun tidak menyadarinya.“Singkirkan tanganmu!” kata Emery memerintah.“Oke. Maaf,” sesal Sean. Dia melepas kungkungannya.Emery berjalan lunglai, menjaga jarak dengan Sean. Dia masih belum memercayainya, kalau Sienna orang yang seperti dikatakan Sean. Dia tidak pernah menduganya sama sekali.“Kamu harus mencari tahu sendiri. Orang macam apa sahabatmu itu,” saran Sean.Emery pergi meninggalkan Sean setelah selesai bicara. Dia masih syok dan terus menyangkalnya dalam hati. Sienna tidak mungkin menusuknya dari belakang, pikirnya.“Emery!” Sienna menepuk bahu Emery dari belakang.Emery kaget, lalu menoleh ke belakang. “Sienna?”“Kamu kenapa? Kaget gitu, kayak baru lihat hantu saja,” kata Sienna sambil tersenyum di hadapan sahabatnya.Emery balas tersenyum mes
Sienna membelalak kaget. Tiba-tiba saja Sean mengajaknya untuk mencicipi makanan yang sudah disajikan oleh Emery. Tidak biasanya. Dia sempat curiga dengan gelagat Sean yang sedang berusaha melindungi Emery dan Ruben.“Ayo!” ajak Sean lagi.“Ah, iya. Baiklah!” Sienna tidak bisa menolak ajakan Sean. Dia mengikuti Sean di belakang.Sementara, Emery dan Ruben berbicara di tempat lain. Ada beberapa hal yang ingin Emery sampaikan pada Ruben.“Apa yang kamu lakukan di sini?” Emery heran.“Kenapa? Ini juga rumahku, kan?” protes Ruben.“Iya, aku tahu itu. Tapi, kamu datang di saat yang tidak tepat.”“Tidak apa-apa. Aku juga ingin berbaur dengan mereka. Apa aku salah jika ikut bergabung dengan kalian?”“Bukan begitu. Tapi, mereka akan curiga dengan hubungan kita.” Emery khawatir sekali.“Ya, udahlah. Mungkin sudah saatnya mereka mengetahui hu
Sienna terbelalak. Jantungnya berdegup kencang ketika Sean menyudutkannya dengan pertanyaan itu. Dalam hati dia merasa cemas, dari mana Sean tahu bahkan menuduhnya seperti itu?“Kenapa kamu diam saja?” Sean menunggu jawaban Sienn.“Aku … pulang dulu,” Sienna pamit. Dia berusaha menghindari pertanyaan Sean.Sienna membuka pintu mobil dan bergegas pergi. Sean tidak bisa mencegahnya. Sienna pergi begitu saja meninggalkan pertanyaan besar dalam benak Sean. Kecurigaan Sean makin bertambah.“Wanita itu cukup berbahaya bagi Emery. Aku harus melindungi Emery darinya,” pikir Sean.***Sean pergi menemui Emery keesokan harinya. Dia ingin mengatakan sesuatu pada Emery tentang Sienna. Sayangnya, ketika dia pergi ke ruangannya, Emery tidak ada di tempat.“Di mana dokter Emery?” tanya Sean pada perawat.“Dokter Emery barusan pergi. Katanya mau ke rumah profesor Rudiana,” pera
“Sebenarnya, ada hubungan apa di antara kalian berdua?” tanya Sean pada Ruben dan Emery, di sebuah ruangan tertutup. Mereka bicara bertiga di sana. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.“Apa maksudmu?” Ruben pura-pura tidak mengerti maksud ucapan Sean.“Tidak usah berpura-pura lagi denganku. Kalian berdua … hubungan kalian sudah sejauh mana sekarang?” desak Sean.“Maaf, kamu tidak sopan menanyakan hal itu pada kami,” Emery menimpali.Sean menoleh ke arah Emery. “Jawab saja pertanyaanku!”“Apa kamu mencurigai kami berdua?” Ruben agak cemas menanggapinya.“Tadi, kudengar Emery memanggil pamanku dengan sebutan ayah mertua. Aku tidak salah dengar, kan? Pendengaranku masih sangat bagus bahkan mendengar cicak merayap di dinding pun jelas terdengar di telingaku,” jelas Sean.Deg!Ruben menoleh ke belakang. Dia menatap Emery yang berdiri di belakangnya. Emery baru menyadarinya sekarang. Ternyata dia keceplosan bicara di depan Sean.‘Astaga! Ini salahku,’ Emery merasa bersalah.“Kenapa kal
“Bagaimana jika terjadi sesuatu yang mengerikan pada ayah mertuaku?” Emery jadi berburuk sangka.“Jangan bicara seperti itu! Sebaiknya kamu doakan yang terbaik saja untuk pamanku,” saran Sean.“Aku takut sekali. Kudengar dia mengalami komplikasi dari penyakit pneumonianya.” Emery masih menangis meski sedang bercerita pada Sean.“Kita tidak bisa mencegahnya. Itu sudah ketentuan takdir Tuhan, Emery,” hibur Sean. Dia berusaha menenangkan hati Emery yang masih gelisah. Perasaan bersalahnya masih mendominasi hatinya.“Aku tahu itu dan itu yang kutakutkan sekarang.”“Tenanglah! Kita doakan bersama-sama agar kesehatannya segera membaik.”Emery mengangguk. Dia menuruti nasihat Sean.“Apa kamu sudah merasa lebih baik sekarang?” Sean memastikan.“Ya, aku merasa sudah lebih baik. Terima kasih, Sean. Kamu sudah menemaniku malam ini,” ucap Emery.“Sama-sama, Emery. Kembalilah ke ruanganmu. Kamu bisa istirahat di sana. Atau … mau kuantarkan pulang?”“Tidak usah. Aku akan menemani Ruben di sini. Dia