Beranda / Romansa / Cinta Pertama Uncle Will / Bab 3. Lelaki Misterius

Share

Bab 3. Lelaki Misterius

Penulis: Intan SR
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-01 14:13:49

Malam semakin larut dan Ethan masih terus mencari keberadaan Alexandra. Perasaan tak enak terus menganggu perasaan Ethan meski yang telah melukai perasaan Alexandra adalah ibunya. Tapi tetap saja dia masih tak nyaman jika belum meminta maaf pada sepupunya itu dan membawanya pulang.

Semakin jauh Ethan berjalan, dia melihat bayangan perempuan sedang duduk di taman perumahannya. Tanpa memastikan lagi, Ethan yakin jika perempuan kecil itu adalah Alexandra.

“Ayo pulang,” ajak Ethan. Dia sudah berada di depan Alexandra yang wajahnya terus tertunduk.

“Aku nggak punya rumah, pulang ke mana?” Suara Alexandra terdengar bergetar. Perempuan itu hampir menangis.

“Kamu mau tidur di sini?”

“Kamu nggak denger kalau bibi Martha mengusirku tadi?”

“Ibu cuma emosi.”

“Tapi bibi nggak suka sama aku.”

Tiba-tiba Ethan berjongkok. Menangkup kedua sisi wajah Alexandra dan membuat perempuan itu sedikit terkejut. Alexandra yang tidak terbiasa mendapat perlakuan seperti itu dari lawan jenis tentu saja langsung memundurkan wajahnya.

Ethan yang tak tahu mengapa dia bersikap seperti itu langsung meminta maaf.

“Ayah nitipin kamu ke aku, sehari setelah kamu datang ke rumah kami. Kalau aku nggak bisa jaga kamu. Aku harus bilang apa ke ayah nanti?”

“Nggak apa-apa. Ini keputusan aku.”

Ethan tersenyum dengan jahil. “Kamu masih kecil. Kalau ada yang nyulik kamu, gimana?”

“Ya nggak gimana-gimana.”

“Keras kepala juga ya kamu.” Ethan tiba-tiba menarik lengan Alexandra. “Kalau kamu dimarahin sama ibu, aku janji jadi tameng kamu.”

**

Mobil hitam berhenti tak jauh di rumah Martha. Seorang lelaki menurunkan kaca jendela mobilnya hanya setengah dan melihat keadaan sekitar dari dalam.

“Bener ini rumahnya?” tanya lelaki itu.

“Benar Pak.”

“Terus mengenai kebakaran yang terjadi di rumah kakakku, gimana?”

“Detektif sudah memeriksa, katanya kecelakaan bukan disengaja.” Sopir yang ada di depan melihat bosnya melalui kaca spion. “Selama ini, saya tidak tahu kalau Bapak memiliki kakak.”

Lelaki itu tersenyum. Matanya kemudian teralihkan pada dua bayangan yang berjalan tidak seiringan. Seorang lelaki berjalan di belakang seorang perempuan. William langsung tahu kalau perempuan itu adalah anak dari kakaknya yang bernama Alexandra.

“Sebaiknya Anda harus segera membawa keponakan Anda pergi dari rumah itu, Pak.”

“Kenapa? Apa orang di rumah itu tidak bersikap baik pada Alex?”

“Alexa tidak diizinkan sekolah. Dan bibinya memperlakukan Alexa seperti pembantu.”

Tangan William terkepal. Dia memang belum pernah bertemu dengan Alexa secara langsung. Terakhir dia bertemu dengan Alexa adalah ketika gadis itu baru saja dilahirkan oleh ibunya.

William menjenguknya sebentar sebelum akhirnya dia pergi untuk bersekolah ke luar negeri.

William mengusap wajahnya dengan frustrasi. Ada semacam hal yang dia takutkan dalam dirinya. Seperti, apakah Alexa akan percaya padanya jika dia adalah paman Alexa? Apakah gadis itu akan nyaman untuk tinggal bersamanya?

Tetapi di sisi lain, William harus menepati janjinya pada kakak angkatnya itu. Jika terjadi sesuatu apa-apa pada dirinya, maka William harus menjaga Alexandra bagaimanapun caranya.

