Apartemen itu hanya berukuran 79m², terbilang sempit jika dibandingkan penthouse pribadi milik Eleanor di Singapura dan unit apartemen miliknya yang berada di ibukota. Selain itu lokasi apartemen milik Jonathan berada di salah satu tower La Richz milik saingan bisnis Eleanor yaitu Pakubuwono Group. Tidak masuk akal bukan jika dia harus tinggal di salah satu property milik saingan bisnisnya sementara perusahaannya sendiri mengelola beberapa perusahaan property dan real estate yang juga tidak jauh dari kawasan itu.
Kendati demikian Eleanor tidak mengungkapkan isi kepalanya pada Jonathan. Sebelumnya dia telah mendapat informasi dari Rere bahwa apartemen itu sebenarnya dibeli Jonathan untuk hadia pernikahannya dengan Allena kelak. Tentu saat ini cicilan apartemen itu belum lunas. Jonathan sendiri belum memberitahu Allena jika dia telah mempersiapkan segalanya sebelum mereka menikah. Itu yang menjadi alasan mengapa Jonathan menggantung hubungan mereka sangat lama. Allena tidak tahu bahwa Jonathan bersusah payah mewujudkan impiannya yang tidak murah. Dan sayangnya Allena tidak memiliki kesabaran untuk menunggu Jonathan benar-benar mewujudkan impiannya.
Saat pertama kali menginjakkan kakinya di apartemen itu wajah Jonathan tampak masam. Dia mengingat dengan pasti alasannya membeli apartemen tersebut. Namun alih-alih dia datang bersama Allena setelah pernikahan impian mereka, dia justru datang dengan wanita lain. Inilah yang disebut ironi hidup. Sementara Eleanor, meski belum terbiasa dengan kehidupan di apartemen kecil, dia tetap merasakan kemenangannya atas Allena ketika menginjakkan kakinya di tempat yang akan ditinggalinya dengan Jonathan itu.
“Kamar tidur utama ada di sebelah kanan. Untuk kamar yang lain mungkin bisa digunakan untuk ruang kerja. Aku belum meletakkan furniture apapun disana.”
Suara Jonathan terdengar tenang dan berwibawa seperti biasa sekalipun dia menggenggam erat ponselnya seperti seseorang sedang menunggu kabar seseorang. Eleanor sadar bahwa dalam ketenangan suaranya, hati Jonathan justru merasa gelisa.
“Biar kubawa barang-barangmu ke kamar!” sambungnya setelah tidak mendengar Eleanor menyahuti. Seharusnya mereka merasa canggung dengan satu sama lain jika mengingat status baru mereka. Tetapi pikiran Jonathan yang tidak berada di tempatnya membuat keberadaan Eleanor seakan biasa.
Punggung Jonathan menghilang ke dalam pintu kamar tidur utama bersamaan dengan beberapa kopor yang dibawa Eleanor. Meski tidak tahu harus melakukan apa Eleanor memutuskan untuk mengikutinya di belakang. Interior apartemen itu didominasi oleh dinding berwarna putih, lantai kayu serta pintu yang memiliki aksen gading dan mokka. Sementara untuk furniture dipilih dengan seminimalis mungkin, sofa, meja panjang dan carpet yang berada di ruang rekreasi di dominasi warna mokka dan coklat. Sejauh ini selera Eleanor dan Jonathan tidak bersebrangan. Desain interior itu cukup nyaman di mata Eleanor.
Mengikuti kemana Jonathan pergi, Eleanor mendapati dirinya berdiri di ambang pintu kamar tidur utama. Tidak jauh berbeda dari ruangan yang lain, tempat tidur itu juga didominasi warna mokka dan gading dengan sebuah ranjang queen size dan wardrobe panjang yang menutupi dinding. Sementara tepat di seberang pintu adalah jendela apartemen dengan tirai putih. Belum ada perubahan berarti di apartemen itu, mirip seperti template yang dicopy-paste.
“Kalau kamu tidak suka dengan warna dindingnya, kamu bisa mendekor ulang. Silahkan.” Barulah setelah bertemu di kamar tidur utama Jonathan menyadari kecanggungan di antara mereka. Meski pikirannya seolah mengatakan dia ingin segera pergi.
Karena tidak ada perjanjian untuk kamar tidur terpisah, mereka tidak keberatan untuk menggunakan kamar yang sama. Namun Eleanor bisa memastikan tidak ada romantisme apapun di antara mereka sekalipun mereka tinggal bersama sebagai suami istri. Dalam kesepakatan pernikahan, mereka setuju untuk menjalani kehidupan pernikahaan pada umumnya. Sekalipun untuk kontak fisik sepertinya harus mereka pelajari secara bertahap. Jonathan bertekad tidak akan memaksa atau menuntut apapun pada Eleanor selain tinggal bersama di apartemennya. Dan cukup sadar jika antara Eleanor dan dirinya belum tumbuh perasaan yang layak.
