Tak ada dongeng di dunia nyata.
Terlebih dongeng tentang penyihir dan seorang ksatria. Mereka tidak akan pernah bahagia. Sebab dongeng indah hanya untuk pangeran dan putri raja.
Atas permintaan Jonathan acara pernikahan itu pun digelar secara sederhana. Pemberkatan yang digelar di salah satu gereja di Surabaya Barat hanya dihadiri oleh keluarga. Di salah satu gereja elit dengan bangunan bernuansa putih dan berlantai marmer, lukisan-lukisan kisah kristus di langit-langitnya serta deretan tempat duduk jemaat yang dihiasi pita-pita cantik, juga bunga-bunga segar; camelia, mawar, ponny hingga krisan itu Eleanor dan Jonathan berdiri berdampingan menghadap sang pastor untuk mengucapkan janji pernikahan. Eleanor dengan gaun brokat satin putih berlengan panjang dengan potongan dada rendah serta tundung transparan yang menutupi wajahnya terlihat tenang dan anggun saat mengucapkan janji pernikahan dengan bimbingan sang pastor. Sementara Jonathan dengan setelan tuxendo hitam dan sarung tangan putih tampak memandang lurus ke depan seolah memikirkan sesuatu.
Di barisan depan kursi jemaat duduk Liem Hok dengan wajah masamnya lalu ayah Eleanor dengan pandangan mata berkaca-kaca, beberapa kali dia pun tampak melepas kacamatanya dan mengelapnya sejenak. Tepat di sampingnya duduk pula Margaret Lauren dan kemudian berturut-turut sesuai urutan, Roger dan istrinya, Anastasia dengan suami dan putrinya serta Jessica yang tampak mengabadikan momen tersebut dengan kameranya meskipun sempat dilarang. Barulah di barisan kursi belakang mereka tampak Rere yang beberapa kali mengelap air matanya. William yang baru datang pun langsung mengambil tempat duduk di samping Rere. Tak lupa dia juga mengulurkan sapu tangannya untuk Rere. Sejenak Rere tampak terkejut. Dia menatap William cukup lama sebelum menerima sapu tangan itu tanpa bertanya apapun. Dalam beberapa momen tertentu Rere memang sedikit emosional, reaksinya pada pernikahan Eleanor bisa dikatakan melebih-lebihi reaksi ibu kandung Eleanor sendiri yang justru tampak muram di tempat duduknya.
Margaret tentu saja masih kecewa karena putri sulungnya yang katanya hebat itu justru menikah dengan pengusaha kelas bawah yang bahkan tidak berasal dari keluarga terpandang. Beberapa kali dia sengaja melirik barisan kursi di sisi lain tepat dimana keluarga Jonathan duduk. Mereka tampak sangat sederhana, terutama ibu mempelai pria yang dilihat dari sisi manapun tampak tidak menarik sedikitpun. Baju, tas, aksesori dan sepatu yang dipakainya sama sekali tidak berkelas. Bahkan tidak terlihat bermerk sedikitpun. Mungkin saja si Jonathan itu terlalu miskin untuk membelikan ibunya barang-barang yang bagus. Memikirkan hal itu membuat kepala Margaret terasa pusing berkali-kali lipat. Bagaimana mungkin dia memiliki besan yang seperti itu? dia bahkan terlalu malu untuk memperkenalkannya pada teman-temannya. Tapi untung saja teman-teman sosialitanya dari kalangan istri-istri crazy rich itu tidak diundang dalam acara pemberkatan itu. Kalau mereka diundang, Margaret akan terlalu malu menyapa mereka.
Tidak jauh berbeda dari Margaret, wajah Liem Hok memang sama tidak senangnya. Namun bukan karena alasan yang serupa dengan Margaret. Liem Hok sebenarnya tidak peduli dengan siapa Eleanor menikah, dia bahkan merasa tidak perlu berusaha menyapa keluarga mempelai pria. Satu-satunya yang dipedulikannya hanyalah kinerja Eleanor setelah menikah nanti. Dia terlalu khawatir ambisi Eleanor akan semakin melemah, juga tidak lagi bisa diandalkan Liem dalam segala hal. Meski begitu ada pula hal lain yang lebih membuat Liem Hok merasa kecewa. Tadinya dia menyarankan Eleanor mengadakan pemberkatan dan pesta pernikahan mewah di salah satu resort-nya di Nusa Dua, Bali agar mendapatkan privasi lebih baik sehingga dia bisa mengundang relasi-relasi bisnis dan tokoh-tokoh penting kesana. Namun Eleanor justru menolaknya dan mengatakan bahwa dia ingin merencanakan sebuah pernikahan yang sederhana saja dengan calon suaminya. Tentu hal itu menjadi peringatan bagi Liem Hok karena dari kecil hingga saat ini, baru kali inilah keponakan kesayangannya itu menolak sarannya. Liem Hok pun merasa Eleanor sudah mengambil langkah pertamanya untuk melawan dirinya.
