“Bun, aku pergi dulu ya,” ucapku pada bunda.
“Iya Key, hati-hati!!” teriak bunda dari kamar tidur.
Aku bergegas ke rumah Danita karena, aku pikir ini sudah terlambat sekali.
“Assalamu'alaikum, Nit?” panggilku.
“Wa'alaikumussalam, bentar Key!” teriaknya dari dalam.
Tidak lama kemudian Danita keluar.
“Kamu cantik amat Nit?
Mau kemana?” ucapku meledek Danita.
“Udah yuk!! nanti terlambat,” ajak Danita tersipu malu setelah ku puji.
“Wkwkwk, Danita...Danita..,” bisik ku dengan tergeleng-geleng melihatnya yang salting.
“Ayo Key!!” serunya.
“Iya,” jawabku yang kemudian menyusulnya ke mobil.
Di restaurant
“Assalamu'alaikum,” salam ku pada Salman dan keluarganya.
“Wa'alaikumussalam, silahkan duduk, dok,” ucap orang tua Salman.
“Kenalkan Bu, Pak. Ini teman saya namanya Danita,” ucapku memperkenalkan Danita.
“Ouwhh iya, duduk nak Danita,” ucap orang tua Salman mempersilahkan Danita duduk.
“Maaf, Bu kami terlambat,” ucapku pada orang tua Salman.
“Tidak apa-apa, Ibu dan Bapak mengerti,” jawab mereka.
“Cuma Salman aja yang gak sabar dari tadi menanyakan dokter,” celetuk bapaknya Salman.
Salman tersipu malu karena ucapan bapaknya tadi.
“Enggak kok, dok, ” jawabnya.
“Bapak ini, apaan,” bisik Salman pada bapaknya yang membuatku canggung.
“Eumm, Danita ini kerja apa nak?” tanya bapaknya Salman.
“Saya seorang perawat, Pak,” jawab Danita.
“Oouwh satu rumah sakit sama dokter ini?” tanya ibunya Salman.
“Iya, Bu. Kebetulan kami teman dari kecil selalu bersama sampai kerja pun bareng,” jawab Danita.
Salman terus mencuri pandangan dariku, sampai dia terpergoki oleh ibunya.
“Salman!” panggil ibunya mengejutkannya. Kami pun tertawa melihat tingkah Salman yang terkejut dan menjadi salah tingkah.
“Dokter ini sudah lama bekerja sebagai dokter?” tanya bapaknya Salaman.
“Belum lama, pak. Baru sekitar 2 tahun,” jawabku.
“Jangan panggil dokter Bu, Pak, panggil saja Kiyomi. Ini kan non formal,” saranku pada mereka.
“Wkwkwk, tidak apa-apa nak,” jawab bapaknya Salman.
“Itu maunya kiyomi tidak apa-apa, pak,” ucap ibunya Salman pada bapaknya.
“Ya sudah, nak Kiyomi, ” jawab bapaknya Salman.
“Nak kiyomi berapa bersaudara?” tanya ibunya Salman.
“Cuma saya, bu,” jawabku.
“Oouwh, anak tunggal ya?” tanya bapaknya Salman.
“Iya, Pak,” jawabku.
“Kalau nak Danita?” tanya ibunya Salman.
“Saya dua bersaudara, Bu.Tapi, kakak saya sudah menikah,” jawab Danita.
“Bu, Salman ke kamar mandi dulu ya,” ucap salman yang kemudian pergi.Ia juga seperti memberi isyarat padaku kalau dia mau ke kamar mandi.
“Iya, nak take care,” jawab ibunya Salman.
Aku bingung dengan sikap Salman padaku, aku gak mau kalau dia salah tanggap dengan sikapku padanya selama ini. Aku hanya menganggapnya sebatas pasien dan gak lebih.
“Kyomi...,” panggil orang tua Salman mengejutkanku.
“Iya Bu, Pak??” jawabku terkejut dari lamunan.
“Kok melamun?” tanya ibunya Salman.
“Enggak, Bu tadi cuma kepikiran sama Bunda di rumah,” jawabku sedikit mengelak.
“Ouwh, Bundanya Kenapa? sakit?” tanya ibunya Salman.