“Tidak perlu. Aku tidak akan mengubah apapun di tempat ini. Aku menyukai warnanya.” Sahut Eleanor untuk pertama kalinya.
Jonathan tampak terpaku beberapa detik saat mengamati garis wajah Eleanor. Aksen Eleanor masih sama seperti saat dia berbicara dengan kolenga bisnisnya.
“Aku harus pergi. Barang-barangku belum sempat dipindahkan jadi aku tidak membawa pakaian bersih. Kita bertemu lagi nanti saat makan malam. Aku akan menjemputmu dan kita bisa pergi bersama.” masih dengan nada yang sama Jonathan tampak tidak curiga jika Eleanor mengetahui keberadaan Allena. Sebab dia masih tidak menyinggungnya.
“Yah, aku juga harus merapikan barang-barangku.”
“Baik, sampai jumpa nanti malam.”
Sewaktu Jonathan melewati tubuh Eleanor, langkahnya sempat terhenti. Dia sadar telah bersikap kaku pada Eleanor bahkan belum sehari pernikahan mereka. Dia juga sedikit berbohong karena alasannya pergi bukan hanya untuk berganti pakaian, melainkan menemui Ryan yang dimintainya mencari Allena. Setelah berulah di pesta pernikahannya, Jonathan menyadari bahwa Allena tidak kembali ke apartemen yang ditempatinya. Bahkan nomornya pun tidak bisa dihubungi. Meski sudah memutuskan untuk tidak lagi mempedulikan Allena, tapi Jonathan tidak bisa menutupi rasa khawatirnya. Dia masih sedikit peduli dengan mantan kekasihnya itu.
***
Aku akan menunggu di lobby
Isi pesan yang dikirim Eleanor. Namun seperti pesan yang lainnya, tidak ada pesan balasan yang diterimanya. Entah apa yang dilakukan Jonathan di luar sana, dia sudah cukup terlambat untuk memenuhi janjinya menjemput Eleanor untuk makan malam keluarga. Dia menunggu Jonathan di area louge apartemen nyaris satu jam lebih. Namun Jonathan tak kunjung muncul. Sehingga Eleanor memutuskan untuk berangkat sendiri.
Ketika Eleanor tiba di Hotel JW Palace−salah satu hotel bintang lima milik Liem Hok di kota itu−keluarga mereka sudah datang terlebih dahulu. Ayahnya, Handoko Liemsudibyo bersama ibu dan adiknya tampak menjamu ibunda Jonathan dan saudara laki-lakinya di ruang private restaurant hotel tersebut. Hidangan pembuka pun baru disajikan.
“Maaf, sedikit terlambat.” Ayahnya berdiri dari tempat duduknya menawarkan pelukan. Sehingga Eleanor menyambutnya. Sudah lama sekali dia merindukan sikap hangat ayahnya setelah beberapa kali bertemu mereka berbicara seperti orang asing.
“Tidak apa. Nikmati kehidupan barumu.” Sahutnya saat Eleanor melepaskan pelukannya. Sudah pasti besok ayahnya akan terbang lagi ke tempat-tempat rahasia yang ingin dijelajahinya. Dan tampaknya melihat Eleanor sudah menikah membuatnya lebih bebas dan tak perlu mengkhawatirkan apapun lagi.
“Bunda… “Eleanor berganti mencium kedua pipi mertuanya. Dia sudah resmi menjadi istri Jonathan sehingga dia bisa memanggilnya “bunda” juga.
Aulia membalasnya dengan senyum bahagia. “Selamat atas pernikahan kalian. Bunda harap ini menjadi awal yang baik.” ucapnya dengan tulus.
Eleanor mengangguk dengan senyuman diplomatis. Saat dia mengalihkan ke meja seberang Aulia, tampak Margaret yang menunggu untuk disapa. Namun alih-alih Eleanor menyapa ibunya sendiri dia justru memilih untuk segera mengambil tempat duduk di sebelah Jessica. Margaret pun berdecak sambil memutar bola matanya lalu kembali duduk.
“Perang dingin masih berlangsung ternyata? Aku pikir genjatan senjata?” cibir Jessica dengan senyuman nakalnya. Dia melirik ibu dan kakak perempuannya yang secara kebetulan duduk di samping kanan dan kirinya.
“Baiklah aku akan mendirikan organisasi non-blok.” ucapnya pada diri sendiri. Lalu menyesap wine di gelasnya.