Tentu saja, William setuju karena dia harus membalas budi pada ayah Alexandra. Sebab berkat kakek dan nenek Alexandra, William tidak menjadi gelandangan setelah dibuang oleh orangtuanya sendiri.

**

Alexandra masuk dengan takut-takut, meski ada Ethan di sampingnya. Dia sudah tahu apa yang terjadi jika dirinya kembali ke rumah Oliver lagi.

Dan benar saja firasatnya mengatakan seperti itu. Karena baru menampakkan wajahnya saja, Martha sudah murka dan melemparkan vas bunga ke arah Alexandra hingga pecahan beling itu mengenai kakinya yang tak mengenakan alas apa-apa.

“Ibu!” seru Ethan tak percaya.

Martha dengan marah menunjukkan buku tabungan pada Alexandra.

“Kamu menumpang di sini, dan bersikap seolah-olah kamu tidak mempunyai apa-apa. Kamu menjadi benalu di sini padahal kamu diberikan tabungan oleh ayahmu sebanyak 2 milliar!”

Ethan terkejut dengan ucapan ibunya sendiri. Tapi dia tak berhak menghakimi Alexandra, karena uang itu adalah hak sepupunya.

“Oh aku tau, setelah kamu membuat kami jatuh miskin. Kamu pergi dengan uangmu sendiri dan mencampakkan kami, begitu kan?” tanya Martha lalu membuang buku tabungan itu ke wajah Alexandra.

Alexandra menggeleng lemah. “Bukan begitu Bi. Bukan begitu,” jawabnya.

“Alexa mau bilang malam ini, tapi bibi… “

“Alah alasan!” hardik Martha

“Bu, kenapa ibu begini sih,” Ethan malah semakin merasa bersalah karena mengajak Alexandra pulang ke rumah.

Sementara itu di luar rumah, William mendengar sumpah serapah dan amarah yang diucapkan oleh Martha pada keponakannya itu. Rasanya sangat menyakitkan melihat anak kesayangan kakaknya diperlakukan kasar oleh orang lain.

Di dalam rumah, Alexandra bahkan sudah tidak dapat menangis lagi. Dia hanya tergugu dan melihat kakinya yang terus mengeluarkan darah. Tapi mengapa dia tidak merasakan sakit itu lagi? Apakah dia sudah mati rasa?

“Kalau kamu memang benar mau memberikan pada kami, berikan uang itu untuk kami hidup. Kamu harus tanggung jawab atas kematian paman kamu Oliver,” kata Martha seolah membuat Alexandra menjadi tersangka dalam kasus kematian Oliver.

“Kenapa harus Alex yang harus bertanggungjawab?”

Suara berat itu terdengar dari pintu yang tidak dkunci oleh Ethan. Seorang lelaki masuk dengan kemeja putihnya yang rapi dan juga sepatunya yang mengkilap.

Mata Martha hampir copot karena melihat orang asing tidak melepas sepatunya saat masuk ke dalam rumahnya.

“Kam… kamu siapa?” tanya Martha.

“Aku? Aku pamannya Alex. Ehmm, Paman atau Om ya lebih cocoknya. Pokoknya seperti itu,” jawab William dengan santai.

Tak hanya Martha yang terkejut, tapi juga Alexandra yang tidak mengenal siapa William. Ataukah ada kerabat lain yang tidak dia kenal?

“Baguslah kalau begitu, kamu bisa bawa pergi anak ini. Tapi kuperingatkan, dia anak pembawa sial.”

William tersenyum mengejek Martha. “Apakah Anda masih percaya dengan hal seperti itu? Bagaimana kalau Alex adalah jimat keberuntungan saya?”

“Ah pokoknya bawa pergi anak ini dari rumahku!”

William melirik pecahan vas di depan matanya. Pandangannya kemudian terarah pada kaki Alexandra yang mengalirkan darah segar.

Tanpa berkata apa-apa, Wlliam kemudian membalut kaki Alexandra dengan sapu tangan yang ada di sakunya.

“Kayaknya kita harus ke rumah sakit dulu sebelum pulang ke rumah,” kata William.

“Rumah siapa?” tanya Alexandra pelan.

William mendongak, menyamakan pandangannya pada Alexandra.

