“Untuk sementara kamu tinggal di hotel ini sama aku dulu,” ujarku pada Iyah dengan menunjukkan kamar hotel. Kebetulan di hotel ini juga dalam satu kamar ada dua ranjang jadi bisa untuk Iyah.
“Are you okay?” tanyaku melihatnya memegang kepala seperti sedang kesakitan.
“He em,” jawabnya sambil tersenyum menoleh padaku.
Dari awal masuk hotel sampai saat aku menunjukkan kamar hotel Iyah merasa pusing dan terus-menerus memegang kepalanya.
“Hotel Marmara Guesthouse,” jawabku dengan menoleh kearah Iyah.
Cetarrrr.....suara pecahan dari kamarku membuatku berbalik arah pergi ke kamar lagi.
“Kamu kenapa? berbaring sini!!” ujar ku pada Iyah yang tak sen
“Pas banget ya, kacan?kita sampai di jembatan Galata nya sore begini,” ujar Syakira.“Iya, jadi kita bisa menikmati sunset disini. Karena kata orang kalau kita mau menikmati indahnya sunset, ya di jembatan Galata ini,” jelasnya seperti mendongeng.Sekarang kita mau masuk ke jembatan itu atau kamu masih mau cerita?ledekku.“Hehehe,maaf kacan. Kita masuk sekarang,” ujarnya.Dan aku langsung masuk ke jembatan itu, sedangkan Syakira memarkirkan mobil.Jembatan Galata terkenal dengan jembatan romantis. Jembatan yang melintas di atas teluk Golden Horn, Istanbul. Dari jembatan ini kita bisa lihat
“Jangan lupa besok! Jam tujuh pagi Kacan,” teriaknya dari mobil mengingatkanku untuk travelling esok hari. Aku hanya tersenyum dan melambaikan jempol pada Syakira dan ia pergi. Saat aku kembali ke kamar aku melihat di kasur tidak ada Iyah, aku bergegas mencarinya di setiap sudut ruangan. “Iyah?! Iyah?!” panggilku mencari keberadaannya namun, Iyah tidak ada. Aku membersihkan diri sejenak dan pergi ke mini bar hotel. Aku melihat nyonya Gracellia bersama Iyah di mini bar mereka berbincang berdua dan aku langsung pergi ke hadapan mereka. “Iyah? Kakak cari kamu ke setiap sudut ruangan lo,” geramku
Sesampainya kami di Ayasofya, ketika kaki melangkah masuk ke dalam Ayasofya di sambutlah kami dengan megahnya kubah yang menjadi tonggaknya arsitektur dunia. Bangunanya terus menunjukkan keanggunan dan kesucian pada masa yang telah dilaluinya. Dari kubah ini mengajarkan kepada para pengunjung tentang melekatnya dua budaya di Turki yaitu, budaya Ottoman dan budaya Byzantium. Pada sisi kubah menunjukkan dua ornamen yang berbeda pada setiap sisi yaitu oranamen gereja dan ornamen yang kental dengan Islam. Karena sejarah fungsi dari tempat ini yang berubah-ubah. Pada awal pembangunan tempat ini adalah gereja yang bernama Magna Ecclesia yang berarti gereja besar. Lalu, pada saat Muhammad Alfatih menaklukkan kota Konstatinopel gereja itu beralih fungsi menjadi masjid yang bernama Hagia Sophia yang berarti kebijaksanaan yang suci. Pada saat itu Muhammad Alfatih memasukkan interior islam seperti kaligrafi, mimbar dan masih banyak lagi. Kemudian pada masa Mustafa Kemal Attaturk bangunan ini d