“Enggak, Bu cuma kepikiran aja,” jawabku
Oo, iya mau pesen apa? tanya orang tua Salman padaku dan Danita.
“Saya english muffin dan minumnya lemon tea.” ucapku pada pelayan resto.
“Saya burrito dan minumnya lemon tea juga.” ucap Danita pada pelayan.
“Okay, saya beef steak dua, english muffin satu dan minumnya lemon tea tiga,” ucap ibunya Salman.
“Kamu suka english muffin juga, Kiyomi?” tanya ibunya Salman.
“Iya, saya dari kecil suka english muffin,” jawabku.
“Sama dengan Salman dia suka sekali dengan english muffin,” ucap ibunya Salman.
Aku hanya tersenyum menanggapi omongan ibunya Salman.
“Kemarin sepertinya Salman dijenguk dengan kakaknya?” tanyaku.
“Kakaknya?” tanya ibunya Salman.
“Iya, Bu.Yang menjenguk kemaren itu kakaknya tapi, saya tidak tanya namanya,” jawabku.
“Oalahh.. Iya itu kakaknya Salman, dia sudah lama tidak pulang makanya saya terkejut saat nak Kiyomi memberitahu saya tadi. Ternyata, dia masih peduli dengan adiknya,” jelas ibunya Salman.
Pembicaraan kami terpotong dengan datangnya makanan yang sudah dipesan tadi.Tapi, dimana Salman? batinku sambil mataku mencari dimana ia pergi kenapa lama sekali.
“Key, cari apa?” tanya Danita.
“Enggak,” jawabku.
“Ya udah,makan dulu yuk.”ajak ibunya Salman.
“Iya, Bu.” jawabku dan Danita.
Ckling..ckling...
Suara handphone ku yang menandakan ada pesan yang masuk, lalu kubuka.
“Dokter cantik tolong aku dong,” chatt dari nomor tak bernama dengan mengirimkan tempat yang di pintanya untuk ku datangi.
“Eumm, maaf Bu, Pak, Nit saya mau ke kamar mandi dulu,” ucapku.
“Iya, silahkan nak.”
“Mau kemana Key?” tanya Danita.
“Ke kamar mandi bentar,” jawabku.
Aku pun beranjak pergi dan mencari tempat yang dimaksudkan pengirim tadi.
“Wow.. Indah sekali,” ucapku dengan perasaan terpesona oleh tempat yang begitu romantis dengan pemandangan langit malam dan iringan musik yang begitu indah.
“Suka gak tempatnya, dokter cantik?” suara seseorang yang berasal dari belakang dan ternyata Salman.
“Suka sekali,” jawabku.
“Silahkan duduk, dokter cantik,” ucap Salman dengan mengulurkan tangannya padaku, yang seakan-akan menjadi pelayan ratu.Aku pun tersenyum senang dan tersipu malu.
“Kenapa kamu ngajak aku kesini?kan kita lagi dinner bareng keluarga kamu,” ucapku pada Salman.
“Dokter cantik maaf ya, tapi ini suprise dari pasien mu untuk dokter cantik,” ucap Salman.
Suasana berubah menjadi canggung, entah kenapa hatiku berdegup kencang.
“Dok,terimakasih atas semuanya, karena dokter aku bisa lebih bersyukur dengan keadaanku saat ini. Dan karena dokter juga aku lebih bisa memahami orang tuaku. Dokter bagaikan malaikat tak bersayap yang dikirim khusus untukku,” ucapnya dengan penuh makna yang tak bisa aku terima saat ini.Aku hanya terdiam dan hatiku tak beraturan.
“Dok, dengan semua yang telah dokter beri ke aku dan keluarga, izinkan aku membalas semua jasa dokter dengan menjaga dokter dimana pun dokter berada,” ucapnya dengan cinta yang ia miliki.
“Will you marry me?” ucapnya.
Aku terkejut dan tak bisa berkata-kata mendengar semua perkataannya.
“Aku sudah pernah katakan semuanya pada dirimu, bahwa sudah menjadi kewajiban ku untuk menyelamatkan nyawa setiap orang semampuku dan semua itu juga dengan izin Allah. Cukup kamu kembali berharap hanya pada tuhanmu itu salah satu cara kamu membalas semua yang kamu anggap sebagai hutang budi padaku. Untuk saat ini aku belum memikirkan tentang pernikahan karena, aku masih ingin menikmati masa muda dan pekerjaanku menolong sesama,” jawabku.