“Dengan ini kalian resmi sebagai pasangan suami istri.” Dengan kalimat itu langkah kehidupan baru Eleanor dan Jonathan pun dimulai. Setelahnya kedua mempelai berdiri saling berhadapan untuk menyematkan cincin pernikahan di jari masing-masing. Baru setelah proses tersebut selesai, Jonathan pun dipersilahkan membuka tudung yang dikenakan Eleanor.
Aulia yang menyaksikan momen pernikahan putranya pun tidak bisa menahan air matanya. Sebagai seorang ibu, dia merasa tanggung jawabnya untuk membesarkan sang putra telah selesai. Kini dia hanya akan menjadi pembimbing dari kejauhan. Hanya saja hati Aulia tersayat saat mengingat mendingan suami yang tidak bisa menyaksikan pernikahan sang putra. Seandainya dia berada di tempat itu, mungkin dia sama bahagianya dengan Aulia. Melihat sang ibu meneteskan air mata di pernikahan kakak sulungnya, Niko yang duduk tepat di samping Aulia pun mengulurkan tangannya untuk menggenggam telapak tangan sang ibu. Saat itulah Aulia menatapnya dan berkata dengan tatapan matanya bahwa dia baik-baik saja. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena semua orang yang hadir di tempat suci itu tampak terlarut dalam suasana yang sakral.
Di altar suci, Jonathan telah selesai membuka tudung Eleanor. Jari tangannya sedikit bergetar, tapi sarung tangan itu berhasil menyamarkannya. Dalam riasan wajah yang cenderung lebih sederhana dibandingkan pengantin pada umumnya, wajah Eleanor pun tampak serapuh bunga ponny yang menghiasi sebagian besar tempat itu. Warna bibirnya tidak semerah biasanya, melainkan lebih mendekati warna bunga persik. Sementara tulang pipinya diberi aksen kemerahan yang manis. Benar-benar terlihat berbeda dari Eleanor yang biasanya. Terutama karena pandangan mata Eleanor yang tampak kosong dan tunduk. Tidak ada sinar kebahagiaan ataupun rasa haru dalam sorot mata itu.
Bahkan ketika Jonathan bergerak mendekat hendak memberi kecupan di dahinya sebagai tanda pengesahan prosesi pemberkatan tersebut, Eleanor tetap menundukkan pandangannya. Tidak sekalipun dia berusaha membalas tatapan mata Jonathan.
Keduanya pun tidak menyadari seorang perempuan berambut panjang yang tampak masih mengenakan piama satin berwarna peach membuka pintu gereja tersebut dengan tiba-tiba. Semua orang kecuali kedua mempelai dan pastor yang memimpin acara pemberkatan itu memandang kearah datangnya si perempuan yang tampak seperti orang gila tersebut. Namun tak satu pun dari mereka yang bisa mengenali siapa perempuan tersebut. Barulah ketika dia melangkah melewati barisan kursi demi barisan dan semakin dekat dengan altar, wajah perempuan itu pun semakin jelas. Saat itulah Rere yang pertama mengenalinya, baru kemudian ibunda Jonathan. Namun perempuan itu seakan tidak mempedulikan keterkejutan dari wajah orang-orang di sekelilingnya. Dia terus berjalan dengan langkah tegas mendekati altar.
“Allena…” gumam Aulia. Suara tertahan oleh keterkejutannya sendiri. Bahkan dia tidak menyangka bahwa perempuan dengan rambut berantakan yang berjalan semakin dekat dengan barisan kursinya itu adalah Allena Rheanatha, mantan tunangan putranya. Aulia pun sontak membekap mulutnya sendiri karena begitu terkejut.