“Tentu saja rumah kita.”

Bab terkait

  • Cinta Pertama Uncle Will   Bab 4. Rumah kita

    “Rumah kita?” tanya Alexandra tak percaya. “Om bilang rumah kita?” William mengangguk. Setelah mengusap puncak kepala Alexandra, dia kemudian berdiri dan menatap wajah Martha dengan mengintimidasi.“Saya akan bawa keponakan saya pergi, dan saya harap ke depannya Alexandra tidak perlu bertemu dengan Anda lagi.”Martha tersenyum sinis. “Baguslah kalau begitu, kalau perlu dari kemarin kamu bawa dia dari rumah ini.”William tidak membalas ucapan Martha, dia hendak membalikkan tubuhnya dan pergi tapi Martha ingin memperpanjang masalahnya dengan William.“Setidaknya kamu harus mengganti biaya ketika Alexandra tinggal di sini,” kata Martha yang membuat langkah William terhenti seketika.“Memangnya berapa biaya yang dibutuhkan Alex selama tinggal di sini? Saya lihat keponakan saya kurus dan tidak terurus.”“Satu milliar!”William tertawa sinis.“Evan!” panggil William.Seorang laki-laki yang tak lain adalah supir dan tangan kanan William masuk tak lama setelah itu.“Laporkan wanita ini atas

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Cinta Pertama Uncle Will   Bab 5. Trauma

    Alexandra tidak menyangka jika dia akan tinggal bersama seorang Om yang baru pertama kali ia temui. Berjalan dengan ragu, Alexandra selalu berjalan di belakang William sambil memandang punggung lelaki itu.Ketika William berhenti dari langkahnya, kepala Alexandra tak sengaja menabrak punggung William hingga terpental sedikit ke belakang.William menoleh ke belakang. “Kamu malu berjalan di sampingku?” tanya William.Alexandra menggeleng cepat.“Lalu?”“Itu… “William memindai bayangan Alexandra dari atas sampai bawah. “Untung aku minta Evan beli pakaian buat kamu,” katanya yang mengalihkan pembicaraan. Dia menarik lengan Alexandra agar berjalan di sampingnya. “Besok lusa kita akan daftar sekolah yang baru. Karena nggak mungkin kamu bersekoiah di tempat yang lama, kan? Jauh.”Apakah William selalu seperti itu? Seakan dia bicara pada dirinya sendiri?“Terserah Om,” jawab Alexandra.Ketika William berhenti di depan sebuah pintu. Alexandra yang berjalan lebih jauh langsung memutar kakinya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Cinta Pertama Uncle Will   Bab 6. William dan kekasihnya

    Alexandra tersentak dari tidurnya, mimpi buruknya masih berlangsung bahkan ketika dia sudah pindah dari rumah Martha.Namun perasaannya langsung lega ketika dia mendapati dirinya berada di apartemen William saat ini.Suara seorang wanita yang berkata-kata dengan manja mengejutkan Alexandra.Siapakah dia? Apakah kekasih om William?Alexandra menurunkan kakinya lalu berjalan ke arah pintu untuk mengintip siapa yang sebenarnya datang ke apartemen pamannya. Dia terkejut ketika melihat seorang wanita cantik dengan pakaian seksinya sedang mencium bibir om-nya seakan hal itu sudah biasa.“Pacar om William,” gumam Alexandra. Dia urung keluar karena tak mau menganggu kesenangan William pagi itu.“Tapi, om William kan lama di luar negeri, kenapa dia bisa punya pacar secepat ini?” gumam Alexandra lagi, tak mengerti bagaimana cara kerja mendapatkan kekasih meski baru datang dari luar negeri.“Alex! Sarapan sudah siap! Kamu mandi dulu setelah itu sarapan!” seru William. “Om langsung berangkat ke k

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Cinta Pertama Uncle Will   Bab 7. Kejutan Malam Alexandra