“Maaf, aku belum bisa menjawab sesuai yang kamu inginkan untuk saat ini,” jawabku padanya.
“It's okay, dok,” jawabnya dengan tersenyum tapi, aku faham ada rasa kecewa dalam hatinya itu semua manusiawi.
“Tapi aku anggap dokter sebagai kakak aku boleh kan?” tanyanya.
“Boleh gak ya?” jawabku dengan sedikit bercanda untuk menjernihkan suasana.
“Kalau gak boleh, aku gak mau theraphy lagi deh biar aku lumpuh selamanya,” ucapnya dengan sedikit merajuk untuk membujuk ku.
“Iya, boleh,” jawabku.
“Kita balik ke meja lagi yuk!! ”ajak ku.
“Ya udah ayo, dok. Sebelum yang punya meja ini datang,” ucapnya.
Aku terkejut ternyata dia cuma meminjam meja dinner romantis yang udah di booking orang.
“Jadi kamu cuma pinjam meja romantis ini?” tanyaku.
“Iya, tapi suka kan?” jawabnya.
“Lain kali kalau mau romantis modal ya,” jawabku meledekinya.
“Wkwkwkwk... Siap kakak,” jawabnya sambil tertawa.
“Kok kalian berdua?” tanya Ibu dan Bapak Salman.
“Hmmm..., iya tadi ketemu,Bu,” jawab Salman sambil melirikku dan tersenyum.
“Udah selesai makannya?” tanya Salman.
“Udah selesai, udah malem juga pulang yuk,” ajak orang tua Salman.
“Terimakasih lo Bu, Pak dinner malam ini,” ucapku.
“Iya, sama-sama dok. Senang dinner bareng Kiyomi dan Danita,” ucap orang tua Salman.
“Iya, Bu kami juga senang kenal Ibu dan Bapak,”ucap Danita.
“Kami pamit pulang ya Bu, Pak,” pamitku dan Danita.
Malam ini malam yang berhasil membuat hatiku berdegup tak beraturan.
“Gimana dinner semalam, Key?” tanya bunda padaku.“Alhamdulillah seru, Bun. Gak ada kendala juga,” jawabku dengan santai.“Baru kali ini kamu sampai diajak dinner bareng keluarga pasien. Ada apa Key?” tanya ayah ayang merasa curiga pada hubunganku dengan Salman.“Gak ada apa-apa, Yah. Keluarga Salman sampai begitu karena, waktu itu Salman kecelakaan karena kabur dari rumah. Dan dia sempat koma lalu Keyla sebagai dokter berhasil menyelamatkannya dengan izin Allah dan dia juga sering curhat ke Keyla lalu Keyla sarankan ke Salman untuk dekat dengan Allah. Keyla kasih buku tuntunan shalat biar Salman bisa belajar shalat. Makanya, orang tua Salman sampai seperti ini,” jawabku menjelaskan pada ayah dan bunda.“Keyla biasa aja, gak ada hubungan apa-apa dengan Salman,” jelas ku.“Kalau dia itu memang baik agama,nashob dan mampu menjaga kamu ya, gak apa-apa,” cletuk ayah.A
Siapa yang datang malam-malam begini? tanyaku dalam hati. Saat aku ingin mengambil baju tapi, ternyata bunda sudah siapkan baju untukku.“Baju ini? cuma nemuin tamu sebentar tapi, kenapa pakai baju sebagus ini?” gumam ku.“Key?” panggil bunda.“nanti turun sekalian bawa makanan yang sudah bunda siapkan di dapur ya!!” ucap Bunda.“Iya, Bun,” jawabku.Aku turun dan membawa makanan yang sudah disiapkan Bunda. Aku terkejut ternyata yang datang adalah dokter Izzam dan keluarganya.“Silahkan dinikmati!!” ujar ku pada orang tua dokter Izzam.“Key, duduk di samping ayah!” pinta bunda padaku. Aku pun duduk di samping ayah dan menyimak pembicaraan antara orang tuaku dan orang tua dokter Izzam.“Key,tadi ini nak Izzam sudah menelpon ayah. Ia meminta izin pada ayah untuk datang bersama keluarganya dengan maksud meminang mu,” ucap ayah.Ucapan ayah tadi membu