Jonathan yang terlebih dahulu menyadari jika suasana di sekitarnya terasa berubah. Dia mengambil jarak selangkah dari hadapan Eleanor kemudian memandang sekelilingnya. Bertapa terkejutnya dia ketika mendapati Allena dengan penampilannya yang berantakan dan pakaian yang sama seperti dikenakannya beberapa saat yang lalu −saat Jonathan memberitahu Allena bahwa dia akan menikah dengan wanita yang pilihnya− berjalan mendekati altar. Dari tempatnya berdiri Jonathan bisa melihat bahwa tatapan Allena tampak sendu, bahkan sisa-sisa air mata di sudut matanya pun belum mengering. Entah apa yang hendak dilakukan Allena disana, Jonathan sendiri tidak dapat menghentikannya. Sebab hatinya kini terasa hancur berkeping-keping.
Melihat reaksi tubuh Jonathan yang menegang, Eleanor pun mengangkat wajahnya. Dia tidak memandang ke sekeliling, melainkan terus mengamati ekspresi wajah Jonathan dari samping. Rahang Jonathan mengeras, begitu pula dengan otot-otot di tangan dan jari-jarinya. Sementara sorotan mata pria itu justru berbanding terbalik. Sorot mata mengasihi. Eleanor pun tidak perlu mengalihkan pandangannya hanya untuk melihat siapa yang kini berada dalam pandangan Jonathan. Sudut matanya telah menangkap sosok asing yang datang untuk mengacaukan semua.
“Dengan harga benda murahan inikah kamu berusaha merebut semua yang harusnya kumiliki? Ambilah… ambil sekarang kalau kamu mau! Tapi kembalikan semuanya padaku! Kembalikan semua! Perempuan iblis!” seru Allena sambil melemparkan sesuatu yang sejak tadi digenggam di depan dada.
Stiletto eksklusi berselot merah dengan taburan batu swaroski yang didapatkan secara cuma-cuma sebagai bentuk kompensasi dari seseorang yang tidak dikenalnya saat dia dan Jonathan berlibur ke Singapura. Seseorang yang belakangan diketahuinya bernama Eleanor Liemsudibyo, orang yang sama yang dinikahi Jonathan hari itu.
“Keparat mereka semua! Siapa yang membiarkan wanita gila itu masuk?” seru Liem Hok memecah ketegangan di tempat itu. Saat dia hendak mengambil ponselnya menghubungi beberapa ajudannya, beberapa satuan keamanan sudah terlebih dulu masuk. Mereka torgopoh-gopoh menghampiri tamu tidak tersebut.
“Dasar tidak becus! Kemana kalian semua? Kenapa membiarkan orang asing masuk? Untuk apa kubayar kalian kalau tidak becus!” damprat Liem Hok
Semua orang tidak mampu mengeluarkan kata-kata, bahkan kepala satuan keamanan yang disewa Liem Hok untuk mengamankan acara tersebut hanya dapat menunduk, tidak berani membela diri. Mereka mengaku kecolongan dan tidak tahu dari mana wanita itu muncul. Sebelumnya memang ada seorang wanita berpenampilan menor yang berusaha masuk dan mengaku diundang, namun nama yang disebutkannya tidak terdaftar. Mungkin di saat satuan keamanan tersebut sedang sibuk mengurus wanita ngeyel itu, wanita lain yang berpenampilan lebih tidak karuan itu justru melenggang masuk.
“Cepat usir perempuan itu pergi!”
Sementara pria-pria berseragam itu mengapit kedua lengannya, Allena tetap saja merontah-rontah. Liem Hok pura-pura tidak pernah mendengar kata-kata yang diucapkan perempuan itu sehingga dia langsung meninggalkan tempat itu sembari menelpon seseorang. Allena diseret keluar dengan kasar oleh pria-pria berseragam itu, sehingga Jonathan spontan hendak melangkah untuk menolong mantan kekasihnya itu. Namun di saat bersamaan Eleanor menahan lengannya sambil mengangkat wajahnya.
“Kamu ingin meninggalkan tempat ini seperti waktu itu?” sindir Eleanor dengan suara setengah berbisik. “Aku tidak bisa membantumu kali ini.”