Eleanor sendiri pura-pura tidak mendengar apapun yang diucapkan Jessica. Pelayan kemudian datang menuangkan wine di gelasnya lalu diikuti dengan meletakkann hidangan pembuka berupa crispy prawn cake with paper mayo sauce yang langsung dihidangkan oleh chef mereka. Dia menyesap wine-nya tanpa sengaja menatap kursi kosong milik Jonathan di seberang. Belum ada yang menyadari bahwa Eleanor tidak datang bersama Jonathan.
“Jadi kemana suamimu itu? kenapa kamu datang sendiri? ini bahkan belum sehari kalian menikah.” Suara sinis Margaret membuat Eleanor menurunkan gelas wine-nya. Dia belum mencicipinya sedikit pun tapi sudah kehilangan napsu makannya. Eleanor benci ketika ibunya menggunakan radar kepekaan sebagai ahli gossip. Margaret bahkan tidak ragu untuk menyudutkan anak perempuannya.
“Kalian tidak datang bersama?”
Aulia ikut menimpalinya dengan pertanyaan karena baru menyadari fakta tersebut. Dia dan Niko yang duduk di sebelahnya tampak saling menatap. Niko mengisyaratkan bahwa dia tidak tahu dimana keberadaan Jonathan ketika menangkap pertanyaan dari tatapan mata ibunya.
Eleanor memutar ujung gelas winenya sambil membalas tatapan Aulia. “Dia akan menyusul karena ada hal yang harus dikerjakannya.” Jawabnya pada Aulia.
“Pekerjaan?” Namun Margaret yang justru menyahuti dari kursinya. “Di hari pernikahan kalian dia masih memikirkan perkerjaan? Hebat sekali kamu memilih calon suami, cocok denganmu! Dan kurasanya tidak ada yang lebih serasi dari kalian.”
Nada sinis Margaret tidak mengandung pujian sedikitpun. Justru dia bermaksud merendahkan karakter Jonathan. Wajah Aulia tampak layu mendengar komentar Margaret. Semua orang di meja itu berusaha untuk tidak membahas hal kurang menyenangkan yang terjadi di gereja. Tapi tampaknya keterlambatan Jonathan semakin memperburuk keadaan.
Eleanor tentu saja tidak tahan saat melihat kekecewaan di wajah mertuanya. Karena itu dia berusaha memasang wajah menyenangkan dan mengalihkan topik pembicaraan.
“Kelihatannya papa dan bunda tampak membicarakan sesuatu yang menarik. Apa yang kalian bicarakan?” tanya Eleanor sambil pura-pura mengambil peralatan makannya. Untungnya sang ayah cepat memahami keadaan itu dan menyambut pertanyaan Eleanor dengan antusias.
“Kami membicarakan banyak hal, tempat-tempat menarik dan buku tentunya.” Jawab Handoko sambil menikmati asparagus cream soupnya. Menu appetiser-nya berbeda dari yang lain karena dia sudah memutuskan untuk menjadi vegan sejak beberapa tahun lalu.
“Bunda terkejut karena Pak Han juga mempunyai selera yang menarik.” Rona cerah di wajah Aulia pun kembali muncul.
Baik Handoko maupun Aulia merupakan orang terpelajar jadi tidak sulit membuat mereka terlibat percakapan yang menyenangkan. Eleanor senang dengan kehadiran ayahnya. Dibanding dengan Margaret yang sama-sama wanita, Handoko lebih cocok dengan besannya. Mengabaikan dengusan Margaret, Eleanor tersenyum tipis pada mereka. Malam ini dia terpaksa harus menampilkan banyak senyuman yang tidak pernah ditampilkannya.
“Dan Niko, apa kamu sudah mendapatkan apartemen di Singapura?” kali ini Eleanor beralih pada adik iparnya. Sikap Eleanor yang sedikit hangat membuat Niko agak terkejut.
“Aku sudah mendapatkan sewa apartemen yang cocok.” Jawab Niko dengan canggung.
“Baguslah…”
Setelah dia merasa suasana makan malam itu kembali normal, Eleanor kembali bertindak pasif. Dia hanya berusaha mendengarkan pembicaraan Handoko dan Aulia tanpa berminat menyahuti. Margaret menyelesaikan makanannya dengan cepat sekalipun terus-terusnya mendengus. Barulah setelah hidangan pembuka dibersikan dari meja dan menu utama yang mereka pesan disajikan, Jonathan muncul di pintu restaurant.
Wajahnya tampak cemas. Sementara langkah kakinya bergerak tergesa-gesa menghampiri meja makan tempat dimana keluarganya berkumpul. Diam-diam dia bersyukur karena melihat Eleanor sudah berada disana menemani ibu dan adiknya.
“Saya meminta maaf karena terlambat.” Ucapnya dengan penuh penyesalan.
Eleanor mengamati tampilan kemeja Jonathan yang kurang rapi dan terkesan memakai sembarangan. Dia menduga Jonathan tidak pulang ke rumahnya untuk berganti pakaian, melainkan menemui temannya. Dan kemeja yang dipakainya pun tidak seperti miliknya.