“Maaf, sus. Dokter Kiyomi dimana ya?” tanya Salman pada salah satu suster di rumah sakit.“Dokter Kiyomi hari ini sedang cuti. Ada apa ya?”jawab suster itu.“Euum, iya hari ini jadwal saya untuk theraphy,” jawab Salman.“Atas nama siapa ya mas?”tanya suster itu.“Atas nama Salman, sus,” jawab Salman.“Untuk sementara waktu pasien theraphy dokter Kiyomi akan ditangani oleh dokter Devi. ”ucap suster.“Terimakasih ya, sus,” jawab Salman.Salman penasaran kenapa dokter Kiyomi cuti. Akhirnya setelah theraphy selesai Salman pergi ke rumah dokter Kiyomi.“Ada acara apa ya mas?” tanya Salman pada tetangga di samping rumah dokter Kiyomi.“Oo..., itu ada acara pertunangan nanti malam mas,” jawab tetangga di samping rumah dokter Kiyomi.“Pertunangan??” tanyaku heran.“Iya mas pertunangan dokter
Ada apa ya, Pak? tanyaku pada kepala rumah sakit. Aku dipanggil oleh kepala rumah sakit ke ruangannya.“dr.Kiyomi, saya memanggil anda karena untuk sementara waktu anda dipindah tugaskan ke rumah sakit MARMARA UNIVERSITESI Prof.Dr.Asaf Ataseven Hastanesi,” jelas bapak kepala rumah sakit.“Kapan saya mulai dipindah tugaskan, Pak?” tanyaku.“Mulai esok, dok. Disana ada pasien yang membutuhkan bantuan dokter,” jawab bapak kepala rumah sakit.“Baik, Pak,” jawabku.“Kalau begitu saya permisi dulu ya, Pak,” pamit ku pergi dari ruangan.“Iya silahkan, dok,” jawab bapak kepala rumah sakit. Aku pergi dari ruangan itu dan langsung ke ruangan ku dan memberi tahu Danita yang kebetulan ada di ruangan ku.“Nit, aku besok dipindah tugaskan ke turki untuk sementara,” ucapku memberi tahu kepada Danita.“Turki?!” teriaknya terkejut mendengar nama nega
Bandara Internasional Attaturk,Turki.“Atatürk uluslararası havaalanına hoş geldiniz,” disambut dengan ucapan selamat datang oleh tour guide.“Teşekkürler” ucapku berterimakasih padanya.“Saya Syakira,” ucapnya memperkenalkan dirinya dan bersalaman padaku.“Saya orang indonesia ko, dok,” ucapnya padaku.“Jadi, kamu orang indonesia juga?” tanyaku.“Iya,jadi kakak dokter mau diantar kemana?” tanyanya padaku.“Marmara Guesthouse,” jawabku.“Langsung mau ke penginapan?” tanyanya.“Iya,” jawabku.Sepanjang jalanan kota Istanbul menyimpan banyak kenangan ku dan Farihah. Memandangi kota ini aku seperti berjalan dengan arah badan berbalik. Air mata seakan berucap "temanku banyak jatuh di kota ini, dan tuanku terhempas dari nya."Aku kembali pada tujuan yang harus fokus pada pekerjaan agar cepat perg
Harapan baru muncul dari berita yang nyonya Gracellia infokan padaku. Nomor telpon Farihah pun sudah kudapatkan.“Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi,” jawaban yang kudengar saat menelpon Farihah. Berkali-kali aku telpon Farihah tapi, nomornya tidak dapat dihubungi.Untuk apa aku nelpon Farihah? pikirku.Benar yang dikatakan nyonya Gracellia, jangan menoleh kebelakang lagi! Fokus untuk jalan ke depan!pikirku meyakinkan diriku untuk bisa fokus pada masa depanku.Cukup sudah memikirkan Savas karena, belum tentu Savas memikirkan ku dan mencari keberadaan ku.Handphone ku berdering menandakan ada panggilan masuk. Aku mengambil handphone yang ada di samping ku.“Assalamu'alaikum, dok,” ucapnya.[“Wa'alaikumussalam, bapak kepala rumah sakit?”] tanyaku.[“Iya, dok. Dokter besok bertugas di rumah sakit UNIVERSITAS MEDIPOL,”] ucap kepala rumah sakit.“Baik, Pak,” jawabku.