Dengan terpaksa Jonathan pun memundurkan kembali langkahnya. Dia hanya sanggup memandangi tubuh Allena yang diseret paksa hingga keluar dari pintu gereja. Setelahnya Jonathan pun tidak tahu apa yang terjadi pada mantan kekasihnya itu. Semoga saja mereka tidak berbuat kasar pada Allena dan membiarkannya pergi begitu saja.
“Apa-apaan ini Eleanor? siapa perempuan gila itu? dan kenapa dia bisa datang dan membuat onar seperti ini? Ya… ampun! Pernikahan macam apa ini? semua tidak ada yang layak.” Kali ini Margaret yang memecah keheningan itu. Tapi baik Eleanor ataupun Jonathan tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk menyahuti.
“Yah, ampuh! Kepalaku… oh, sepertinya aku tidak tahan berada di tempat ini lagi!” ucap Margaret sembari duduk lemas memegangi kepalanya. Tentu dia hanya sedikit melebih-lebihkan.
“Jessi… tolong antar mama pergi dari sini! Kalau tidak mama akan pingsan.”
Meski sempat mendengus Jessica tetap menghampiri ibunya, kemudian memapah Margaret meninggalkan tempat itu. Tidak ada lagi yang bersuara setelah itu. Eleanor sendiri hanya memandang ke tempat ayahnya berada sembari tersenyum tipis mengisyaratkan bahwa dia baik-baik saja. Sementara sepasang stiletto berselot merah yang sempat dilempat Allena masih tergeletak tepat di bawah kaki Eleanor.
Langit kelabu membayangi Eleanor ketika tiba di rumahnya. Sementara gaun putihnya terlihat kontras dengan warna pepohonan bonsai di sekitar halaman. Turun dari Pourche-nya, Eleanor berdiri hampah di depan rumah tua itu. Meskipun dia telah menikah, tapi apa yang menunggu di hadapannya seakan tidak ada yang berubah. Dia tetap pulang seorang diri ke rumah tuanya dengan gaun pernikahan seakan-akan dia baru saja melarikan diri di tengah pemberkatan. Tapi semua itu tidak benar. Justru pengantin pria yang akan melarikan diri jika saja Eleanor tidak mengikat lehernya dengan rantai perjanjian seperti seekor anjing.Upacara pernikahannya buruk, begitu pula yang terjadi setelahnya. Tapi anehnya dia satu-satunya yang tidak terkejut dengan kejadian hari itu. Jenny sepertinya sudah bersusah payah mengirim hadia itu untuknya. Entah bagaimana dia bisa membentuk aliansi dengan Allena. Tapi yang pasti
Apartemen itu hanya berukuran 79m², terbilang sempit jika dibandingkan penthouse pribadi milik Eleanor di Singapura dan unit apartemen miliknya yang berada di ibukota. Selain itu lokasi apartemen milik Jonathan berada di salah satu tower La Richz milik saingan bisnis Eleanor yaitu Pakubuwono Group. Tidak masuk akal bukan jika dia harus tinggal di salah satu property milik saingan bisnisnya sementara perusahaannya sendiri mengelola beberapa perusahaan property dan real estate yang juga tidak jauh dari kawasan itu.Kendati demikian Eleanor tidak mengungkapkan isi kepalanya pada Jonathan. Sebelumnya dia telah mendapat informasi dari Rere bahwa apartemen itu sebenarnya dibeli Jonathan untuk hadia pernikahannya dengan Allena kelak. Tentu saat ini cicilan apartemen itu belum lunas. Jonathan sendiri belum memberitahu Allena jika dia telah mempersiapkan segalanya sebelum mereka menikah. Itu yang menjadi alasan mengapa Jonathan menggantung hubungan mereka sangat lam
