“Gimana dinner semalam, Key?” tanya bunda padaku.
“Alhamdulillah seru, Bun. Gak ada kendala juga,” jawabku dengan santai.
“Baru kali ini kamu sampai diajak dinner bareng keluarga pasien. Ada apa Key?” tanya ayah ayang merasa curiga pada hubunganku dengan Salman.
“Gak ada apa-apa, Yah. Keluarga Salman sampai begitu karena, waktu itu Salman kecelakaan karena kabur dari rumah. Dan dia sempat koma lalu Keyla sebagai dokter berhasil menyelamatkannya dengan izin Allah dan dia juga sering curhat ke Keyla lalu Keyla sarankan ke Salman untuk dekat dengan Allah. Keyla kasih buku tuntunan shalat biar Salman bisa belajar shalat. Makanya, orang tua Salman sampai seperti ini,” jawabku menjelaskan pada ayah dan bunda.
“Keyla biasa aja, gak ada hubungan apa-apa dengan Salman,” jelas ku.
“Kalau dia itu memang baik agama,nashob dan mampu menjaga kamu ya, gak apa-apa,” cletuk ayah.
Aku jadi teringat pernyataan Salman semalam.
“Yah, sebenarnya semalam itu Salman meminta hubungan yang lebih serius lagi denganku,” ucapku.
“Lalu?” tanya ayah dan bunda dengan serius.
“Keyla tolak karena Keyla belum kepikiran tentang hal itu dan Keyla masih ingin menikmati kesendirian Keyla,” jawabku.
“Kapan kamu ini mau menjalin hubungan yang serius?” tanya ayah dengan geram.
“Nanti kalau Keyla sudah menemukan seseorang yang sesuai dengan Keyla dan Keyla nyaman dengannya,” jawabku pada bunda dan ayah.
“Ya sudah, tapi ingat!! rambut ayah dan bunda mu ini sudah mulai memutih,” jawab ayah yang membuatku tertegun.
“Hmmm, Keyla pergi dulu ya Bun,Yah. Kita lanjut lain waktu lagi,” ucapku pada ayah dan bunda.
“Assalamu'alaikum,” salam ku pada mereka.
“Wa'alaikumussalam.”jawab mereka.
Walaupun aku merasa mempunyai perasaan yang lebih pada Salman tapi, itu bukan berarti aku menaruh hati padanya. Aku juga tidak mengerti perasaan apa yang aku miliki untuk Salman.
“Dokter Keyla ditunggu di ruangan dokter Izzam,” ucap perawat padaku.
“Iya, terimakasih,” jawabku.
“Ada apa ya?” gumam ku.
Aku pun bergegas ke ruangan dokter Izzam.
“Assalamu'alaikum, dok?" ucapku sambil mengetuk pintu ruangan dokter Izzam.
“Wa'alaikumussalam, masuk dok!” jawab dokter Izzam memintaku masuk ke ruangannya.
“Selamat pagi dok,” ucap dokter Izzam.
Aku merasa aneh dengan sikap dokter Izzam yang ini.
“Ada apa ya, dok?” tanya ku.
"Nanti malam dokter bisa pulang cepat?" tanya nya padaku.
“Ada apa memang, dok?” tanyaku yang semakin penasaran padanya.
“Tidak apa-apa, dok,” jawabnya dengan santai.
“Eumm,bisa saya pergi sekarang?” tanyaku dengan kesal.
“Silahkan!!” ucap dokter Izzam mempersilahkan ku pergi.
Aku kesal karena perlakuan dokter Izzam yang tidak jelas ini.
“Key?? kamu kenapa?” tanya Danita.
“Nanti aja, sekarang kerja dulu,” ujarku pada Danita.
“Ya udah,nanti kita ketemu ditempat biasa ya,” jawab Danita.
Kemudian pergi dan aku belum sempat menjawabnya karena, pasien yang datang silih bergantian.
“Dok, sudah ditunggu para pasien diruang consult,” ucap perawat.
“Iya,saya segera ke ruangan,” jawabku yang kemudian bergegas ke ruangan consult.
Melihat para pasien yang duduk menunggu di luar ruangan.
Karena musim pancaroba, banyak diantara pasien yang terkena flu, batuk dan demam.
“Jangan lupa diambil obatnya ya, Bu!” ujarku.
“Iya, terimakasih dok,” jawabnya.
“Alhamdulillah, selesai semua pekerjaan,” ujar ku dalam hati.