Tak pernah terpikirkan dalam benak ku untuk kembali mencari keberadaan nya. Disamping itu juga aku mencari tahu tentang Iyah. Ternyata tak semudah yang kupikirkan sebelumnya.Mengurusnya yang hilang ingatan dan tak jelas identitasnya. Handphone yang berdering mengalihkan fokus ku.“Hallo!!” sapa ku.[“Maaf, Key. Aku ganggu kamu,”] ucap Danita dari handphone.“Kenapa, Nit?” tanyaku.[“Besok jadwal Salman untuk theraphy terakhirnya dan dia minta ditemenin kamu walau cuma dari video call,”] jelasnya.Aku terkejut mendengar penjelasan Danita. Padahal Salman tahu kalau aku sudah bertunangan dengan dr.Izzam tapi, kenapa ia masih mendekati ku.“InsyaAllah, Nit.” jawabku. Aku harus bersifat profesional, siap tau setelah dia pulih dia menjauh.[“Dok, pasien atas nama Iyah bis
“Untuk sementara kamu tinggal di hotel ini sama aku dulu,” ujarku pada Iyah dengan menunjukkan kamar hotel. Kebetulan di hotel ini juga dalam satu kamar ada dua ranjang jadi bisa untuk Iyah.“Are you okay?” tanyaku melihatnya memegang kepala seperti sedang kesakitan.“He em,” jawabnya sambil tersenyum menoleh padaku.Dari awal masuk hotel sampai saat aku menunjukkan kamar hotel Iyah merasa pusing dan terus-menerus memegang kepalanya.“Hotel Marmara Guesthouse,” jawabku dengan menoleh kearah Iyah.Cetarrrr.....suara pecahan dari kamarku membuatku berbalik arah pergi ke kamar lagi.“Kamu kenapa? berbaring sini!!” ujar ku pada Iyah yang tak sen
Perlahan dr. Izzam mencoba meraih tangan ku untuk bergandeng dengannya. Lalu, Zarrah memukul tangan Izzam dan membuatnya tersipu malu saat aku menoleh ke arahnya. Zarrah pun mengejeknya,“Hayoo!? Tangan Kakak nakal!” seru Zarrah meledek dr. Izzam.dr.Izzam hanya tersipu malu, kemudian Zarrah menyatukan tangan ku dengan tangan dr. Izzam dan tersenyum padaku. Aku menoleh saling menatap wajah dengan dr. Izzam. Diwajahnya tampak cinta yang begitu besar nan tulus. Namun, di mataku terlihat realita yang bertolak belakang dengan realita cinta yang dimiliki oleh dr. Izzam.“Mau minum?” tanya dr. Izzam menawarkan ku. Aku menggelengkan kepala menolak tawaran dr. Izzam.“Kamu kok kelihatan pucat?” tanya dr. Izzam padaku.Muka ku terlihat pucat karena kelelahan mencari Savas kemarin, aku sampai lalai dengan kesehatanku sendiri. Lalu aku meminta izin kepada dr. Izzam untuk ke toilet sebentar. dr. Izzam memanggil Zarrah untuk menemaniku
November, bulan yang seharusnya menjadikan ku wanita paling bahagia didunia. Hari dalam bulan itu adalah hari spesial dalam sejarah hidupku. Hari pernikahanku dengan dr. Izzam, dress putih yang sudah tergantung di kamarku dan koper yang berisi pakaian telah tersusun rapih. Tapi, hari ini bukanlah hari terakhir namamu ada dalam sujud sepertiga malam ku. Rabbku juga tak akan melarang namamu tersebut oleh lisanku. Orang lain boleh menjadi imam ku tapi, orang lain tidak boleh menghentikan ku menyimpan mu dalam sepertiga malam ku.Danita sangat antusias mempersiapkan pernikahanku hari ini. Aku memilih Danita untuk merias ku di hari spesial ini.Aku duduk di meja rias, depan kaca dan memandangi wajahku yang sudah penuh dengan riasan make up.“Happy wedding, sayang,” ucap Bunda memelukku dari belakang.“Are you ready, Keyla?” tanya Danita yang ikut memelukku.Aku berbalik arah dan tersenyum kepada mereka. Aku sudah berjanji pada diriku untuk