    Sudah delapan jam Willona berada di apartemen William, dan perempuan itu tak juga segera pergi seolah dia tak memiliki pekerjaan apa-apa selain memeluk William seharian.Alexandra yang malam itu sedang mempersiapkan dirinya untuk sekolah besok mencuri pandang bayangan William dan Willona. Dia merasa asing jika Willona berada di sana. Dan dia tak memiliki waktu untuk mengobrol berdua dengan omnya itu.Setelah menyiapkan pakaian seragam yang sudah dibeli oleh William. Alexandra duduk dan melihat wajahnya di cermin. Dia merasa wajahnya sangat kurus, jauh berbeda sebelum dia ditinggal pergi oleh ayah dan ibunya.Tiba-tiba saja bayangan masa lalu tentang orangtuanya terlintas dan membuat Alexandra merasa kesepian.Air mata menetes tanpa dia sadari dan membasahi pipi. Suara sesenggukan itu tanpa ia tahu terdengar sampai ke ruang tamu. Hingga membuat William menoleh dan menghampiri Alexandra yang sedang menangis di depan kaca rias.“Kamu kenapa, Alex?” tanya William. Lelaki jangkung itu suda

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Cinta Pertama Uncle Will   Bab 8. Debaran aneh

    Alexandra menutup mulutnya rapat-rapat. Dia berjalan menjauhi pintu karna terkejut.Tak jadi mengambil air untuk minum, Alexandra pun masuk kembali ke kamarnya.Dengan wajah yang memerah dan jantung yang berdegub Alexandra terus teringat dengan adegan itu.“Aku harus lupain!” gumam Alexandra sambil menggelengkan kepalanya.Akan tetapi, kejadian itu ternyata terus berputar di kepalanya sampai pagi tiba. Matanya menghitam karena tidak cukup tidur pada malam itu.Keluar dari kamarnya, Alexandra sudah menemukan William sedang memasakkan sarapan untuk dirinya. Sementara Willona sudah tidak ada di dalam kamar omnya maupun di mana-mana.“Tante Wilona ke mana, Om?” tanya Alexandra ragu.“Sudah pulang, barusan, kenapa?” tanya William.“Nggak apa-apa,” jawabnya gugup.William yang merasa jika nada bicara Alexandra terdengar aneh pun menoleh. Dia melihat keponakannya itu sedang menekuri kedua tangannya yang ada di atas meja.“Kamu mikir sekolah hari ini ya?” tanya William.Alexandra mendongak, m

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Cinta Pertama Uncle Will   Bab 9. Sentuhan lembut tanpa sengaja

    Seluruh murid terutama murid perempuan menoleh ke arah mobil William yang berhenti di sekolah mereka. Alexandra bukannya bangga tapi dia malu karena sudah menjadi pusat perhatian di hari pertama dia pindah sekolah.Lain halnya dengan William, sepertinya dia menyukai tatapan para murid apalagi guru muda yang tak berkedip melihatnya.“Om.” Alexandra meraih ujung jas William dengan jari-jarinya yang mungil.William berhenti kemudian menoleh ke arah Alexandra.“Kenapa?”“Besok… aku dianter sama om Evan aja, ya.”William terkejut mendengar permintaan dari Alexandra.“Kenapa? Kamu malu?”Alexandra tidak dapat menjawabnya. Dia hanya diam, kemudian mengikuti langkah William menuju ruang guru.Di hari pertama dia masuk sekolah. Semua murid memperhatikan Alexandra dari atas sampai bawah. Ada murid lelaki yang berbisik dan memuji ALexandra yang cantik.Namun, Alexandra tidak pernah menyangka jika dia akan ditanya oleh teman barunya, Emily yang duduk di sebelahnya.“Tadi papa kamu?” tanya Emily.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Cinta Pertama Uncle Will   Bab 10. Kejadian tadi malam

    Setelah kejadian tadi, keadaan di dalam mobil menjadi canggung. William menarik tangannya dan meremas stir karena tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah kurang wajar.Akan tetapi, sungguh dia tidak menyangka jika akan terjadi seperti tadi.William takut jika sudah membuat Alexandra tidak nyaman.Di sisi lain, Alexandra langsung membuang mukanya ke arah jendela. Tiba-tiba bayangan yang sudah berhasil dia hempaskan seharian ini datang kembali dan berkelebat dengan jelas di kepalanya.Dia malu, dia merasa ada yang aneh. Tapi dia tidak bisa marah karena tahu William tidak sengaja.Tetapi, suasana sudah terlanjur canggung karena William juga tak berkata apapun setelahnya.“Ehmm, aku ketemu teman di restoran steak, kamu gak ada alergi sama daging sapi, kan?” tanya William yang sebenarnya sama sekali tidak penting.“Aku ngga ada alergi sama makanan apapun om,” jawabnya.Lalu hening. Lagipula Alexandra juga tak tahu harus berkata apa pada William.“Maaf,” kata William dengan jelas.Alexandra