Bakat alami yang dimiliki Eleanor adalah merusak hal baik apapun yang ada disekitarnya. Ketika dia masih kecil dia merusak hubungan baiknya dengan ibunya karena suatu insiden tahun 1998. Eleanor yang dihantui trauma karena kerusuhan itu memilih untuk melimpahkan kesalahan pada ibunya. Kalau saja saat itu ibunya tidak mengajaknya berbelanja di Orion Plaza setidaknya mereka tidak akan menyaksikan pembantaian dan penjarahan secara langsung di depan mata. Terlebih saat itu Eleanor kecil sempat terpisah dari Margaret. Dan jika saja orang baik tidak menolongnya, Eleanor pasti menjadi salah satu korban. Sejak saat itu Eleanor enggan berbicara dengan ibunya. Dia memilih tinggal dan dibesarkan oleh kakek dan neneknya hingga selepas SMA. Eleanor juga enggan pulang ke rumah orang tuanya jika ayahnya tidak ada di rumah. Itu hanya sebagian kecil hubungan yang sengaja di rusak Eleanor. Saat dia masih SMA ada hubungan pertemanan yang juga rusak karena dia. Hubungan yang melibatkan dia, Jenny dan seo
Di mobilnya Jonathan terdiam. Hawa dingin yang ditinggalkan Eleanor memadamkan amarah dalam dirinya. Kendati demikian amarah itu tidak hilang, melainkan mengendap di tempat dimana dia menyebutnya “pengendalian emosi”. Sekarang apa? Setelah dia menikah dengan seorang calon ratu kerajaan bisnis atau setidaknya dia sudah menjalankan peran itu, lalu apa? Apa yang diharapkan Jonathan dari pernikahan itu sebenarnya? Lamunan Jonathan memunculkan sebuah pertanyaan yang terlalu idiot jika diabaikan; apakah dia sudah mengenali siapa perempuan yang dinikahinya hari ini? benar? Hari ini. Belum sehari mereka menikah, tetapi masalah itu muncul ke permukaan. Jonathan mencoba menjernihkan pikirannya dengan memutar radio di dalam mobilnya, lalu menyandarkan kepalanya. Dia seperti tikus yang bersembunyi di saluran bawah tanah karena sadar bahwa di atas sana ada seekor kucing yang sedang menantinya. Setidaknya Jonathan tidak mau menggunakan analogi itu. Dia tidak mau menggambarkan dirinya seperti seekor
Ada tiga box bento berwarna hitam yang tergeletak di meja pantry. Box pertama berisi nasi putih, bistik daging, acar, tuna saus lemon, ekado dan ebi furai, box kedua diisi caesar salad dan potongan buah, lalu yang terakhir box paling atas adalah snack chicken spring roll dan greak yogurt. Itu adalah menu makan siang paling mahal dan paling banyak yang pernah Jonathan makan. Biasanya dia dan Ryan paling-paling akan pergi ke restaurant sushi terdekat atau paling tidak mereka akan memesan soto dan rawon dari warung legendaris langganan mereka. Tidak pernah terpikirkan olehnya harus memakan makan siang sebanyak itu sendiri.“Harusnya makan siang yang seperti ini yang memang cocok untuk CEO.” Celetuk Ryan. Jonathan tidak menyentuh makanan itu sedikitpun, melainkan hanya memandanginya.“CEO perusahaan rintisan tidak termasuk!” balas Jonathan.“Tapi itulah keuntungannya menjadi pria beristri, kamu tidak akan pernah merasa tidak diperhatikan.” Ucap Ryan lagi sembari berbalik mengambil segela
“Semua upaya demi cinta akan gagal jika seseorang tidak mengembangkan seluruh kepribadiannya dengan sedemikian aktif sehingga mencapai sebuah orientasi yang produktif, bahwa pemenuhan cinta seseorang tidak dapat dicapai tanpa kemampuan untuk mencintai orang lain, tanpa kerendahan dan keteguhan hati, serta keyakinan dan kedisiplinan.”-Halaman pengantar dari buku The Art Of Loving, Erich Formm-Rere melihat Eleanor menandai halaman itu dengan sebuah pembatas buku. Lalu beberapa baris kalimat dari halaman itu diberi highlight. Itu adalah buku yang dibaca Eleanor selama sebulan terakhir, atau bahkan lebih. Dia membawanya kemanapun dan tidak membiarkan Rere untuk menyentuhnya. Namun dengan usahanya yang gigih untuk mengintip judul buku tersebut, Rere akhirnya mengetahuinya. Itu adalah sebuah buku non-fiksi berjudul seni mencintai atau karena Eleanor membaca versi asli dalam bahasa inggris, judulnya adalah The Art Of Loving. Salah satu judul buku yang menurut Rere tidak akan pernah membuat