“Key?boleh masuk?” ucap Danita dari luar ruangan.
“Iya, Nit masuk aja!” jawabku dari dalam ruangan.Kemudian Danita masuk dan,
“Kenapa? semalam juga kok aneh?” tanya Danita dengan penasaran.
“Semalam tuh, ada chatt dari nomor tidak dikenal dan dalam chatt itu orangnya meminta tolong sama aku. Kemudian aku datang ke tempat yang sudah ia kirim lewat handphone padaku. Saat aku ketempat itu,aku melihat tempat itu indah sekali. Tempat romantis dengan iringan musik ditempat terbuka. Kemudian, Salman ada ditempat dan ternyata memang dia yabg menyiapkan semua itu. Dan ditempat itu ia mengajakku ke hubungan yang lebih dekat lagi dan lebih serius,” jelas ku pada Danita menceritakan kejadian semalam.
“Terus kamu gimana?” tanyanya.
“Aku jawab kalau aku belum memikirkan tentang itu dan aku masih ingin menikmati status ku saat ini dengan pekerjaanku ini,” jawab ku pada Danita.
“Kalau dokter Izzam tadi kenapa?” tanya Danita.
“Dokter Izzam tadi meminta ku datang ke ruangannya tapi, saat aku datang ia menanyakan ku. Apakah aku bisa pulang lebih cepat malam ini? saat aku tanya balik ada apa ya, dok? ia menjawab tidak apa-apa. Dan intinya gak jelas apa yang dokter Izzam katakan padaku tadi. Itu yang membuatku kesal,” jawab ku.
“Berarti malam ini kamu pulang lebih cepat lagi?” tanya Danita.
“Iya kayaknya, soalnya pekerjaanku juga sudah hampir selesai semuanya,” jawabku.
“Kamu gimana semalam? ngobrol apa saja saat aku pergi dari meja makan?” tanyaku pada Danita.
“Yahh, Ibunya Salman menceritakan tentang Salman. Orang tua Salman itu sangat menyenangkan orangnya,” jawab Danita yang sepertinya ia senang berbincang-bincang dengan orang tua Salman.Saat sedang seru bercerita dengan Danita,
“Dok, ada pasien datang di ruangan IGD,” ucap perawat memberitahuku.
“Iya saya segera menyusul,” ucapku yang kemudian bergegas ke ruangan IGD.Ternyata pasien cepat siuman setelah ditangani. Jadinya aku tidak terlambat pulang malam ini.
“Udah pukul 22:30 malam,” desis ku.
“Nit,aku pulang duluan ya,” pamit ku pada Danita.
“Iya, duluan aja,” jawabnya.
“Kabar-kabar kalau ada berita baik,” bisik nya mengejekku.
“Hustttt..., kerja sana jangan mikir yang aneh-aneh,” ucapku pada Danita.
Aku masih penasaran, apa maksud omongan dokter Izzam tadi pagi. Hati ku berdebar seperti menandakan bahwa akan ada sesuatu yang istimewa dan hal besar akan datang.
“Assalamu'alaikum,” ucapku sambil membuka pintu rumahku.
“Wa'alaikumussalam,” jawab Ayah dan Bunda.
“Tumben pulang cepat, Key?” tanya bunda padaku.
“Iya, Bun,” jawabku yang tak lama kemudian pergi ke kamar untuk bersih-bersih badan.
Ding dong...ding dong....
“Assalamu'alaikum,” ucap seseorang.
“Wa'alaikumussalam,” jawab Ayah dan Bunda.
Tak lama kemudian bunda mengetuk pintu kamar ku.
Tok..tok...
“Key?!” seru bunda.
“Iya, Bun,” jawabku dari dalam kamar.
Kemudian aku buka pintu kamar dan kemudian bunda masuk.
“Key, ada tamu cepetan turun,ya!!” ujar bunda padaku.
“Iya, Bun sebentar lagi,” jawabku.