“Oh, tidak apa-apa. Istrimu sudah menjelaskannya.” Sahut Handoko. Berbeda dari Liem Hok, dia cenderung menghindari konflik sekecil apapun.
Jonathan menyapa ibunya dengan senyuman tag mengisyaratkan bahwa tidak ada apapun yang terjadi. Dan saat ayah mertuanya menyebut Eleanor, dia pun secara otomatis menatap perempuan di seberangnya. Kata “istri” yang diucapkan ayah mertuanya seakan menampar wajahnya. “Terima kasih sudah menjelaskannya.” Ucap Jonathan pada Eleanor.
Tidak ada balasan dari Eleanor. Anggukannya hanya membuat Jonathan merasa bersalah. Karena terlambat, Jonathan tidak bisa menikmati hidangan pembuka. Kendati demikian sepanjang makan malam itu dia berusaha menyenangkan semua orang. Termasuk Eleanor. Beberapa kali dia memberikan tatapan persahabatan padanya.
Pukul sembilan malam mereka menyelesaikan makan malam. Setelah keluarga Eleanor dan keluarganya meninggalkan hotel, Jonathan dan Eleanor menjadi orang terakhir yang meninggalkan tempat itu. Kali ini Eleanor pulang ke apartemen bersama Jonathan. Tidak ada pembicaraan diantara mereka sepanjang perjalanan. Jonathan memang tampak menatap Eleanor beberapa kali untuk membuka percakapan dengan Eleanor, namun Eleanor justru menghindarinya dengan pura-pura tidak menyadari tatapan Jonathan. Perjalanan itu terasa sunyi hingga mobil milk Jonathan memasuki basement apartemen.
“Ada yang ingin aku katakan.” Ketika mobil itu telah terparkir, Eleanor tiba-tiba membuka suara. Wajahnya tampak kaku hanya menatap lurus ke depan. Sementara Jonathan yang sudah melepas safe belt-nya mengurungkan niatnya untuk turun.
“Kalau tentang hari ini aku benar-benar minta maaf. Aku menemui Ryan dan…”
“Bukan itu yang ingin kubahas.”
Entah bagaimana Eleanor memotong perkataan Jonathan begitu saja.
“Baiklah, aku akan mendengarkan.”
Sekalipun Jonathan mengecewakannya dalam beberapa hal, Eleanor tak dapat memungkiri jika Jonathan berusaha memperlakukannya dengan baik. Sikap dan penyesalannya sudah mampu membuat Eleanor memaafkannya. Namun Eleanor benci harus berpura-pura. Juga dia benci sikap Jonathan yang tidak natural. Eleanor tahu bahwa Jonathan berusaha tidak menaruh prasangka padanya. Tetapi dia tidak begitu mengenal Eleanor dengan baik.
“Aku tahu dimana keberadaan Allena.”
Kata-kata itu menyengat kesadaran Jonathan. Tidak ada hal yang ditunggunya kecuali informasi tentang Allena. Setelah muncul di pernikahannya dan membuat masalah, Allena menghilang. Jonathan merasa hal itu tidak wajar. Dia dan Ryan bahkan berencana melapor pada polisi jika dalam kurung waktu 24 jam Allena belum ditemukan.
“Aku memerintahkan orang untuk membawanya untuk direhabilitasi. Kelihatannya dia mempunyai masalah dengan kejiwaannya.” Jelas Eleanor.
Tidak ada tanggapan dari Jonathan ketika Eleanor sengaja menunggunya membuka suara. Ketika dia mengalihkan pandangannya pada Jonathan yang didapatkannya adalah garis wajah yang mengeras dan tangan terkepal.