“You can't make an omelet without breaking some eggs.”Ketika Allena melihat Jonathan disana, dia langsung berhambur ke pelukannya. Tetapi Jonathan hanya terpaku, tidak membalas pelukan itu. Allena belum menyadari perubahan dalam kehidupannya. Dia bukan lagi orang yang dicintai Jonathan. Sekalipun perasaan seseorang tidak pernah benar-benar hilang sepenuhnya. Jonathan berkunjung pagi itu setelah mendapat telepon bahkan Allena sudah diperbolehkan menerima kunjungan.Tidak ada yang berubah dari diri Allena. Perempuan itu tidak tampak terluka atau lecet. Jonathan sempat khawatir jika orang-orang Eleanor akan melakukan sesuatu padanya. Namun mereka tidak melakukan apapun selain memasukan Allena ke rumah sakit khusus itu.Untuk pertama kalinya Jonathan yang melepaskan pelukan itu terlebih dahulu. Mereka bertemu di luar kamar perawatan Allena dengan seorang suster yang menemani. Allena menatap mata Jonathan dengan tatapan memohon, dia tampak enggan menjauh meski melihat manik-manik mata Jon
Gandaria Luxury Hotel & Resort diambil alih kepemilikannya oleh Liem Hok sekitar tahun 2000-an untuk tujuan pribadi. Namun lambat laun pembangunan resort itu diperluas dan fasilitasnya ditingkatnya hingga kemudian menjadikan salah satu bisnis keluarga tersebut di bidang pariwisata. Kini Gandaria Luxury Hotel & Resort telah menjadi salah satu resort bintang lima di Nusa Dua yang sering menjadi tempat pertemuan bisnis dan sekaligus tempat menginap bagi kalangan atas. Liem Hok yang telah mempersiapkan pesta itu sejak sepekan lalu tampak sengaja memamerkan fasilitas dan kemewahan tempat itu kepada setiap tamunya.Setiap koridor di hiasi dengan pernak-pernik etnik, lampu-lampu kristal, guci-guci kuno. Hiasan dan konsep pesta itu sendiri memakai tema dreamy fairlytale dengan kristal-kristal lampu bernuansa magical white-beige, lilin-lilin, lighting effect, bunga mawar putih hinga lily serta lampion indah berbentuk terantai di sepanjang area kolam yang menghadap laut. Di sepanjang area, mula
Selama sepuluh tahun lebih jantungnya tidak pernah berdetak kencang untuk seorang pria. Eleanor mati rasa dan hidup bagaikan robot uang. Bekerja, bekerja dan bekerja. Dalam pundaknya terdapat tanggung jawab sebagai generasi keempat dari kerajaan bisnis keluarganya, sehingga dia mulai lupa bagaimana menjadi seorang wanita pada umumnya. Terlebih wanita yang dicintai Jonathan.Uang mungkin bukan lagi segalanya bagi keluarganya. Mereka mampu membeli apapun dengan uang. Begitupula dengan Eleanor yang telah berupaya membeli cinta Jonathan Aldebaran. Namun hal itu tidak serta merta membuat Eleanor tahu bagaimana cara mencintai atau dicintai.Sepanjang perjalanan menuju restaurant Eleanor menyentuh pergelangan tangannya. Ada perasaan aneh setiap kali dia mengingat bagaimana Jonathan menggandeng pergelangan tangannya sore tadi. Rasanya berbeda dari saat mereka berjalan bergandengan di altar ataupun di pesta pernikahan mereka. Telapak tangan Jonathan terasa hangat dan lebar. Dalam genggaman itu
Meninggalkan kawasan ITDC, Jeep Wrangler Rubicon itu melaju di jalanan beraspal dengan kecepatan sedang 22 km/jam. Jonathan sendiri yang mengemudikannya dengan Eleanor di kursi penumpang. Eleano tampak nyentrik dengan kacamata Ana Hickmann rose gold, bak mobil yang terbuka membuat kulitnya tersengat matahari, sementara rambut curly tipis miliknya berterbangan di terpa angin. Mereka tidak berencana melakukan perjalanan jauh. Hanya sekedar membuang waktu bersama. Daftar rencana yang dikirim Rere pagi ini sudah Eleanor disingkirkan jauh-jauh. Dia tidak akan mengikuti daftar memalukan itu.From: Restianggika@hscorporate.comSubject: List kegiatan honeymoonKepada Yth.Ibu Eleanor LiemsudibyoDi tempatSehubungan dengan rencana honeymoon anda, saya−selaku sekretaris korporate yang bersangkutan−telah melakukan riset mendalam tentang apa saja kegiatan yang dapat dilakukan bersama pasangan dalam rangka honeymoon. Dan karena Ibu Eleanor yang terhormat telah mempercayakan perkerjaan penting ini