Hari yang indah dan menyenangkan akan berlalu.“Terimakasih ya, Kacan untuk bahagia yang diberikan hari ini,” ucap Syakira.“Iya, Kakak dokter. Terimakasih untuk segalanya dan akan ku bayar atas semua pahit yang pernah dititipkan pada Kakak dokter,” ucap Iyah yang membuatku tertegun mendengarnya.Begitupun dengan Syakira yang terheran dan,“Kamu seperti pernah menjadi orang terdekat Kacan aja,” ledek Syakira.Iyah hanya tersenyum dan pergi masuk ke kamar hotel.Aku bersikap seolah tak terlalu menghiraukan ucapan Iyah tadi.“Kalau begitu Syakira pulang dulu ya, Kacan. Besok kalau mau pergi-pergi kabari saja Syakira,” ujarnya.“Iya, terimakasih ya!!” seruku.“Sama-sama, Kacan,” jawabnya yang kemudian beranjak pergi.Tak lama kemudian handphone ku berdering.Kuangkat telpon dari Bunda,“Assalamu'alaikum, Key?” ucap Bunda.“Wa'alaikum
Savas“Apa kabar, Beymi?” pesan singkat dari handphone ku.“Alhamdulillah, baik,” jawabanku dari pesan singkat itu.“Aku tunggu di Blue mosque,” next pesan dari Savas.Karena aku sangat gembira tanpa batas, aku langsung beranjak pergi ke blue mosque tanpa dandanan. Sesampainya aku di blue mosque,“Welcome my Beymi,” sambut Savas di depan Blue Mosque membuatku sangat senang dan terharu sampai aku menangis.“Jangan menangis! Tunggu aku ya! Sebentar lagi kita...,” ucapnya dengan penuh cinta dan menunjukkan pelaminan indah, pelaminan impianku yang pernah ku ceritakan pada Savas.Aku tersenyum bahagia begitupun dengan Savas yang kemudian senyum tipis yang terlukis di wajahnya itu mulai memudar. Saat aku melihat ke arah pandangannya memandang ternyata,“Dokter?!” seru dr. Izzam dari belakang ku.Aku berbalik arah menjadi berdiri diantara Savas dan dr.Izzam.Kemudian Sa
Lunch sederhana tapi, tak biasa. Dua keluarga yang terlihat sangat bahagia. Aku jadi tak sanggup menghancurkan suasana bahagia ini dengan wajah sedih ku ini. Aku mencoba tersenyum dan menghampiri meja makan keluarga.“Masyaallah datang juga calon mantu, Umma,” ucap Umma menyambut kedatanganku.Dan tawa bahagia yang ditunjukkan oleh keluarga untuk menyambut kedatanganku.“Ayo sayang, kemari!! Duduk di samping Bunda,” ujar Bunda padaku setelah aku bersalaman pada orang tua dr. Izzam.Dan tak lama kemudian Zarrah pun muncul dan,“Assalamu'alaikum,” ucap Zarrah.“Wa'alaikumussalam,” jawab serempak keluarga.“Cantik sekali Kakak aku,“ puji Zarrah padaku.Aku hanya tersenyum dan menjawab,“Zarrah juga cantik,” balik ku memuji Zarrah yang memang sangat cantik nan anggun.“Zarrah sudah lama di Istanbul sejak Zarrah pulang waktu kakak lamaran,“ ucap Zarrah pad
"Kita ngeteh dulu, yuk!” ajak Umma saat mengantar Zarrah ke hotel penginapan dr. Izzam.“Iya, Umma. Kiyomi langsung pulang ke hotel Kiyomi aja,” tolak ku dengan canggung.“Ya udah, take care ya, Sayang,” ucap Umma.Jawabku dengan tersenyum dan,“Salam aja sama Ayah, dan orang tua Kiyomi ya, Umma,” pesanku.“Iya, nanti Umma sampaikan,” jawab Umma.Aku langsung kembali ke hotel. Saat aku sampai di depan hotel,“Kacan!!” teriak seseorang yang memanggilku. Sepertinya Syakira, pikirku dan tanpa berpikir panjang lagi aku menoleh kebelakang dan melihat Syakira yang berlari ke arahku.“Kacan, I yah pergi ke In do ne sia,” ucap Syakira terengah-engah setelah berlari-lari tadi.“Pergi?! Ke Indonesia?!” teriakku terkejut.Aku langsung berlari menuju kamar hotel melihat barang-barang Iyah. Aku memeriksa almari Iyah ternyata, barang-barang dan pakaian Iyah m