Bakat alami yang dimiliki Eleanor adalah merusak hal baik apapun yang ada disekitarnya. Ketika dia masih kecil dia merusak hubungan baiknya dengan ibunya karena suatu insiden tahun 1998. Eleanor yang dihantui trauma karena kerusuhan itu memilih untuk melimpahkan kesalahan pada ibunya. Kalau saja saat itu ibunya tidak mengajaknya berbelanja di Orion Plaza setidaknya mereka tidak akan menyaksikan pembantaian dan penjarahan secara langsung di depan mata. Terlebih saat itu Eleanor kecil sempat terpisah dari Margaret. Dan jika saja orang baik tidak menolongnya, Eleanor pasti menjadi salah satu korban. Sejak saat itu Eleanor enggan berbicara dengan ibunya. Dia memilih tinggal dan dibesarkan oleh kakek dan neneknya hingga selepas SMA. Eleanor juga enggan pulang ke rumah orang tuanya jika ayahnya tidak ada di rumah. Itu hanya sebagian kecil hubungan yang sengaja di rusak Eleanor. Saat dia masih SMA ada hubungan pertemanan yang juga rusak karena dia. Hubungan yang melibatkan dia, Jenny dan seo
Di mobilnya Jonathan terdiam. Hawa dingin yang ditinggalkan Eleanor memadamkan amarah dalam dirinya. Kendati demikian amarah itu tidak hilang, melainkan mengendap di tempat dimana dia menyebutnya “pengendalian emosi”. Sekarang apa? Setelah dia menikah dengan seorang calon ratu kerajaan bisnis atau setidaknya dia sudah menjalankan peran itu, lalu apa? Apa yang diharapkan Jonathan dari pernikahan itu sebenarnya? Lamunan Jonathan memunculkan sebuah pertanyaan yang terlalu idiot jika diabaikan; apakah dia sudah mengenali siapa perempuan yang dinikahinya hari ini? benar? Hari ini. Belum sehari mereka menikah, tetapi masalah itu muncul ke permukaan. Jonathan mencoba menjernihkan pikirannya dengan memutar radio di dalam mobilnya, lalu menyandarkan kepalanya. Dia seperti tikus yang bersembunyi di saluran bawah tanah karena sadar bahwa di atas sana ada seekor kucing yang sedang menantinya. Setidaknya Jonathan tidak mau menggunakan analogi itu. Dia tidak mau menggambarkan dirinya seperti seekor
Ada tiga box bento berwarna hitam yang tergeletak di meja pantry. Box pertama berisi nasi putih, bistik daging, acar, tuna saus lemon, ekado dan ebi furai, box kedua diisi caesar salad dan potongan buah, lalu yang terakhir box paling atas adalah snack chicken spring roll dan greak yogurt. Itu adalah menu makan siang paling mahal dan paling banyak yang pernah Jonathan makan. Biasanya dia dan Ryan paling-paling akan pergi ke restaurant sushi terdekat atau paling tidak mereka akan memesan soto dan rawon dari warung legendaris langganan mereka. Tidak pernah terpikirkan olehnya harus memakan makan siang sebanyak itu sendiri.“Harusnya makan siang yang seperti ini yang memang cocok untuk CEO.” Celetuk Ryan. Jonathan tidak menyentuh makanan itu sedikitpun, melainkan hanya memandanginya.“CEO perusahaan rintisan tidak termasuk!” balas Jonathan.“Tapi itulah keuntungannya menjadi pria beristri, kamu tidak akan pernah merasa tidak diperhatikan.” Ucap Ryan lagi sembari berbalik mengambil segela
“Semua upaya demi cinta akan gagal jika seseorang tidak mengembangkan seluruh kepribadiannya dengan sedemikian aktif sehingga mencapai sebuah orientasi yang produktif, bahwa pemenuhan cinta seseorang tidak dapat dicapai tanpa kemampuan untuk mencintai orang lain, tanpa kerendahan dan keteguhan hati, serta keyakinan dan kedisiplinan.”-Halaman pengantar dari buku The Art Of Loving, Erich Formm-Rere melihat Eleanor menandai halaman itu dengan sebuah pembatas buku. Lalu beberapa baris kalimat dari halaman itu diberi highlight. Itu adalah buku yang dibaca Eleanor selama sebulan terakhir, atau bahkan lebih. Dia membawanya kemanapun dan tidak membiarkan Rere untuk menyentuhnya. Namun dengan usahanya yang gigih untuk mengintip judul buku tersebut, Rere akhirnya mengetahuinya. Itu adalah sebuah buku non-fiksi berjudul seni mencintai atau karena Eleanor membaca versi asli dalam bahasa inggris, judulnya adalah The Art Of Loving. Salah satu judul buku yang menurut Rere tidak akan pernah membuat
