"Hei, Uki,” sapa teman Uki yang bernama Alan.Uki tidak menjawab sapaan Alan yang sudah berada di dekatnya. Dia masih memperhatikan mobil yang ditumpangi Laila yang sudah pergi.“Hhhh.” Terdengar embusan nafas Uki.“Ada apa?” tanya Alan seraya menengok ke arah pandang Uki.Uki memalingkan pandangannya ke arah Alan. Ada gurat kekecewaan yang terlihat di wajahnya.“Maaf, Lan. Tadi kamu menanyakan apa ya?” tanya Alan yang berada di samping Uki.“Apa kamu tadi mau mengikuti mobil yang baru saja pergi dari depan toserba itu?” tebak Alan.“Iya. Tadinya aku mengira adikku ikut mobil tersebut. Tapi, mungkin aku salah lihat. Eh, kamu dari mana mau ke mana, Lan?” tanya Uki.“Aku mau menjemput Ibu yang baru saja ikut majelis taklim di rumah temannya.”Uki dan Alan mengobrol sebentar tentang kegiatan mereka masing-masing. Mereka pernah bekerja di tempat yang sama, tetapi kini mereka sudah menekuni usaha masing-masing.Karena Uki sudah kehilangan jejak Laila, dia pun memutuskan untuk pulang ke des
“Apakah Mbak Asma masih ada keinginan untuk kembali dengan mantan suami?” Laila mengajukan pertanyaan kembali karena melihat Asma yang diam tidak memberikan jawaban apa pun.Arya mengurungkan diri untuk masuk ke dalam kamar Asma. Dia penasaran dengan jawaban Asma.“La, aku tidak akan menjadi orang bodoh lagi yang terperosok ke dalam lubang sama. Tetapi, aku tidak akan menghilangkan garis keturunan anakku. Karena walau bagaimanapun dia tetap ayah kandung anakku,” jawab Asma dengan suara tegas.“Maaf Mbak, kalau pertanyaanku membuka kembali luka Mbak Asma.”Asma tersenyum pada Laila. “Tidak apa-apa, La. Wajar kamu bertanya seperti itu karena ada anak diantara kami. Walaupun mantan suamiku tidak mengakui Randi sebagai darah dagingnya, tetapi aku tidak akan memutuskan hubungan itu.”'Mendengar jawaban Asma, mengapa hatiku senang. Apakah memang cinta lama yang sudah terkubur telah tumbuh lagi?’ gumam Arya di dalam hatinya seraya tersenyum tipis.“Kalau menikah lagi, Mbak Asma masih ada kei
"Maaf, Bu. Asma berencana mengajak Laila untuk mengontrak bersama. Dia juga ada rencana akan ngekos.” Asma mencoba menjelaskan rencananya kepada Ibu Intan.Asma menengok ke arah Laila yang duduk di kursi.“Yang dikatakan Mbak Asma benar, Bu. Kami memang berencana akan mencari kontrakan bersama.” Laila membenarkan ucapan Asma.Asma tersenyum mendapat jawaban Laila. Dia lega mendengarnya. Sejak tadi, Asma memang memikirkan apakah dia bisa hidup sendiri di kontrakan. Selama ini, dia memang belum pernah hidup sendiri.“Kalau seperti itu malah sangat bagus, Asma. Kita tidak akan khawatir dengan keadaanmu. Ibu sepakat seperti itu.”Asma tersenyum menatap Ibu Intan. Dia pun memeluk Ibu Intan dari samping. “Terima kasih, Bu. Ibu sudah sangat baik pada kami.”“Sama-sama. Kalau saja kamu bersedia menjadi istri Arya, Ibu sudah memboyongmu ke rumah bersama cucu ibu.”“Ih ibu kok membahas itu lagi,” ucap Asma dengan agak cemberut.Ibu Intan hanya tersenyum menanggapinya. Sejak dulu memang ibu Inta
"Maksudnya apa ya, Mbak?” tanya Laila berpura-pura tidak memahami maksud ucapan Khansa padanya.“Kamu tertarik pada Arya, kan?” tanya Khansa tanpa berbasa-basi seraya memandang ke arah Laila yang berada di sampingnya.Tatapan Laila bertemu dengan tatapan Khansa. Laila tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya dengan pertanyaan yang diajukan Khansa. Dia pun mengalihkan tatapannya.“Ti-tidak, Mbak. Aku tidak tertarik dengan Mas Arya,” elak Laila dengan suara tergagap.Khansa tersenyum seraya menepuk bahu Laila dengan lembut. “Sebenarnya jika kamu memang tertarik padanya, hal tersebut tidaklah salah. Tetapi, aku hanya ingin mengingatkanmu saja. Kendalikan perasaanmu. Jangan sampai masuk ke dalam hati yang paling dalam. Kamu akan patah hati.”“Apakah Mas Arya sudah mempunyai calon istri, Mbak?” tanya Laila yang masih penasaran.Khansa tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Raut muka Laila meminta penjelasan terkait peringatan Khansa. Khansa belum sempat menjelaskan maksud ucapannya, ib