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Cinta Pertama Uncle Will   Bab 11. Permintaan maaf

    William tidak turun dari mobilnya ketika sudah sampai di parkir apartemen. Membuat Alexandra menatap omnya itu cukup lama.Seakan tahu apa yang dipikirkan oleh Alexandra, William pun berkata, “kamu masuklah duluan. Kalau urusanku selesai aku pulang,” katanya kemudian melajukan mobilnya seperti kesetanan.Alexandra memandang kepergian mobil William dengan perasaan bercampuraduk, takut jika William marah padanya karena sudah melanggar privasinya atau muak karena sifatnya yang ingin tahu.Perasaan sedih itu pun melanda Alexandra, karena pengalaman pahitnya dengan bibi Martha ia berpikir jika William bisa saja mengusirnya karena sudah menganggu kesenangannya dengan Wilona.**William ke apartemen Wilona setelah tahu jika perempuan itu sedang ada di sana.Willona langsung memeluk William begitu melihat lelaki tinggi itu berdiri di depan pintu apartemennya.“Kenapa? Kamu sudah kangen sama aku ya?” Wilona memeluk William dari belakang. Tapi oleh lelaki itu, Wilona langsung dihempaskan.“Kita

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29

Bab terbaru

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 157. tinggal kenangan

    Tiga puluh lima tahun kemudian, rumah tepi pantai itu masih berdiri megah dan menawan, dikelilingi oleh pemandangan yang sama indahnya seperti saat Alexandra dan William pertama kali menempatinya. Namun, kini Alexandra telah berusia 65 tahun dan William telah tiada. Di sore hari yang cerah itu, Alexandra duduk di balkon rumahnya, ditemani oleh anak-anak dan cucu-cucunya. Angin laut yang sepoi-sepoi membawa aroma asin yang familiar, membawa kenangan indah bersama William. "Ini benar-benar tempat yang indah, Bu," kata Michael, anak sulung Alexandra. Ia berdiri di sampingnya, memandang laut yang luas. "Aku bisa mengerti mengapa Ayah dan Ibu memilih tinggal di sini." "Ya, Ayahmu dan aku selalu merasa damai di sini," jawab Alexandra sambil tersenyum. "Setiap hari yang kita habiskan di sini adalah anugerah." Cucu-cucunya berlari-larian di pasir putih, tertawa riang. Sarah, cucu tertuanya, mendekati Alexandra dan memeluknya dengan erat. "Nenek, ceritakan lagi tentang kakek. Apa yang palin

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 156. akhir yang bahagia

    William dan Alexandra kini telah menetap di rumah impian mereka yang terletak di pinggir pantai yang indah. Setiap sore, mereka bersama anak mereka menikmati pemandangan matahari terbenam yang mempesona dari balkon rumah mereka. Angin laut yang sepoi-sepoi menerpa wajah mereka, menambah kenyamanan suasana kebersamaan keluarga kecil ini.Keduanya telah bekerja keras untuk mencapai impian ini, membangun rumah sederhana namun hangat, di mana mereka dapat menjalani kehidupan yang berkualitas bersama anak mereka. William, seorang pengusaha sukses, selalu meluangkan waktu untuk Alexandra dan anak mereka, sementara Alexandra, seorang penulis handal, selalu memastikan bahwa rumah mereka terjaga dan nyaman untuk ditinggali."Indah sekali sore ini," ujar Alexandra sambil memandang matahari yang perlahan-lahan tenggelam di cakrawala."Ya, benar-benar menakjubkan," jawab William. Ia merangkul Alexandra dengan hangat. "Setiap kali melihat pemandangan ini, aku merasa semua kerja keras kita terbayar