“You can't make an omelet without breaking some eggs.”Ketika Allena melihat Jonathan disana, dia langsung berhambur ke pelukannya. Tetapi Jonathan hanya terpaku, tidak membalas pelukan itu. Allena belum menyadari perubahan dalam kehidupannya. Dia bukan lagi orang yang dicintai Jonathan. Sekalipun perasaan seseorang tidak pernah benar-benar hilang sepenuhnya. Jonathan berkunjung pagi itu setelah mendapat telepon bahkan Allena sudah diperbolehkan menerima kunjungan.Tidak ada yang berubah dari diri Allena. Perempuan itu tidak tampak terluka atau lecet. Jonathan sempat khawatir jika orang-orang Eleanor akan melakukan sesuatu padanya. Namun mereka tidak melakukan apapun selain memasukan Allena ke rumah sakit khusus itu.Untuk pertama kalinya Jonathan yang melepaskan pelukan itu terlebih dahulu. Mereka bertemu di luar kamar perawatan Allena dengan seorang suster yang menemani. Allena menatap mata Jonathan dengan tatapan memohon, dia tampak enggan menjauh meski melihat manik-manik mata Jon
Gandaria Luxury Hotel & Resort diambil alih kepemilikannya oleh Liem Hok sekitar tahun 2000-an untuk tujuan pribadi. Namun lambat laun pembangunan resort itu diperluas dan fasilitasnya ditingkatnya hingga kemudian menjadikan salah satu bisnis keluarga tersebut di bidang pariwisata. Kini Gandaria Luxury Hotel & Resort telah menjadi salah satu resort bintang lima di Nusa Dua yang sering menjadi tempat pertemuan bisnis dan sekaligus tempat menginap bagi kalangan atas. Liem Hok yang telah mempersiapkan pesta itu sejak sepekan lalu tampak sengaja memamerkan fasilitas dan kemewahan tempat itu kepada setiap tamunya.Setiap koridor di hiasi dengan pernak-pernik etnik, lampu-lampu kristal, guci-guci kuno. Hiasan dan konsep pesta itu sendiri memakai tema dreamy fairlytale dengan kristal-kristal lampu bernuansa magical white-beige, lilin-lilin, lighting effect, bunga mawar putih hinga lily serta lampion indah berbentuk terantai di sepanjang area kolam yang menghadap laut. Di sepanjang area, mula
Katakanlah instingnya kuat. Ketika melihat Jonathan meninggalkan pesta itu lebih awal, dia tahu ada sesuatu yang tidak beres. Jonathan melangkah menjauh dari tempat dimana Liem Hok dan anggota kongsi bisnisnya berada. Melihat bagaimana pamannya tampak tertawa dan menikmati pembicaraan dengan mereka, Eleanor tidak melihat cela untuk mencurigai pamannya. Namun jika bukan pamannya siapa lagi yang akan mampu berbuat sesuka hatinya.“Ada apa? Kamu mencari seseorang?”Ketika Eleanor mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru dan menyisiri semua tamu undangan, Rere datang menghampirinya. Untuk malam dia memang merasa kecolongan karena ada dua orang yang harus dilindunginya dari orang-orang gila di pesta itu. Eleanor telah mengintruksikan Rere untuk menemani ibunda Jonathan serta menjauhkannya dari kemungkinan bahwa Margaret dan tacik-tacik pasar atom lainnya mempunyai rencana untuk mempermalukan Aulia di depan umum. Namun sejauh ini Rere berhasil menceganya.Hanya Jonathan yang sekarang mem
“Love is about standing in, not falling for”(Page 28, Art Of Loving)Sepuluh tahun sejak dia pertama kali mengenalnya. Namun orang lain mungkin berpikir bahwa dia mengenal Rere baru setelah dia menjadi sekretaris Eleanor. Kenyataannya dia bertemu Rere ketika dia masih kulia di NUS. Saat itu Rere masih pegawai magang di kantor Singapura. Belakangan William tahu bahwa Rere atau Resti Anggika adalah anak tukang kebun kakeknya yang diberi beasiswa dan sekolahkan oleh kakeknya hingga universitas. Setelah lulus kulia−meski tidak diwajibkan−Rere pun berkerja di perusahaan kakek William sebagai upaya balas budi. Setelah pertemuan di usia itu, William pun tidak lagi mendengar kabar tentang Rere.Dia sendiri mengalami turbulensi yang membuatnya mempertanyakan tentang tujuan hidup dan keinginannya. Kehidupan yang dijalaninya sebagai putra bungsu tidak membuatnya puas. Dan karena IQ-nya di atas rata-rata, dia pun mulai menemukan sesuatu yang tidak beres dari bisnis keluarganya. Ada yang salah de