Sejak matahari terbit, Eleanor sudah berlari di sekitar pantai. Hingga dua jam kemudian, dia masih melakukan hal yang sama. Sudah beberapa kali putaran dia melewati garis pantai, membiarkan ombak menemaninya. Pasir di bawah kakinya meninggalkan banyak jejak sepatu. Namun Eleanor tidak ingin berhenti sampai dia tak mampu lagi berlari. Anggaplah dia perpaduan dari kepribadian misokhisme dan sadisme, dia memaksa orang lain mengikuti kehendaknya, dia menyakiti, mempermainkan mereka tapi disisi lain dia juga membiarkan dirinya disakiti, dihina dan dipermainkan oleh seseorang. Dia menyiksa dirinya sebagai hukuman atas perbuatannya karena tidak ingin membiarkan orang lain menghukumnya.Peluh membanjiri pelipis Eleanor seiring dengan terik matahari yang menyengat. Deburan ombak mulai melunak. Di putaran yang kesekiankalinya itu akhirnya Eleanot tidak fokus hingga terandung dan jatuh. Siku dan lututnya menumbuk pasir, dia segera berdiri untuk melanjutkan joggingnya. Tapi otot kakinya kelelahan
“Love is about standing in, not falling for”(Page 28, Art Of Loving)Sepuluh tahun sejak dia pertama kali mengenalnya. Namun orang lain mungkin berpikir bahwa dia mengenal Rere baru setelah dia menjadi sekretaris Eleanor. Kenyataannya dia bertemu Rere ketika dia masih kulia di NUS. Saat itu Rere masih pegawai magang di kantor Singapura. Belakangan William tahu bahwa Rere atau Resti Anggika adalah anak tukang kebun kakeknya yang diberi beasiswa dan sekolahkan oleh kakeknya hingga universitas. Setelah lulus kulia−meski tidak diwajibkan−Rere pun berkerja di perusahaan kakek William sebagai upaya balas budi. Setelah pertemuan di usia itu, William pun tidak lagi mendengar kabar tentang Rere.Dia sendiri mengalami turbulensi yang membuatnya mempertanyakan tentang tujuan hidup dan keinginannya. Kehidupan yang dijalaninya sebagai putra bungsu tidak membuatnya puas. Dan karena IQ-nya di atas rata-rata, dia pun mulai menemukan sesuatu yang tidak beres dari bisnis keluarganya. Ada yang salah de
Katakanlah instingnya kuat. Ketika melihat Jonathan meninggalkan pesta itu lebih awal, dia tahu ada sesuatu yang tidak beres. Jonathan melangkah menjauh dari tempat dimana Liem Hok dan anggota kongsi bisnisnya berada. Melihat bagaimana pamannya tampak tertawa dan menikmati pembicaraan dengan mereka, Eleanor tidak melihat cela untuk mencurigai pamannya. Namun jika bukan pamannya siapa lagi yang akan mampu berbuat sesuka hatinya.“Ada apa? Kamu mencari seseorang?”Ketika Eleanor mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru dan menyisiri semua tamu undangan, Rere datang menghampirinya. Untuk malam dia memang merasa kecolongan karena ada dua orang yang harus dilindunginya dari orang-orang gila di pesta itu. Eleanor telah mengintruksikan Rere untuk menemani ibunda Jonathan serta menjauhkannya dari kemungkinan bahwa Margaret dan tacik-tacik pasar atom lainnya mempunyai rencana untuk mempermalukan Aulia di depan umum. Namun sejauh ini Rere berhasil menceganya.Hanya Jonathan yang sekarang mem