"Assalamu'alaikum,” panggil seseorang dari depan pintu rumahku.“Wa'alaikumussalam?” jawab Ayah.Mendengar suara itu, aku bergegas membuka pintu dan ternyata sesuatu dengan harapan.“Masuk, Pak!” ucapku mempersilahkan tukang paket masuk.Akhirnya tukang paket itu datang ke rumah.“Ada apa ya, Dok?” tanya tukang paket.“Bapak mengantar paket untuk saya tadi pagi, kan?” tanyaku.“Iya, Dok,” jawabnya.“Bapak tahu siapa pengirim paket itu?” tanyaku lagi.“Wahhh.., saya gak tahu, Dok. Dipaket gak tertera nama pengirim,” jelasnya.“Ada masalah dengan paketnya, Dok?” tanyanya cemas terjadi kesalahan.“Bukan, Pak. Tapi, saya butuh nama pengirimnya,” jelas ku.“Maaf, Dok. Saya gak tahu,” tegasnya.“Ya sudah, terimakasih ya, Mbak,” ucapku.Dan tukang paket itu langsung pergi meninggalkan
"Assalamu'alaikum!! Permisi!!” teriakku dari pagar rumah di alamat yang diberikan Savas.Berharap ada yang menjawab dari dalam rumah tapi,“Mbaknya, cari siapa ya?” tanya tetangga yang lewat.“Penghuni rumah ini kemana ya, Bu?” tanyaku.“Rumah ini kosong, Mbak. Orangnya pindah sekitar tiga tahun yang lalu,” jawab Ibu itu.“Eumm, Ibu tahu pindahnya kemana?” tanyaku.“Kurang tahu jelasnya, Mbak,” jawabnya.“Coba mbaknya ke alamat ini!” ujar Ibu itu dengan memberikan alamat rumah Savas.Setelah Ibu itu menuliskan alamat rumahnya aku langsung pergi,“Terimakasih ya, Bu,” ucapku.“Iya, Mbak. Saya tinggal duluan ya, Mbak,” ucapnya.Aku langsung beranjak ke alamat rumah yang di tuliskan oleh Ibu itu.Namun, saat aku mengunjungi rumah itu hanya ada satpam yang berdiri didepan gerbang rumah.“Permisi, Pak,” ucapku.
"Kita ngeteh dulu, yuk!” ajak Umma saat mengantar Zarrah ke hotel penginapan dr. Izzam.“Iya, Umma. Kiyomi langsung pulang ke hotel Kiyomi aja,” tolak ku dengan canggung.“Ya udah, take care ya, Sayang,” ucap Umma.Jawabku dengan tersenyum dan,“Salam aja sama Ayah, dan orang tua Kiyomi ya, Umma,” pesanku.“Iya, nanti Umma sampaikan,” jawab Umma.Aku langsung kembali ke hotel. Saat aku sampai di depan hotel,“Kacan!!” teriak seseorang yang memanggilku. Sepertinya Syakira, pikirku dan tanpa berpikir panjang lagi aku menoleh kebelakang dan melihat Syakira yang berlari ke arahku.“Kacan, I yah pergi ke In do ne sia,” ucap Syakira terengah-engah setelah berlari-lari tadi.“Pergi?! Ke Indonesia?!” teriakku terkejut.Aku langsung berlari menuju kamar hotel melihat barang-barang Iyah. Aku memeriksa almari Iyah ternyata, barang-barang dan pakaian Iyah m
Lunch sederhana tapi, tak biasa. Dua keluarga yang terlihat sangat bahagia. Aku jadi tak sanggup menghancurkan suasana bahagia ini dengan wajah sedih ku ini. Aku mencoba tersenyum dan menghampiri meja makan keluarga.“Masyaallah datang juga calon mantu, Umma,” ucap Umma menyambut kedatanganku.Dan tawa bahagia yang ditunjukkan oleh keluarga untuk menyambut kedatanganku.“Ayo sayang, kemari!! Duduk di samping Bunda,” ujar Bunda padaku setelah aku bersalaman pada orang tua dr. Izzam.Dan tak lama kemudian Zarrah pun muncul dan,“Assalamu'alaikum,” ucap Zarrah.“Wa'alaikumussalam,” jawab serempak keluarga.“Cantik sekali Kakak aku,“ puji Zarrah padaku.Aku hanya tersenyum dan menjawab,“Zarrah juga cantik,” balik ku memuji Zarrah yang memang sangat cantik nan anggun.“Zarrah sudah lama di Istanbul sejak Zarrah pulang waktu kakak lamaran,“ ucap Zarrah pad