"Assalamu'alaikum!! Permisi!!” teriakku dari pagar rumah di alamat yang diberikan Savas.Berharap ada yang menjawab dari dalam rumah tapi,“Mbaknya, cari siapa ya?” tanya tetangga yang lewat.“Penghuni rumah ini kemana ya, Bu?” tanyaku.“Rumah ini kosong, Mbak. Orangnya pindah sekitar tiga tahun yang lalu,” jawab Ibu itu.“Eumm, Ibu tahu pindahnya kemana?” tanyaku.“Kurang tahu jelasnya, Mbak,” jawabnya.“Coba mbaknya ke alamat ini!” ujar Ibu itu dengan memberikan alamat rumah Savas.Setelah Ibu itu menuliskan alamat rumahnya aku langsung pergi,“Terimakasih ya, Bu,” ucapku.“Iya, Mbak. Saya tinggal duluan ya, Mbak,” ucapnya.Aku langsung beranjak ke alamat rumah yang di tuliskan oleh Ibu itu.Namun, saat aku mengunjungi rumah itu hanya ada satpam yang berdiri didepan gerbang rumah.“Permisi, Pak,” ucapku.
Perlahan dr. Izzam mencoba meraih tangan ku untuk bergandeng dengannya. Lalu, Zarrah memukul tangan Izzam dan membuatnya tersipu malu saat aku menoleh ke arahnya. Zarrah pun mengejeknya,“Hayoo!? Tangan Kakak nakal!” seru Zarrah meledek dr. Izzam.dr.Izzam hanya tersipu malu, kemudian Zarrah menyatukan tangan ku dengan tangan dr. Izzam dan tersenyum padaku. Aku menoleh saling menatap wajah dengan dr. Izzam. Diwajahnya tampak cinta yang begitu besar nan tulus. Namun, di mataku terlihat realita yang bertolak belakang dengan realita cinta yang dimiliki oleh dr. Izzam.“Mau minum?” tanya dr. Izzam menawarkan ku. Aku menggelengkan kepala menolak tawaran dr. Izzam.“Kamu kok kelihatan pucat?” tanya dr. Izzam padaku.Muka ku terlihat pucat karena kelelahan mencari Savas kemarin, aku sampai lalai dengan kesehatanku sendiri. Lalu aku meminta izin kepada dr. Izzam untuk ke toilet sebentar. dr. Izzam memanggil Zarrah untuk menemaniku
November, bulan yang seharusnya menjadikan ku wanita paling bahagia didunia. Hari dalam bulan itu adalah hari spesial dalam sejarah hidupku. Hari pernikahanku dengan dr. Izzam, dress putih yang sudah tergantung di kamarku dan koper yang berisi pakaian telah tersusun rapih. Tapi, hari ini bukanlah hari terakhir namamu ada dalam sujud sepertiga malam ku. Rabbku juga tak akan melarang namamu tersebut oleh lisanku. Orang lain boleh menjadi imam ku tapi, orang lain tidak boleh menghentikan ku menyimpan mu dalam sepertiga malam ku.Danita sangat antusias mempersiapkan pernikahanku hari ini. Aku memilih Danita untuk merias ku di hari spesial ini.Aku duduk di meja rias, depan kaca dan memandangi wajahku yang sudah penuh dengan riasan make up.“Happy wedding, sayang,” ucap Bunda memelukku dari belakang.“Are you ready, Keyla?” tanya Danita yang ikut memelukku.Aku berbalik arah dan tersenyum kepada mereka. Aku sudah berjanji pada diriku untuk