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 155. adegan yang hilang 3

    Satu minggu kemudian, Alexandra dan William pergi ke taman bermain setelah Alexandra mendapatkan nilai yang bagus di sekolah. Mereka berdua berjalan-jalan di taman yang ramai, menikmati suasana yang ceria."Lex, om sangat bangga padamu. Kamu sudah berusaha keras dan akhirnya mendapatkan nilai yang bagus," ucap William sambil tersenyum pada Alexandra."Terima kasih, Om. Aku senang bisa membuatmu bangga," jawab Alexandra sambil tersenyum cerah.Mereka berdua berjalan-jalan di sekitar taman bermain, melihat anak-anak yang sedang bermain dengan riang. Alexandra merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama William di tempat yang menyenangkan seperti itu.Mereka berdua naik perosotan, bermain ayunan, dan menikmati berbagai permainan di taman bermain. Alexandra merasa sangat bahagia bisa berada di sana bersama William, orang yang sangat ia sayangi.Setelah puas bermain, mereka duduk di bangku taman sambil menikmati pemandangan sekitar. "Terima kasih sudah membawaku ke sini, Om. Aku benar-b

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 155. adegan yang hilang

    "Lex aku akan pergi ke tempat Sarah. Kamu baik-baik saja kan di sini sendiri?" "Kapan om pulang?" "Mungkin besok pagi.""Hmm baiklah."Saat William hendak pergi dan hendak membuka pintu, tiba-tiba Alexandra merasa pusing yang sangat hebat. Dia mencoba berdiri tetapi kakinya lemas, lalu pingsan di pelukan William."Lex! Lex, bangun!" seru William panik sambil mencoba membangunkan Alexandra. Dia memegang wajah Alexandra dengan lembut, mencari tanda-tanda kesadaran.Karena khawatir terjadi apa-apa pada Alexandra akhirnya William membawanya ke rumah sakit. **Sementara itu, seorang perawat datang untuk membantu. Mereka bersama-sama mengangkat Alexandra ke tempat tidur yang tersedia di ruang gawat darurat.William duduk di samping tempat tidur, wajahnya penuh kekhawatiran. Dia menggenggam tangan Alexandra dengan erat, berharap gadis itu segera sadar.Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, Alexandra akhirnya membuka mata. Dia memandang sekeliling dengan bingung, tidak tahu

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 154. adegan yang hilang (Alexandra dan William) part 1

    William tiba di apartemennya setelah seharian kerja. Saat ia memasuki ruang tamu, ia melihat Alexandra tertidur pulas di balkon. Bulan purnama menerangi wajah muda Alexandra yang tenang. William menghampirinya dengan langkah hati-hati agar tidak membangunkannya. "Dingin sekali di sini," gumam William sambil menyelimuti Alexandra dengan lembut. Gadis itu merasa hangat dan sedikit menggeliat, tetapi tetap tertidur.Setelah meyakinkan diri bahwa Alexandra nyaman dengan selimutnya, William memutuskan untuk membopongnya ke dalam kamar. Tubuh Alexandra yang ringan membuatnya mudah diangkat. Langkahnya pelan, tidak ingin mengganggu tidur Alexandra yang lelap. Sampai di dalam kamar, William meletakkan Alexandra dengan lembut di atas tempat tidur. Ia memandang wajah gadis itu dengan penuh perhatian sejenak, lalu menutup pintu kamar perlahan ketika meninggalkannya untuk tidur dengan tenang.--Malam itu, Alexandra terbangun dari tidurnya dengan napas tersengal-sengal. Ia tampak gelisah, terli

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 153. kasus ditutup

    Evan duduk gelisah di ruang tamu rumahnya, memikirkan nasib Arini yang belum diketahui keberadaannya. Hatinya penuh kekhawatiran dan rasa bersalah karena tidak bisa melindungi Arini. Ponselnya tiba-tiba berdering, mengagetkannya. Dia buru-buru mengambilnya dan melihat panggilan masuk dari nomor polisi.Evan mengangkat telepon, "Halo, ini Evan.""Halo, Pak Evan. Kami dari kepolisian ingin memberitahukan bahwa Arini telah ditemukan. Dia sedang dirawat di rumah sakit setelah mengalami kejadian yang traumatis. Anda bisa menjemputnya di sana."Evan merasa lega, "Oh, syukurlah. Terima kasih banyak atas informasinya. Saya akan segera ke sana."Evan segera mengambil kunci mobilnya dan bergegas ke rumah sakit. Saat tiba di sana, dia langsung menuju ruang perawatan tempat Arini berada. Dia melihat Arini terbaring di tempat tidur, tampak lemah dan pucat, tetapi dia merasa lega melihat Arini selamat.Evan duduk di samping tempat tidur Arini. "Arini. Bagaimana kabarmu?"Arini dengan suara lemah. "