Siapa yang datang malam-malam begini? tanyaku dalam hati. Saat aku ingin mengambil baju tapi, ternyata bunda sudah siapkan baju untukku.“Baju ini? cuma nemuin tamu sebentar tapi, kenapa pakai baju sebagus ini?” gumam ku.“Key?” panggil bunda.“nanti turun sekalian bawa makanan yang sudah bunda siapkan di dapur ya!!” ucap Bunda.“Iya, Bun,” jawabku.Aku turun dan membawa makanan yang sudah disiapkan Bunda. Aku terkejut ternyata yang datang adalah dokter Izzam dan keluarganya.“Silahkan dinikmati!!” ujar ku pada orang tua dokter Izzam.“Key, duduk di samping ayah!” pinta bunda padaku. Aku pun duduk di samping ayah dan menyimak pembicaraan antara orang tuaku dan orang tua dokter Izzam.“Key,tadi ini nak Izzam sudah menelpon ayah. Ia meminta izin pada ayah untuk datang bersama keluarganya dengan maksud meminang mu,” ucap ayah.Ucapan ayah tadi membu
“Maaf, sus. Dokter Kiyomi dimana ya?” tanya Salman pada salah satu suster di rumah sakit.“Dokter Kiyomi hari ini sedang cuti. Ada apa ya?”jawab suster itu.“Euum, iya hari ini jadwal saya untuk theraphy,” jawab Salman.“Atas nama siapa ya mas?”tanya suster itu.“Atas nama Salman, sus,” jawab Salman.“Untuk sementara waktu pasien theraphy dokter Kiyomi akan ditangani oleh dokter Devi. ”ucap suster.“Terimakasih ya, sus,” jawab Salman.Salman penasaran kenapa dokter Kiyomi cuti. Akhirnya setelah theraphy selesai Salman pergi ke rumah dokter Kiyomi.“Ada acara apa ya mas?” tanya Salman pada tetangga di samping rumah dokter Kiyomi.“Oo..., itu ada acara pertunangan nanti malam mas,” jawab tetangga di samping rumah dokter Kiyomi.“Pertunangan??” tanyaku heran.“Iya mas pertunangan dokter
Ada apa ya, Pak? tanyaku pada kepala rumah sakit. Aku dipanggil oleh kepala rumah sakit ke ruangannya.“dr.Kiyomi, saya memanggil anda karena untuk sementara waktu anda dipindah tugaskan ke rumah sakit MARMARA UNIVERSITESI Prof.Dr.Asaf Ataseven Hastanesi,” jelas bapak kepala rumah sakit.“Kapan saya mulai dipindah tugaskan, Pak?” tanyaku.“Mulai esok, dok. Disana ada pasien yang membutuhkan bantuan dokter,” jawab bapak kepala rumah sakit.“Baik, Pak,” jawabku.“Kalau begitu saya permisi dulu ya, Pak,” pamit ku pergi dari ruangan.“Iya silahkan, dok,” jawab bapak kepala rumah sakit. Aku pergi dari ruangan itu dan langsung ke ruangan ku dan memberi tahu Danita yang kebetulan ada di ruangan ku.“Nit, aku besok dipindah tugaskan ke turki untuk sementara,” ucapku memberi tahu kepada Danita.“Turki?!” teriaknya terkejut mendengar nama nega
Bandara Internasional Attaturk,Turki.“Atatürk uluslararası havaalanına hoş geldiniz,” disambut dengan ucapan selamat datang oleh tour guide.“Teşekkürler” ucapku berterimakasih padanya.“Saya Syakira,” ucapnya memperkenalkan dirinya dan bersalaman padaku.“Saya orang indonesia ko, dok,” ucapnya padaku.“Jadi, kamu orang indonesia juga?” tanyaku.“Iya,jadi kakak dokter mau diantar kemana?” tanyanya padaku.“Marmara Guesthouse,” jawabku.“Langsung mau ke penginapan?” tanyanya.“Iya,” jawabku.Sepanjang jalanan kota Istanbul menyimpan banyak kenangan ku dan Farihah. Memandangi kota ini aku seperti berjalan dengan arah badan berbalik. Air mata seakan berucap "temanku banyak jatuh di kota ini, dan tuanku terhempas dari nya."Aku kembali pada tujuan yang harus fokus pada pekerjaan agar cepat perg
Harapan baru muncul dari berita yang nyonya Gracellia infokan padaku. Nomor telpon Farihah pun sudah kudapatkan.“Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi,” jawaban yang kudengar saat menelpon Farihah. Berkali-kali aku telpon Farihah tapi, nomornya tidak dapat dihubungi.Untuk apa aku nelpon Farihah? pikirku.Benar yang dikatakan nyonya Gracellia, jangan menoleh kebelakang lagi! Fokus untuk jalan ke depan!pikirku meyakinkan diriku untuk bisa fokus pada masa depanku.Cukup sudah memikirkan Savas karena, belum tentu Savas memikirkan ku dan mencari keberadaan ku.Handphone ku berdering menandakan ada panggilan masuk. Aku mengambil handphone yang ada di samping ku.“Assalamu'alaikum, dok,” ucapnya.[“Wa'alaikumussalam, bapak kepala rumah sakit?”] tanyaku.[“Iya, dok. Dokter besok bertugas di rumah sakit UNIVERSITAS MEDIPOL,”] ucap kepala rumah sakit.“Baik, Pak,” jawabku.