Savas“Apa kabar, Beymi?” pesan singkat dari handphone ku.“Alhamdulillah, baik,” jawabanku dari pesan singkat itu.“Aku tunggu di Blue mosque,” next pesan dari Savas.Karena aku sangat gembira tanpa batas, aku langsung beranjak pergi ke blue mosque tanpa dandanan. Sesampainya aku di blue mosque,“Welcome my Beymi,” sambut Savas di depan Blue Mosque membuatku sangat senang dan terharu sampai aku menangis.“Jangan menangis! Tunggu aku ya! Sebentar lagi kita...,” ucapnya dengan penuh cinta dan menunjukkan pelaminan indah, pelaminan impianku yang pernah ku ceritakan pada Savas.Aku tersenyum bahagia begitupun dengan Savas yang kemudian senyum tipis yang terlukis di wajahnya itu mulai memudar. Saat aku melihat ke arah pandangannya memandang ternyata,“Dokter?!” seru dr. Izzam dari belakang ku.Aku berbalik arah menjadi berdiri diantara Savas dan dr.Izzam.Kemudian Sa
Hari yang indah dan menyenangkan akan berlalu.“Terimakasih ya, Kacan untuk bahagia yang diberikan hari ini,” ucap Syakira.“Iya, Kakak dokter. Terimakasih untuk segalanya dan akan ku bayar atas semua pahit yang pernah dititipkan pada Kakak dokter,” ucap Iyah yang membuatku tertegun mendengarnya.Begitupun dengan Syakira yang terheran dan,“Kamu seperti pernah menjadi orang terdekat Kacan aja,” ledek Syakira.Iyah hanya tersenyum dan pergi masuk ke kamar hotel.Aku bersikap seolah tak terlalu menghiraukan ucapan Iyah tadi.“Kalau begitu Syakira pulang dulu ya, Kacan. Besok kalau mau pergi-pergi kabari saja Syakira,” ujarnya.“Iya, terimakasih ya!!” seruku.“Sama-sama, Kacan,” jawabnya yang kemudian beranjak pergi.Tak lama kemudian handphone ku berdering.Kuangkat telpon dari Bunda,“Assalamu'alaikum, Key?” ucap Bunda.“Wa'alaikum
Sesampainya kami di Ayasofya, ketika kaki melangkah masuk ke dalam Ayasofya di sambutlah kami dengan megahnya kubah yang menjadi tonggaknya arsitektur dunia. Bangunanya terus menunjukkan keanggunan dan kesucian pada masa yang telah dilaluinya. Dari kubah ini mengajarkan kepada para pengunjung tentang melekatnya dua budaya di Turki yaitu, budaya Ottoman dan budaya Byzantium. Pada sisi kubah menunjukkan dua ornamen yang berbeda pada setiap sisi yaitu oranamen gereja dan ornamen yang kental dengan Islam. Karena sejarah fungsi dari tempat ini yang berubah-ubah. Pada awal pembangunan tempat ini adalah gereja yang bernama Magna Ecclesia yang berarti gereja besar. Lalu, pada saat Muhammad Alfatih menaklukkan kota Konstatinopel gereja itu beralih fungsi menjadi masjid yang bernama Hagia Sophia yang berarti kebijaksanaan yang suci. Pada saat itu Muhammad Alfatih memasukkan interior islam seperti kaligrafi, mimbar dan masih banyak lagi. Kemudian pada masa Mustafa Kemal Attaturk bangunan ini d