"Assalamu'alaikum,” panggil seseorang dari depan pintu rumahku.“Wa'alaikumussalam?” jawab Ayah.Mendengar suara itu, aku bergegas membuka pintu dan ternyata sesuatu dengan harapan.“Masuk, Pak!” ucapku mempersilahkan tukang paket masuk.Akhirnya tukang paket itu datang ke rumah.“Ada apa ya, Dok?” tanya tukang paket.“Bapak mengantar paket untuk saya tadi pagi, kan?” tanyaku.“Iya, Dok,” jawabnya.“Bapak tahu siapa pengirim paket itu?” tanyaku lagi.“Wahhh.., saya gak tahu, Dok. Dipaket gak tertera nama pengirim,” jelasnya.“Ada masalah dengan paketnya, Dok?” tanyanya cemas terjadi kesalahan.“Bukan, Pak. Tapi, saya butuh nama pengirimnya,” jelas ku.“Maaf, Dok. Saya gak tahu,” tegasnya.“Ya sudah, terimakasih ya, Mbak,” ucapku.Dan tukang paket itu langsung pergi meninggalkan
"Assalamu'alaikum!! Permisi!!” teriakku dari pagar rumah di alamat yang diberikan Savas.Berharap ada yang menjawab dari dalam rumah tapi,“Mbaknya, cari siapa ya?” tanya tetangga yang lewat.“Penghuni rumah ini kemana ya, Bu?” tanyaku.“Rumah ini kosong, Mbak. Orangnya pindah sekitar tiga tahun yang lalu,” jawab Ibu itu.“Eumm, Ibu tahu pindahnya kemana?” tanyaku.“Kurang tahu jelasnya, Mbak,” jawabnya.“Coba mbaknya ke alamat ini!” ujar Ibu itu dengan memberikan alamat rumah Savas.Setelah Ibu itu menuliskan alamat rumahnya aku langsung pergi,“Terimakasih ya, Bu,” ucapku.“Iya, Mbak. Saya tinggal duluan ya, Mbak,” ucapnya.Aku langsung beranjak ke alamat rumah yang di tuliskan oleh Ibu itu.Namun, saat aku mengunjungi rumah itu hanya ada satpam yang berdiri didepan gerbang rumah.“Permisi, Pak,” ucapku.
"Kita ngeteh dulu, yuk!” ajak Umma saat mengantar Zarrah ke hotel penginapan dr. Izzam.“Iya, Umma. Kiyomi langsung pulang ke hotel Kiyomi aja,” tolak ku dengan canggung.“Ya udah, take care ya, Sayang,” ucap Umma.Jawabku dengan tersenyum dan,“Salam aja sama Ayah, dan orang tua Kiyomi ya, Umma,” pesanku.“Iya, nanti Umma sampaikan,” jawab Umma.Aku langsung kembali ke hotel. Saat aku sampai di depan hotel,“Kacan!!” teriak seseorang yang memanggilku. Sepertinya Syakira, pikirku dan tanpa berpikir panjang lagi aku menoleh kebelakang dan melihat Syakira yang berlari ke arahku.“Kacan, I yah pergi ke In do ne sia,” ucap Syakira terengah-engah setelah berlari-lari tadi.“Pergi?! Ke Indonesia?!” teriakku terkejut.Aku langsung berlari menuju kamar hotel melihat barang-barang Iyah. Aku memeriksa almari Iyah ternyata, barang-barang dan pakaian Iyah m
Lunch sederhana tapi, tak biasa. Dua keluarga yang terlihat sangat bahagia. Aku jadi tak sanggup menghancurkan suasana bahagia ini dengan wajah sedih ku ini. Aku mencoba tersenyum dan menghampiri meja makan keluarga.“Masyaallah datang juga calon mantu, Umma,” ucap Umma menyambut kedatanganku.Dan tawa bahagia yang ditunjukkan oleh keluarga untuk menyambut kedatanganku.“Ayo sayang, kemari!! Duduk di samping Bunda,” ujar Bunda padaku setelah aku bersalaman pada orang tua dr. Izzam.Dan tak lama kemudian Zarrah pun muncul dan,“Assalamu'alaikum,” ucap Zarrah.“Wa'alaikumussalam,” jawab serempak keluarga.“Cantik sekali Kakak aku,“ puji Zarrah padaku.Aku hanya tersenyum dan menjawab,“Zarrah juga cantik,” balik ku memuji Zarrah yang memang sangat cantik nan anggun.“Zarrah sudah lama di Istanbul sejak Zarrah pulang waktu kakak lamaran,“ ucap Zarrah pad