Tak pernah terpikirkan dalam benak ku untuk kembali mencari keberadaan nya. Disamping itu juga aku mencari tahu tentang Iyah. Ternyata tak semudah yang kupikirkan sebelumnya.Mengurusnya yang hilang ingatan dan tak jelas identitasnya. Handphone yang berdering mengalihkan fokus ku.“Hallo!!” sapa ku.[“Maaf, Key. Aku ganggu kamu,”] ucap Danita dari handphone.“Kenapa, Nit?” tanyaku.[“Besok jadwal Salman untuk theraphy terakhirnya dan dia minta ditemenin kamu walau cuma dari video call,”] jelasnya.Aku terkejut mendengar penjelasan Danita. Padahal Salman tahu kalau aku sudah bertunangan dengan dr.Izzam tapi, kenapa ia masih mendekati ku.“InsyaAllah, Nit.” jawabku. Aku harus bersifat profesional, siap tau setelah dia pulih dia menjauh.[“Dok, pasien atas nama Iyah bis
“Untuk sementara kamu tinggal di hotel ini sama aku dulu,” ujarku pada Iyah dengan menunjukkan kamar hotel. Kebetulan di hotel ini juga dalam satu kamar ada dua ranjang jadi bisa untuk Iyah.“Are you okay?” tanyaku melihatnya memegang kepala seperti sedang kesakitan.“He em,” jawabnya sambil tersenyum menoleh padaku.Dari awal masuk hotel sampai saat aku menunjukkan kamar hotel Iyah merasa pusing dan terus-menerus memegang kepalanya.“Hotel Marmara Guesthouse,” jawabku dengan menoleh kearah Iyah.Cetarrrr.....suara pecahan dari kamarku membuatku berbalik arah pergi ke kamar lagi.“Kamu kenapa? berbaring sini!!” ujar ku pada Iyah yang tak sen
“Pas banget ya, kacan?kita sampai di jembatan Galata nya sore begini,” ujar Syakira.“Iya, jadi kita bisa menikmati sunset disini. Karena kata orang kalau kita mau menikmati indahnya sunset, ya di jembatan Galata ini,” jelasnya seperti mendongeng.Sekarang kita mau masuk ke jembatan itu atau kamu masih mau cerita?ledekku.“Hehehe,maaf kacan. Kita masuk sekarang,” ujarnya.Dan aku langsung masuk ke jembatan itu, sedangkan Syakira memarkirkan mobil.Jembatan Galata terkenal dengan jembatan romantis. Jembatan yang melintas di atas teluk Golden Horn, Istanbul. Dari jembatan ini kita bisa lihat
Perlahan dr. Izzam mencoba meraih tangan ku untuk bergandeng dengannya. Lalu, Zarrah memukul tangan Izzam dan membuatnya tersipu malu saat aku menoleh ke arahnya. Zarrah pun mengejeknya,“Hayoo!? Tangan Kakak nakal!” seru Zarrah meledek dr. Izzam.dr.Izzam hanya tersipu malu, kemudian Zarrah menyatukan tangan ku dengan tangan dr. Izzam dan tersenyum padaku. Aku menoleh saling menatap wajah dengan dr. Izzam. Diwajahnya tampak cinta yang begitu besar nan tulus. Namun, di mataku terlihat realita yang bertolak belakang dengan realita cinta yang dimiliki oleh dr. Izzam.“Mau minum?” tanya dr. Izzam menawarkan ku. Aku menggelengkan kepala menolak tawaran dr. Izzam.“Kamu kok kelihatan pucat?” tanya dr. Izzam padaku.Muka ku terlihat pucat karena kelelahan mencari Savas kemarin, aku sampai lalai dengan kesehatanku sendiri. Lalu aku meminta izin kepada dr. Izzam untuk ke toilet sebentar. dr. Izzam memanggil Zarrah untuk menemaniku