Selama sepuluh tahun lebih jantungnya tidak pernah berdetak kencang untuk seorang pria. Eleanor mati rasa dan hidup bagaikan robot uang. Bekerja, bekerja dan bekerja. Dalam pundaknya terdapat tanggung jawab sebagai generasi keempat dari kerajaan bisnis keluarganya, sehingga dia mulai lupa bagaimana menjadi seorang wanita pada umumnya. Terlebih wanita yang dicintai Jonathan.Uang mungkin bukan lagi segalanya bagi keluarganya. Mereka mampu membeli apapun dengan uang. Begitupula dengan Eleanor yang telah berupaya membeli cinta Jonathan Aldebaran. Namun hal itu tidak serta merta membuat Eleanor tahu bagaimana cara mencintai atau dicintai.Sepanjang perjalanan menuju restaurant Eleanor menyentuh pergelangan tangannya. Ada perasaan aneh setiap kali dia mengingat bagaimana Jonathan menggandeng pergelangan tangannya sore tadi. Rasanya berbeda dari saat mereka berjalan bergandengan di altar ataupun di pesta pernikahan mereka. Telapak tangan Jonathan terasa hangat dan lebar. Dalam genggaman itu
Meninggalkan kawasan ITDC, Jeep Wrangler Rubicon itu melaju di jalanan beraspal dengan kecepatan sedang 22 km/jam. Jonathan sendiri yang mengemudikannya dengan Eleanor di kursi penumpang. Eleano tampak nyentrik dengan kacamata Ana Hickmann rose gold, bak mobil yang terbuka membuat kulitnya tersengat matahari, sementara rambut curly tipis miliknya berterbangan di terpa angin. Mereka tidak berencana melakukan perjalanan jauh. Hanya sekedar membuang waktu bersama. Daftar rencana yang dikirim Rere pagi ini sudah Eleanor disingkirkan jauh-jauh. Dia tidak akan mengikuti daftar memalukan itu.From: Restianggika@hscorporate.comSubject: List kegiatan honeymoonKepada Yth.Ibu Eleanor LiemsudibyoDi tempatSehubungan dengan rencana honeymoon anda, saya−selaku sekretaris korporate yang bersangkutan−telah melakukan riset mendalam tentang apa saja kegiatan yang dapat dilakukan bersama pasangan dalam rangka honeymoon. Dan karena Ibu Eleanor yang terhormat telah mempercayakan perkerjaan penting ini
Sejak matahari terbit, Eleanor sudah berlari di sekitar pantai. Hingga dua jam kemudian, dia masih melakukan hal yang sama. Sudah beberapa kali putaran dia melewati garis pantai, membiarkan ombak menemaninya. Pasir di bawah kakinya meninggalkan banyak jejak sepatu. Namun Eleanor tidak ingin berhenti sampai dia tak mampu lagi berlari. Anggaplah dia perpaduan dari kepribadian misokhisme dan sadisme, dia memaksa orang lain mengikuti kehendaknya, dia menyakiti, mempermainkan mereka tapi disisi lain dia juga membiarkan dirinya disakiti, dihina dan dipermainkan oleh seseorang. Dia menyiksa dirinya sebagai hukuman atas perbuatannya karena tidak ingin membiarkan orang lain menghukumnya.Peluh membanjiri pelipis Eleanor seiring dengan terik matahari yang menyengat. Deburan ombak mulai melunak. Di putaran yang kesekiankalinya itu akhirnya Eleanot tidak fokus hingga terandung dan jatuh. Siku dan lututnya menumbuk pasir, dia segera berdiri untuk melanjutkan joggingnya. Tapi otot kakinya kelelahan
“Love is about standing in, not falling for”(Page 28, Art Of Loving)Sepuluh tahun sejak dia pertama kali mengenalnya. Namun orang lain mungkin berpikir bahwa dia mengenal Rere baru setelah dia menjadi sekretaris Eleanor. Kenyataannya dia bertemu Rere ketika dia masih kulia di NUS. Saat itu Rere masih pegawai magang di kantor Singapura. Belakangan William tahu bahwa Rere atau Resti Anggika adalah anak tukang kebun kakeknya yang diberi beasiswa dan sekolahkan oleh kakeknya hingga universitas. Setelah lulus kulia−meski tidak diwajibkan−Rere pun berkerja di perusahaan kakek William sebagai upaya balas budi. Setelah pertemuan di usia itu, William pun tidak lagi mendengar kabar tentang Rere.Dia sendiri mengalami turbulensi yang membuatnya mempertanyakan tentang tujuan hidup dan keinginannya. Kehidupan yang dijalaninya sebagai putra bungsu tidak membuatnya puas. Dan karena IQ-nya di atas rata-rata, dia pun mulai menemukan sesuatu yang tidak beres dari bisnis keluarganya. Ada yang salah de
Katakanlah instingnya kuat. Ketika melihat Jonathan meninggalkan pesta itu lebih awal, dia tahu ada sesuatu yang tidak beres. Jonathan melangkah menjauh dari tempat dimana Liem Hok dan anggota kongsi bisnisnya berada. Melihat bagaimana pamannya tampak tertawa dan menikmati pembicaraan dengan mereka, Eleanor tidak melihat cela untuk mencurigai pamannya. Namun jika bukan pamannya siapa lagi yang akan mampu berbuat sesuka hatinya.“Ada apa? Kamu mencari seseorang?”Ketika Eleanor mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru dan menyisiri semua tamu undangan, Rere datang menghampirinya. Untuk malam dia memang merasa kecolongan karena ada dua orang yang harus dilindunginya dari orang-orang gila di pesta itu. Eleanor telah mengintruksikan Rere untuk menemani ibunda Jonathan serta menjauhkannya dari kemungkinan bahwa Margaret dan tacik-tacik pasar atom lainnya mempunyai rencana untuk mempermalukan Aulia di depan umum. Namun sejauh ini Rere berhasil menceganya.Hanya Jonathan yang sekarang mem