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 152. gila dan obsesi

    Polisi setelah menerima laporan penculikan dari Evan, segera melakukan penyelidikan dan menemukan keberadaan rumah Edward. Dengan sigap, mereka menggerebek rumah tersebut dengan harapan menemukan Arini.Saat polisi memasuki rumah, mereka menemukan Edward sedang berusaha untuk melarikan diri melalui pintu belakang. Dengan cepat, polisi mengejar dan berusaha menghentikannya. Namun, Edward menolak untuk menyerah dan terus berlari.Dalam keputusasaan, salah satu polisi memutuskan untuk menembak ke arah kaki Edward untuk menghentikannya. Peluru tersebut mengenai kakinya, membuat Edward jatuh tersungkur ke tanah dengan rasa sakit yang luar biasa.Polisi segera menangkap Edward dan memeriksanya untuk memastikan dia tidak membawa senjata atau bahaya lainnya. Setelah yakin aman, mereka membawanya ke mobil patroli dan membawanya ke kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.Sementara itu, Arini telah dibawa pulang oleh pria yang menolongnya di hutan. Dia merasa lega karena telah sela

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 151. kabur

    Arini duduk tegak di dalam kamar yang gelap dan hening. Dia merasa terjebak dalam situasi yang mencekam dan tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari situasi tersebut. Mendadak, pintu terbuka dan Edward masuk membawa sebuah piring makanan."Dengar, Arini. Aku tidak akan membiarkanmu kelaparan. Silakan makan," ucap Edward dengan suara yang tenang, lalu dia duduk di depan Arini.Arini menatap piring makanan itu dengan perasaan campur aduk. Dia tahu bahwa menolak akan membuat situasinya semakin buruk, tetapi dia juga tidak ingin bergantung pada Edward.Tanpa kata, Arini menerima piring makanan itu dari tangan Edward. Dia mencoba untuk memakannya dengan lambat, tetapi perasaannya yang campur aduk membuatnya kesulitan menelan makanan. Akhirnya, rasa mual yang teramat sangat membuatnya tidak tahan lagi, dan dia memuntahkan semua makanan yang sudah dimakan ke piring di hadapannya.Edward terkejut melihat tindakan Arini. "Kenapa kau melakukan itu, Arini? Aku mencoba untuk memperlakukanmu de

  • Cinta Pertama Uncle Will   bab 150. posesif

    Arini merasa panik ketika mobil yang dikemudikan oleh Edward semakin menjauh dari tempat pesta pernikahan. Dia mencoba untuk tetap tenang, tetapi kekhawatirannya semakin memuncak ketika dia menyadari bahwa dia sedang dibawa ke suatu tempat yang tidak diketahuinya.Edward tidak mengucapkan sepatah kata pun selama perjalanan. Arini mencoba mencari peluang untuk melarikan diri, tetapi dia sadar bahwa dia tidak bisa melawan sendirian. Dia merasa semakin terjebak dalam situasi yang mencekam.Setelah beberapa saat, mobil akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang besar dan mewah. Edward membawa Arini masuk ke dalam rumah tersebut tanpa berkata apa-apa. Arini mencoba untuk tetap tenang, tetapi ketakutan yang dirasakannya membuatnya gemetar.Di dalam rumah, Arini dibawa ke sebuah ruangan yang gelap. Edward menutup pintu dan duduk di depan Arini dengan tatapan dingin. "Kau tahu mengapa aku membawamu ke sini, kan?" ucap Edward dengan suara yang dingin.Arini menelan ludahnya. "Apa yang kau in

DMCA.com Protection Status