Savas“Apa kabar, Beymi?” pesan singkat dari handphone ku.“Alhamdulillah, baik,” jawabanku dari pesan singkat itu.“Aku tunggu di Blue mosque,” next pesan dari Savas.Karena aku sangat gembira tanpa batas, aku langsung beranjak pergi ke blue mosque tanpa dandanan. Sesampainya aku di blue mosque,“Welcome my Beymi,” sambut Savas di depan Blue Mosque membuatku sangat senang dan terharu sampai aku menangis.“Jangan menangis! Tunggu aku ya! Sebentar lagi kita...,” ucapnya dengan penuh cinta dan menunjukkan pelaminan indah, pelaminan impianku yang pernah ku ceritakan pada Savas.Aku tersenyum bahagia begitupun dengan Savas yang kemudian senyum tipis yang terlukis di wajahnya itu mulai memudar. Saat aku melihat ke arah pandangannya memandang ternyata,“Dokter?!” seru dr. Izzam dari belakang ku.Aku berbalik arah menjadi berdiri diantara Savas dan dr.Izzam.Kemudian Sa
Hari yang indah dan menyenangkan akan berlalu.“Terimakasih ya, Kacan untuk bahagia yang diberikan hari ini,” ucap Syakira.“Iya, Kakak dokter. Terimakasih untuk segalanya dan akan ku bayar atas semua pahit yang pernah dititipkan pada Kakak dokter,” ucap Iyah yang membuatku tertegun mendengarnya.Begitupun dengan Syakira yang terheran dan,“Kamu seperti pernah menjadi orang terdekat Kacan aja,” ledek Syakira.Iyah hanya tersenyum dan pergi masuk ke kamar hotel.Aku bersikap seolah tak terlalu menghiraukan ucapan Iyah tadi.“Kalau begitu Syakira pulang dulu ya, Kacan. Besok kalau mau pergi-pergi kabari saja Syakira,” ujarnya.“Iya, terimakasih ya!!” seruku.“Sama-sama, Kacan,” jawabnya yang kemudian beranjak pergi.Tak lama kemudian handphone ku berdering.Kuangkat telpon dari Bunda,“Assalamu'alaikum, Key?” ucap Bunda.“Wa'alaikum
Sesampainya kami di Ayasofya, ketika kaki melangkah masuk ke dalam Ayasofya di sambutlah kami dengan megahnya kubah yang menjadi tonggaknya arsitektur dunia. Bangunanya terus menunjukkan keanggunan dan kesucian pada masa yang telah dilaluinya. Dari kubah ini mengajarkan kepada para pengunjung tentang melekatnya dua budaya di Turki yaitu, budaya Ottoman dan budaya Byzantium. Pada sisi kubah menunjukkan dua ornamen yang berbeda pada setiap sisi yaitu oranamen gereja dan ornamen yang kental dengan Islam. Karena sejarah fungsi dari tempat ini yang berubah-ubah. Pada awal pembangunan tempat ini adalah gereja yang bernama Magna Ecclesia yang berarti gereja besar. Lalu, pada saat Muhammad Alfatih menaklukkan kota Konstatinopel gereja itu beralih fungsi menjadi masjid yang bernama Hagia Sophia yang berarti kebijaksanaan yang suci. Pada saat itu Muhammad Alfatih memasukkan interior islam seperti kaligrafi, mimbar dan masih banyak lagi. Kemudian pada masa Mustafa Kemal Attaturk bangunan ini d