November, bulan yang seharusnya menjadikan ku wanita paling bahagia didunia. Hari dalam bulan itu adalah hari spesial dalam sejarah hidupku. Hari pernikahanku dengan dr. Izzam, dress putih yang sudah tergantung di kamarku dan koper yang berisi pakaian telah tersusun rapih. Tapi, hari ini bukanlah hari terakhir namamu ada dalam sujud sepertiga malam ku. Rabbku juga tak akan melarang namamu tersebut oleh lisanku. Orang lain boleh menjadi imam ku tapi, orang lain tidak boleh menghentikan ku menyimpan mu dalam sepertiga malam ku.Danita sangat antusias mempersiapkan pernikahanku hari ini. Aku memilih Danita untuk merias ku di hari spesial ini.Aku duduk di meja rias, depan kaca dan memandangi wajahku yang sudah penuh dengan riasan make up.“Happy wedding, sayang,” ucap Bunda memelukku dari belakang.“Are you ready, Keyla?” tanya Danita yang ikut memelukku.Aku berbalik arah dan tersenyum kepada mereka. Aku sudah berjanji pada diriku untuk
"Assalamu'alaikum,” panggil seseorang dari depan pintu rumahku.“Wa'alaikumussalam?” jawab Ayah.Mendengar suara itu, aku bergegas membuka pintu dan ternyata sesuatu dengan harapan.“Masuk, Pak!” ucapku mempersilahkan tukang paket masuk.Akhirnya tukang paket itu datang ke rumah.“Ada apa ya, Dok?” tanya tukang paket.“Bapak mengantar paket untuk saya tadi pagi, kan?” tanyaku.“Iya, Dok,” jawabnya.“Bapak tahu siapa pengirim paket itu?” tanyaku lagi.“Wahhh.., saya gak tahu, Dok. Dipaket gak tertera nama pengirim,” jelasnya.“Ada masalah dengan paketnya, Dok?” tanyanya cemas terjadi kesalahan.“Bukan, Pak. Tapi, saya butuh nama pengirimnya,” jelas ku.“Maaf, Dok. Saya gak tahu,” tegasnya.“Ya sudah, terimakasih ya, Mbak,” ucapku.Dan tukang paket itu langsung pergi meninggalkan
"Assalamu'alaikum!! Permisi!!” teriakku dari pagar rumah di alamat yang diberikan Savas.Berharap ada yang menjawab dari dalam rumah tapi,“Mbaknya, cari siapa ya?” tanya tetangga yang lewat.“Penghuni rumah ini kemana ya, Bu?” tanyaku.“Rumah ini kosong, Mbak. Orangnya pindah sekitar tiga tahun yang lalu,” jawab Ibu itu.“Eumm, Ibu tahu pindahnya kemana?” tanyaku.“Kurang tahu jelasnya, Mbak,” jawabnya.“Coba mbaknya ke alamat ini!” ujar Ibu itu dengan memberikan alamat rumah Savas.Setelah Ibu itu menuliskan alamat rumahnya aku langsung pergi,“Terimakasih ya, Bu,” ucapku.“Iya, Mbak. Saya tinggal duluan ya, Mbak,” ucapnya.Aku langsung beranjak ke alamat rumah yang di tuliskan oleh Ibu itu.Namun, saat aku mengunjungi rumah itu hanya ada satpam yang berdiri didepan gerbang rumah.“Permisi, Pak,” ucapku.
