Rachel sudah bersiap akan pergi bekerja, saat tiba-tiba sebuah pesan masuk di ponselnya. Sambil berjalan ke arah garasi tempat sepeda motornya terparkir, Rachel membaca pesan singkat itu. Mungkin lebih tepatnya sebuah pesan ancaman.
"Jika kau tidak ingin nama perusahaan tempatmu bekerja menjadi rusak dan hancur, hari ini kau harus menghadiri resepsi pernikahanku dan Celline. Aku menunggumu."
Begitu lah isi pesan yang masuk. Tertulis di sana nama pengirim pesan adalah Nathan.
Rachel merasa tubuhnya lemah seketika. Kakinya goyah. Hampir saja ia terjatuh, Jihan dengan cepat memegang tangannya. Menuntunnya kembali ke ruang keluarga dan duduk di kursi.
"Ada apa kak? Apa hari ini kakak kurang enak badan?" Terlihat Jihan sangat mengkhawatirkan keadaan Rachel.
"Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku hanya sedikit pusing tadi. Mungkin karena semalam aku kurang tidur." Jawab Rachel berbohong pada Jihan.
"Apa tidak sebaiknya kakak hari ini minta lib
Semua mata tertuju padanya. Gadis tinggi dengan body yang sempurna. Memakai gaun merah, terang, dan ketat panjang kaki. Dengan belahan mencapai paha. Kerah berbentuk V dan menampilan belahan dada yang membuat mata lelaki pasti tak mau melepaskan pandangannya. Rambut ikal di gerai kesamping sepanjang dada. Tak lupa anting panjang se bahu berbentuk kepakan sayap burung merak. Di tangannya ia menenteng sebuah tas kecil berwarna gold dengan gliter mewah. Tak menyangka menjadi pusat perhatian, Rachel menjadi salah tingkah. Ia mendehem untuk menghilangkan ke gugupannya. Lalu berjalan menuju salah satu meja yang ternyata disana juga berdiri seorang pria tua yang biasa ia jumpai di restoran di kota S. Nathan menatap tajam pada Rachel. Ia benci karena kecantikan Rachel menjadi tontonan semua orang hari ini. Dia tidak rela berbagi sedikitpun dengan orang lain. Hanya dia yang boleh melihat aura cantik yang ada dalam diri Rachel ini. Dia marah pada Rachel. Nathan b
Di tempat pernikahan itu, Celline tersenyum puas. Ia sangat yakin bahwa orang bayarannya telah berhasil memperkosa Rachel yang sudah di berinya obat perangsang. Tentang ke tidak hadiran Nathan di penutup acara, Celline hanya menganggap Nathan memang sengaja pergi lebih awal mengingat ia yang melakukan pernikahan ini dengan terpaksa. Tidak terfikirkan olehnya bahwa saat ini Nathan telah menggantikan posisi orang bayarannya untuk tidur bersama Rachel. "Sayang, selamat atas pernikahanmu. Mami doakan semoga kalian selalu bahagia." Sapa Jeny saat menghampiri Celline. Celline memasang senyum palsu pada mertuanya itu. "Tentu saja. Terima kasih Mam." Mereka berpelukan dan melakukan cipika cipiki ( cium pipi kanan cium pipi kiri ). "Akhirnya Mami punya menantu yang cantik dan sempurna sepertimu. Pasti Nathan akan sangat bahagia, iya kan Pi?" Lanjut Jeny lagi dan membawa Frans ke dalam pembicaraannya. Frans yang awalnya diam, hanya berkata "Ya, semoga kalian ba
"Sayang, sepertinya kau sangat agresif malam ini. Beruntung tadi aku menemukanmu tepat waktu." Nathan membelai lembut pipi Rachel. Rachel di bawah pengaruh alkohol dari anggur yang di minumnya saat di pesta dan ternyata sudah di campur obat perangsang dosis tinggi, tidak lagi mengingat semua permasalahannya dengan Nathan. Bahkan mungkin dia tidak sadar apa yang dilakukannya saat ini. Rachel mempimpin permainan. Dia mencium leher Nathan dengan sangat bergairah. Kecupan dan jilatan bergantian, semakin turun hingga ke dada Nathan yang sangat kekar dan penuh dengan bulu. Lama Rachel memainkan bibir dan lidahnya disana. Nathan memejamkan mata menikmati sentuhan Rachel. "Oh shit, kau sangat mahir." Nathan terus mendesah hingga ciuman Rachel sampai pada perutnya. "Ooohh... sayang. Cepat lakukan itu. Aku menginginkannya." Pinta Nathan. Rachel perlahan membuka gesper, kancing dan resleting celana yang di kenakan Nathan. Dia meluncurkan celana itu ke ba
Pagi harinya, saat Rachel terbangun dan sadar dari sisa mabuknya semalam. Betapa terkejutnya dia saat mendapati dirinya tidak mengenakan sehelai benangpun. Dan, dimana dia saat ini? Siapa yang telah menidurinya? Apa yang terjadi pada dirinya? Bermacam pertanyaan muncul di benak Rachel. Karena saat terbangun, ia hanya seorang diri di kamar ini. Rachel mengamati ruangan itu sampai ia melihat pakaiannya yang berserak di lantai kamar. Saat ia meraihnya, dia sangat kaget melihat betapa buruknya robekan pada pakaian itu. Lalu bagaimana dia sekarang? Bagaimana dia akan keluar dari sini jika pakaiannya sudah tidak bisa di pakai lagi? Rachel kembali frustasi memikirkan semua itu. Tanpa pikir panjang, Rachel membalut tubuhnya dengan selimut putih itu menuju kamar mandi. Lalu Rachel mandi dan membersihkan dirinya. Dia menangis sesenggukan di bawah guyuran air sower. Dia merasa sangat kotor saat ini, karena tidak tau siapa yang telah menyetubuhinya tadi malam. Bahkan dia tidak m