Gandaria Luxury Hotel & Resort diambil alih kepemilikannya oleh Liem Hok sekitar tahun 2000-an untuk tujuan pribadi. Namun lambat laun pembangunan resort itu diperluas dan fasilitasnya ditingkatnya hingga kemudian menjadikan salah satu bisnis keluarga tersebut di bidang pariwisata. Kini Gandaria Luxury Hotel & Resort telah menjadi salah satu resort bintang lima di Nusa Dua yang sering menjadi tempat pertemuan bisnis dan sekaligus tempat menginap bagi kalangan atas. Liem Hok yang telah mempersiapkan pesta itu sejak sepekan lalu tampak sengaja memamerkan fasilitas dan kemewahan tempat itu kepada setiap tamunya.Setiap koridor di hiasi dengan pernak-pernik etnik, lampu-lampu kristal, guci-guci kuno. Hiasan dan konsep pesta itu sendiri memakai tema dreamy fairlytale dengan kristal-kristal lampu bernuansa magical white-beige, lilin-lilin, lighting effect, bunga mawar putih hinga lily serta lampion indah berbentuk terantai di sepanjang area kolam yang menghadap laut. Di sepanjang area, mula
“You can't make an omelet without breaking some eggs.”Ketika Allena melihat Jonathan disana, dia langsung berhambur ke pelukannya. Tetapi Jonathan hanya terpaku, tidak membalas pelukan itu. Allena belum menyadari perubahan dalam kehidupannya. Dia bukan lagi orang yang dicintai Jonathan. Sekalipun perasaan seseorang tidak pernah benar-benar hilang sepenuhnya. Jonathan berkunjung pagi itu setelah mendapat telepon bahkan Allena sudah diperbolehkan menerima kunjungan.Tidak ada yang berubah dari diri Allena. Perempuan itu tidak tampak terluka atau lecet. Jonathan sempat khawatir jika orang-orang Eleanor akan melakukan sesuatu padanya. Namun mereka tidak melakukan apapun selain memasukan Allena ke rumah sakit khusus itu.Untuk pertama kalinya Jonathan yang melepaskan pelukan itu terlebih dahulu. Mereka bertemu di luar kamar perawatan Allena dengan seorang suster yang menemani. Allena menatap mata Jonathan dengan tatapan memohon, dia tampak enggan menjauh meski melihat manik-manik mata Jon
“Semua upaya demi cinta akan gagal jika seseorang tidak mengembangkan seluruh kepribadiannya dengan sedemikian aktif sehingga mencapai sebuah orientasi yang produktif, bahwa pemenuhan cinta seseorang tidak dapat dicapai tanpa kemampuan untuk mencintai orang lain, tanpa kerendahan dan keteguhan hati, serta keyakinan dan kedisiplinan.”-Halaman pengantar dari buku The Art Of Loving, Erich Formm-Rere melihat Eleanor menandai halaman itu dengan sebuah pembatas buku. Lalu beberapa baris kalimat dari halaman itu diberi highlight. Itu adalah buku yang dibaca Eleanor selama sebulan terakhir, atau bahkan lebih. Dia membawanya kemanapun dan tidak membiarkan Rere untuk menyentuhnya. Namun dengan usahanya yang gigih untuk mengintip judul buku tersebut, Rere akhirnya mengetahuinya. Itu adalah sebuah buku non-fiksi berjudul seni mencintai atau karena Eleanor membaca versi asli dalam bahasa inggris, judulnya adalah The Art Of Loving. Salah satu judul buku yang menurut Rere tidak akan pernah membuat
Ada tiga box bento berwarna hitam yang tergeletak di meja pantry. Box pertama berisi nasi putih, bistik daging, acar, tuna saus lemon, ekado dan ebi furai, box kedua diisi caesar salad dan potongan buah, lalu yang terakhir box paling atas adalah snack chicken spring roll dan greak yogurt. Itu adalah menu makan siang paling mahal dan paling banyak yang pernah Jonathan makan. Biasanya dia dan Ryan paling-paling akan pergi ke restaurant sushi terdekat atau paling tidak mereka akan memesan soto dan rawon dari warung legendaris langganan mereka. Tidak pernah terpikirkan olehnya harus memakan makan siang sebanyak itu sendiri.“Harusnya makan siang yang seperti ini yang memang cocok untuk CEO.” Celetuk Ryan. Jonathan tidak menyentuh makanan itu sedikitpun, melainkan hanya memandanginya.“CEO perusahaan rintisan tidak termasuk!” balas Jonathan.“Tapi itulah keuntungannya menjadi pria beristri, kamu tidak akan pernah merasa tidak diperhatikan.” Ucap Ryan lagi sembari berbalik mengambil segela