"Kita ngeteh dulu, yuk!” ajak Umma saat mengantar Zarrah ke hotel penginapan dr. Izzam.“Iya, Umma. Kiyomi langsung pulang ke hotel Kiyomi aja,” tolak ku dengan canggung.“Ya udah, take care ya, Sayang,” ucap Umma.Jawabku dengan tersenyum dan,“Salam aja sama Ayah, dan orang tua Kiyomi ya, Umma,” pesanku.“Iya, nanti Umma sampaikan,” jawab Umma.Aku langsung kembali ke hotel. Saat aku sampai di depan hotel,“Kacan!!” teriak seseorang yang memanggilku. Sepertinya Syakira, pikirku dan tanpa berpikir panjang lagi aku menoleh kebelakang dan melihat Syakira yang berlari ke arahku.“Kacan, I yah pergi ke In do ne sia,” ucap Syakira terengah-engah setelah berlari-lari tadi.“Pergi?! Ke Indonesia?!” teriakku terkejut.Aku langsung berlari menuju kamar hotel melihat barang-barang Iyah. Aku memeriksa almari Iyah ternyata, barang-barang dan pakaian Iyah m
Lunch sederhana tapi, tak biasa. Dua keluarga yang terlihat sangat bahagia. Aku jadi tak sanggup menghancurkan suasana bahagia ini dengan wajah sedih ku ini. Aku mencoba tersenyum dan menghampiri meja makan keluarga.“Masyaallah datang juga calon mantu, Umma,” ucap Umma menyambut kedatanganku.Dan tawa bahagia yang ditunjukkan oleh keluarga untuk menyambut kedatanganku.“Ayo sayang, kemari!! Duduk di samping Bunda,” ujar Bunda padaku setelah aku bersalaman pada orang tua dr. Izzam.Dan tak lama kemudian Zarrah pun muncul dan,“Assalamu'alaikum,” ucap Zarrah.“Wa'alaikumussalam,” jawab serempak keluarga.“Cantik sekali Kakak aku,“ puji Zarrah padaku.Aku hanya tersenyum dan menjawab,“Zarrah juga cantik,” balik ku memuji Zarrah yang memang sangat cantik nan anggun.“Zarrah sudah lama di Istanbul sejak Zarrah pulang waktu kakak lamaran,“ ucap Zarrah pad
Savas“Apa kabar, Beymi?” pesan singkat dari handphone ku.“Alhamdulillah, baik,” jawabanku dari pesan singkat itu.“Aku tunggu di Blue mosque,” next pesan dari Savas.Karena aku sangat gembira tanpa batas, aku langsung beranjak pergi ke blue mosque tanpa dandanan. Sesampainya aku di blue mosque,“Welcome my Beymi,” sambut Savas di depan Blue Mosque membuatku sangat senang dan terharu sampai aku menangis.“Jangan menangis! Tunggu aku ya! Sebentar lagi kita...,” ucapnya dengan penuh cinta dan menunjukkan pelaminan indah, pelaminan impianku yang pernah ku ceritakan pada Savas.Aku tersenyum bahagia begitupun dengan Savas yang kemudian senyum tipis yang terlukis di wajahnya itu mulai memudar. Saat aku melihat ke arah pandangannya memandang ternyata,“Dokter?!” seru dr. Izzam dari belakang ku.Aku berbalik arah menjadi berdiri diantara Savas dan dr.Izzam.Kemudian Sa
Hari yang indah dan menyenangkan akan berlalu.“Terimakasih ya, Kacan untuk bahagia yang diberikan hari ini,” ucap Syakira.“Iya, Kakak dokter. Terimakasih untuk segalanya dan akan ku bayar atas semua pahit yang pernah dititipkan pada Kakak dokter,” ucap Iyah yang membuatku tertegun mendengarnya.Begitupun dengan Syakira yang terheran dan,“Kamu seperti pernah menjadi orang terdekat Kacan aja,” ledek Syakira.Iyah hanya tersenyum dan pergi masuk ke kamar hotel.Aku bersikap seolah tak terlalu menghiraukan ucapan Iyah tadi.“Kalau begitu Syakira pulang dulu ya, Kacan. Besok kalau mau pergi-pergi kabari saja Syakira,” ujarnya.“Iya, terimakasih ya!!” seruku.“Sama-sama, Kacan,” jawabnya yang kemudian beranjak pergi.Tak lama kemudian handphone ku berdering.Kuangkat telpon dari Bunda,“Assalamu'alaikum, Key?” ucap Bunda.“Wa'alaikum
Sesampainya kami di Ayasofya, ketika kaki melangkah masuk ke dalam Ayasofya di sambutlah kami dengan megahnya kubah yang menjadi tonggaknya arsitektur dunia. Bangunanya terus menunjukkan keanggunan dan kesucian pada masa yang telah dilaluinya. Dari kubah ini mengajarkan kepada para pengunjung tentang melekatnya dua budaya di Turki yaitu, budaya Ottoman dan budaya Byzantium. Pada sisi kubah menunjukkan dua ornamen yang berbeda pada setiap sisi yaitu oranamen gereja dan ornamen yang kental dengan Islam. Karena sejarah fungsi dari tempat ini yang berubah-ubah. Pada awal pembangunan tempat ini adalah gereja yang bernama Magna Ecclesia yang berarti gereja besar. Lalu, pada saat Muhammad Alfatih menaklukkan kota Konstatinopel gereja itu beralih fungsi menjadi masjid yang bernama Hagia Sophia yang berarti kebijaksanaan yang suci. Pada saat itu Muhammad Alfatih memasukkan interior islam seperti kaligrafi, mimbar dan masih banyak lagi. Kemudian pada masa Mustafa Kemal Attaturk bangunan ini d