Setelah dua jam perjalanan, Rachel merasakan lambungnya sudah tidak bisa berkompromi lagi. Bagaimana tidak, dia melewatkan sarapannya pagi ini. Dan saat ini sudah menunjukkan jam setengah satu siang. Tentu saja perutnya sudah merasa tidak nyaman. "Roy, tolong cari tempat makan yang tidak terlalu mewah dan berhenti. Kita akan makan siang di sana." Perintah Rachel. "Baik, Nona. Di depan ada restoran cepat saja yang sederhana, tapi rasa makanannya kualitas bintang lima." Roy dengan bangga memberitahu pada Rachel. "Ternyata kau cukup mengenal daerah ini." Puji Rachel membuat Roy tersenyum malu. "Tentu saja, Nona. Ini adalah kampung halamanku." Tiba-tiba ada guratan kesedihan di wajah Roy saat mengatakannya. Rachel dapat melihatnya dari kaca yang berada di sisi depan kemudi Roy. "Kau terdengar sangat sedih. Kenapa setiap kampung halaman, menyisakan kesedihan di hati orang-orang." Rachel mampu merasakan kesedihan itu, walau mungkin cerita kesedihan
Kini Rachel telah berada di kamar rumahnya. Hari sudah menunjukkan jam empat sore. Namun sejak sampai di rumah tadi, Rachel enggan keluar kamar. Beruntung ia memiliki Jihan dan Key yang sangat mengerti dirinya. Mereka tidak mengganggu Rachel sama sekali. Rachel masih memikirkan semua kata-kata Roy tadi. Dia bahkan terduduk lemas di lantai parkiran saat mendengar semua yang di katakan Roy tentang kejadian malam tadi. Dan ia juga harus di papah masuk ke dalam mobil, ia berbaring di kursi belakang tempat ia duduk sejak berangkat dari villa pagi tadi. "Begitu lah kejadian sebenarnya Nona. Jika aku terlambat sedetik saja melaporkan pada Tuan, entah apa yang sudah di lakukan pria itu pada dirimu." "Pria itu telah mendapat hukuman yang setimpal dari Tuan Muda." "Tuan tidak akan bersikap lunak kepada orang yang telah lancang menyentuh miliknya." "Bajingan itu telah kehilangan kedua bola matanya, karena telah berani melihat tubuh Nona setengah ta
Ternyata pekerjaan Nathan selesai sehari lebih cepat. Awalnya Nathan ingin segera pulang. Tapi kemudian ia mengingat akan berada di rumah itu dengan Celline, dia menunda kepulangannya sesuai dengan jadwal seharusnya. Nathan kembali ke hotel tempatnya menginap. Di dalam kamar hotel itu, dia berbaring di kasur yang lumayan empuk. Karena ini kamar VVIP khusus. Tentu saja, Nathan adalah salah satu pengusaha sukses yang sangat di kenal dalam dunia perbisnisan. Sahamnya ada dimana-mana. Apalagi dia adalah keturunan Darke. Keluarga Darke adalah yang sangat bepengaruh dalam dunia persahaman dunia. Kakek Nathan adalah satu-satunya pemegang saham tertinggi. Beliau sangat di segani, bahkan setelah beliau meninggal. Para kolega dan rekan bisnis masih sering membicarakan segala kebaikan dan kehebatannya dalam berbisnis. Sebenarnya Nathan tidak terlalu tertarik masuk ke dalam dunia bisnis ini, tapi ia tidak punya pilihan lain. Di tangannya kini berada masa depan keturunan Darke, s
Hari demi hari terasa sangat cepat berlalu. Dua bulan sudah sejak pernikahan Celline dan Nathan. Begitu pula dengan malam yang penuh gairah antara Nathan dan Rachel di villa saat itu. Kini perut Celline sudah mulai membesar. Tentu saja, saat ini sudah enam bulan usia kehamilannya. Tapi dia masih sangat suka memakai pakaian yang sangat ketat, memperlihatkan dengan sangat jelas perutnya yang membuncit. Walau pun sebenarnya itu sudah di larang oleh Dokter, karena bisa menghambat gerak janin. Tapi Celline tak pernah mendengarkannya. Siang itu Celline melakukan USG di Rumah Sakit milik Ayahnya. Tentu saja saat ini Nathan harus bersedia menemaninya. Selain dia tidak ingin Celline membuat drama pada Ayahnya, Nathan juga harus menanyakan sesuatu pada Arnold. Saat proses USG sedang berlangsung, Celline terlihat pura-pura bahagia di depan Nathan. Memamerkan janin di dalam perutnya yang terlihat pada layar datar itu. Namun Nathan hanya memasang wajah datar dan dingin. D