“Maafkan Uki, Bu. Uki belum menemukan Asma. Uki berjanji akan lebih berusaha lagi. Insya Allah Laila juga akan membantu Uki. Apalagi, Laila akan mengontrak di kota. Semoga memudahkan kita mencari keberadaan Asma dan kita bisa segera menemukannya,” ucap Uki menggenggam tangan sang ibu.“Ibu takut terjadi sesuatu pada adikmu. Hampir 4 bulan adikmu menghilang dalam keadaan hamil. Mengapa adikmu tidak mau pulang ke rumah ini lagi, Ki?” Terdengar isak tangis kerinduan dari mulut sangibu.Pak Saryo yang baru saja pulang dari masjid, mengurungkan diri memasuki ruang tengah. Ada perasaan bersalah pada dirinya.Ingatannya melayang pada saat sang putri meminta restu untuk menikah dengan pacarnya. Sebagai ayah akhirnya dia mengizinkan sang putri menikah dengan laki-laki pilihannya, tetapi dia mengucapkan perkataan yang menyakiti sang anak. Dia ingat bahwa saat itu mengatakan agar sang putri tidak usah meminta tolong jika terjadi masalah dalam rumah tangganya. Dia sudah malu dengan ujaran para te
"Tidak, Mbak. Aku tidak trauma, tetapi untuk saat ini, aku ingin fokus pada anakku dulu. Belum ada setahun aku bercerai, aku juga masih belum tahu proses perceraianku.” Asma menjawab apa yang memang menjadi rencana untuk kehidupan dirinya.Khansa menghela nafasnya. Dia hanya ingin melihat Arya, laki-laki yang sudah dianggap adiknya berbahagia dengan wanita yang dicintainya. Dan dia melihat ada cinta di mata Arya untuk Asma.“Kalau memang hal itu yang kamu inginkan saat ini, aku tidak bisa memaksanya. Lakukan apa yang menurutmu baik. Tapi, kalau boleh tahu, bagaimana perasaanmu pada Arya?”Asma menghela nafas panjang. Sejujurnya dia belum mengetahui perasaannya sendiri. “Secara jujur, aku memang merasa nyaman berada di dekatnya seperti beberapa tahun yang lalu saat kami menjalin persahabatan. Aku merasakan kehadiran seseorang yang selalu melindungiku, menghiburku, mengingatkanku, seperti beberapa tahun yang lalu.”Khansa tersenyum mendengar jawaban Asma. Dia juga melihat ada cinta di
“Apakah Ibu setuju jika aku menjadi ayah sambung Randi?” tanya Arya memastikan maksud pertanyaan ibunya.Ibu Intan menatap putranya yang duduk di kursi yang ada di depannya.“Arya, kamu adalah anak satu-satunya ibu. Ibu ingin kamu melanjutkan kehidupanmu. Kamu tidak mungkin selamanya sendiri. Aisyah sudah tenang di tempatnya. Bagaimanapun juga kamu harus mencari pengganti Aisyah. Kamu membutuhkan penerus keluarga kita dan Ibu juga sudah menginginkan cucu darimu. Ibu sudah mengenal Asma sejak kalian masih duduk di bangku sekolah. Dia wanita yang baik. Apalagi kalian sudah pernah dekat, bahkan dulu ibu mengira kalian itu pacaran. Ibu tahu jika di dalam salah satu ruang hatimu masih ada setitik cinta yang tertinggal untuk Asma sejak dulu. Mungkin inilah yang dinamakan jodoh. Kalian dipertemukan kembali ketika diantara kalian sudah tidak ada pasangan di samping kalian. Dan kamu juga tahu, Randi masih membutuhkan sosok ayah dalam perkembangannya.”Ibu Intan mengemukakan pendapatnya pada Ar
"Mas Uki mengenal mas Arya? Aku mengenal Mas Arya dari Mbak Khansa, anak pengasuh pondok tempat aku mondok. Kalau enggak salah Mas Arya itu suami dari adiknya. Pada saat itu, kita tidak sengaja bertemu dan kebetulan kami sama-sama akan pergi ke panti asuhan, jadi mas Arya menawarkan tumpangan. Apa perlu aku menanyakannya pada Mas Arya tentang keberadaan mbak Asma?” Laila berusaha tenang ketika menjelaskan kebersamaannya dengan Arya agar tidak menimbulkan kecurigaan.“Iya, Arya pernah bersahabat dengan Asma. Aku mengira kamu dekat dengan Arya. Kemungkinan Asma bersama Arya kecil karena mereka tidak berkomunikasi lagi setelah lulus sekolah.”“Oh ya, apakah Mas Uki pernah menemui mantan suami Mbak Asma?” tanya Laila yang teringat dengan obrolannya bersama Asma dan Khansa terkait status perceraian Asma. Dia mencoba mengalihkan pembicaraan mengenai Arya.“Aku belum pernah menemui Tanto sejak dia menyerahkan surat gugatan cerai. Kami tidak memikirkan status perceraian Asma karena kami masih