Gandaria Luxury Hotel & Resort diambil alih kepemilikannya oleh Liem Hok sekitar tahun 2000-an untuk tujuan pribadi. Namun lambat laun pembangunan resort itu diperluas dan fasilitasnya ditingkatnya hingga kemudian menjadikan salah satu bisnis keluarga tersebut di bidang pariwisata. Kini Gandaria Luxury Hotel & Resort telah menjadi salah satu resort bintang lima di Nusa Dua yang sering menjadi tempat pertemuan bisnis dan sekaligus tempat menginap bagi kalangan atas. Liem Hok yang telah mempersiapkan pesta itu sejak sepekan lalu tampak sengaja memamerkan fasilitas dan kemewahan tempat itu kepada setiap tamunya.Setiap koridor di hiasi dengan pernak-pernik etnik, lampu-lampu kristal, guci-guci kuno. Hiasan dan konsep pesta itu sendiri memakai tema dreamy fairlytale dengan kristal-kristal lampu bernuansa magical white-beige, lilin-lilin, lighting effect, bunga mawar putih hinga lily serta lampion indah berbentuk terantai di sepanjang area kolam yang menghadap laut. Di sepanjang area, mula
“You can't make an omelet without breaking some eggs.”Ketika Allena melihat Jonathan disana, dia langsung berhambur ke pelukannya. Tetapi Jonathan hanya terpaku, tidak membalas pelukan itu. Allena belum menyadari perubahan dalam kehidupannya. Dia bukan lagi orang yang dicintai Jonathan. Sekalipun perasaan seseorang tidak pernah benar-benar hilang sepenuhnya. Jonathan berkunjung pagi itu setelah mendapat telepon bahkan Allena sudah diperbolehkan menerima kunjungan.Tidak ada yang berubah dari diri Allena. Perempuan itu tidak tampak terluka atau lecet. Jonathan sempat khawatir jika orang-orang Eleanor akan melakukan sesuatu padanya. Namun mereka tidak melakukan apapun selain memasukan Allena ke rumah sakit khusus itu.Untuk pertama kalinya Jonathan yang melepaskan pelukan itu terlebih dahulu. Mereka bertemu di luar kamar perawatan Allena dengan seorang suster yang menemani. Allena menatap mata Jonathan dengan tatapan memohon, dia tampak enggan menjauh meski melihat manik-manik mata Jon
“Semua upaya demi cinta akan gagal jika seseorang tidak mengembangkan seluruh kepribadiannya dengan sedemikian aktif sehingga mencapai sebuah orientasi yang produktif, bahwa pemenuhan cinta seseorang tidak dapat dicapai tanpa kemampuan untuk mencintai orang lain, tanpa kerendahan dan keteguhan hati, serta keyakinan dan kedisiplinan.”-Halaman pengantar dari buku The Art Of Loving, Erich Formm-Rere melihat Eleanor menandai halaman itu dengan sebuah pembatas buku. Lalu beberapa baris kalimat dari halaman itu diberi highlight. Itu adalah buku yang dibaca Eleanor selama sebulan terakhir, atau bahkan lebih. Dia membawanya kemanapun dan tidak membiarkan Rere untuk menyentuhnya. Namun dengan usahanya yang gigih untuk mengintip judul buku tersebut, Rere akhirnya mengetahuinya. Itu adalah sebuah buku non-fiksi berjudul seni mencintai atau karena Eleanor membaca versi asli dalam bahasa inggris, judulnya adalah The Art Of Loving. Salah satu judul buku yang menurut Rere tidak akan pernah membuat
Ada tiga box bento berwarna hitam yang tergeletak di meja pantry. Box pertama berisi nasi putih, bistik daging, acar, tuna saus lemon, ekado dan ebi furai, box kedua diisi caesar salad dan potongan buah, lalu yang terakhir box paling atas adalah snack chicken spring roll dan greak yogurt. Itu adalah menu makan siang paling mahal dan paling banyak yang pernah Jonathan makan. Biasanya dia dan Ryan paling-paling akan pergi ke restaurant sushi terdekat atau paling tidak mereka akan memesan soto dan rawon dari warung legendaris langganan mereka. Tidak pernah terpikirkan olehnya harus memakan makan siang sebanyak itu sendiri.“Harusnya makan siang yang seperti ini yang memang cocok untuk CEO.” Celetuk Ryan. Jonathan tidak menyentuh makanan itu sedikitpun, melainkan hanya memandanginya.“CEO perusahaan rintisan tidak termasuk!” balas Jonathan.“Tapi itulah keuntungannya menjadi pria beristri, kamu tidak akan pernah merasa tidak diperhatikan.” Ucap Ryan lagi sembari berbalik mengambil segela