Setelah dua jam perjalanan, Rachel merasakan lambungnya sudah tidak bisa berkompromi lagi. Bagaimana tidak, dia melewatkan sarapannya pagi ini. Dan saat ini sudah menunjukkan jam setengah satu siang. Tentu saja perutnya sudah merasa tidak nyaman.
"Roy, tolong cari tempat makan yang tidak terlalu mewah dan berhenti. Kita akan makan siang di sana." Perintah Rachel.
"Baik, Nona. Di depan ada restoran cepat saja yang sederhana, tapi rasa makanannya kualitas bintang lima." Roy dengan bangga memberitahu pada Rachel.
"Ternyata kau cukup mengenal daerah ini." Puji Rachel membuat Roy tersenyum malu.
"Tentu saja, Nona. Ini adalah kampung halamanku." Tiba-tiba ada guratan kesedihan di wajah Roy saat mengatakannya. Rachel dapat melihatnya dari kaca yang berada di sisi depan kemudi Roy.
"Kau terdengar sangat sedih. Kenapa setiap kampung halaman, menyisakan kesedihan di hati orang-orang." Rachel mampu merasakan kesedihan itu, walau mungkin cerita kesedihan
Kini Rachel telah berada di kamar rumahnya. Hari sudah menunjukkan jam empat sore. Namun sejak sampai di rumah tadi, Rachel enggan keluar kamar. Beruntung ia memiliki Jihan dan Key yang sangat mengerti dirinya. Mereka tidak mengganggu Rachel sama sekali. Rachel masih memikirkan semua kata-kata Roy tadi. Dia bahkan terduduk lemas di lantai parkiran saat mendengar semua yang di katakan Roy tentang kejadian malam tadi. Dan ia juga harus di papah masuk ke dalam mobil, ia berbaring di kursi belakang tempat ia duduk sejak berangkat dari villa pagi tadi. "Begitu lah kejadian sebenarnya Nona. Jika aku terlambat sedetik saja melaporkan pada Tuan, entah apa yang sudah di lakukan pria itu pada dirimu." "Pria itu telah mendapat hukuman yang setimpal dari Tuan Muda." "Tuan tidak akan bersikap lunak kepada orang yang telah lancang menyentuh miliknya." "Bajingan itu telah kehilangan kedua bola matanya, karena telah berani melihat tubuh Nona setengah ta
Ternyata pekerjaan Nathan selesai sehari lebih cepat. Awalnya Nathan ingin segera pulang. Tapi kemudian ia mengingat akan berada di rumah itu dengan Celline, dia menunda kepulangannya sesuai dengan jadwal seharusnya. Nathan kembali ke hotel tempatnya menginap. Di dalam kamar hotel itu, dia berbaring di kasur yang lumayan empuk. Karena ini kamar VVIP khusus. Tentu saja, Nathan adalah salah satu pengusaha sukses yang sangat di kenal dalam dunia perbisnisan. Sahamnya ada dimana-mana. Apalagi dia adalah keturunan Darke. Keluarga Darke adalah yang sangat bepengaruh dalam dunia persahaman dunia. Kakek Nathan adalah satu-satunya pemegang saham tertinggi. Beliau sangat di segani, bahkan setelah beliau meninggal. Para kolega dan rekan bisnis masih sering membicarakan segala kebaikan dan kehebatannya dalam berbisnis. Sebenarnya Nathan tidak terlalu tertarik masuk ke dalam dunia bisnis ini, tapi ia tidak punya pilihan lain. Di tangannya kini berada masa depan keturunan Darke, s
Hari demi hari terasa sangat cepat berlalu. Dua bulan sudah sejak pernikahan Celline dan Nathan. Begitu pula dengan malam yang penuh gairah antara Nathan dan Rachel di villa saat itu. Kini perut Celline sudah mulai membesar. Tentu saja, saat ini sudah enam bulan usia kehamilannya. Tapi dia masih sangat suka memakai pakaian yang sangat ketat, memperlihatkan dengan sangat jelas perutnya yang membuncit. Walau pun sebenarnya itu sudah di larang oleh Dokter, karena bisa menghambat gerak janin. Tapi Celline tak pernah mendengarkannya. Siang itu Celline melakukan USG di Rumah Sakit milik Ayahnya. Tentu saja saat ini Nathan harus bersedia menemaninya. Selain dia tidak ingin Celline membuat drama pada Ayahnya, Nathan juga harus menanyakan sesuatu pada Arnold. Saat proses USG sedang berlangsung, Celline terlihat pura-pura bahagia di depan Nathan. Memamerkan janin di dalam perutnya yang terlihat pada layar datar itu. Namun Nathan hanya memasang wajah datar dan dingin. D
"Kau memang sangat memahamiku, aku beruntung setidaknya masih ada kau yang menemaniku di saat aku kehilangan seluruh duniaku yang lama." "Itu lah arti sebuah persahabatan. Yang akan selalu bersama meski salah satu di antarnya sedang terluka, meski kita harus mengorbankan sesuatu demi sahabat. Sahabat bukan orang yang akan meninggalkanmu di saat kau jatuh dan terpuruk, bukan juga orang yanga akan mentertawai kesialanmu. Sahabat orang yang akan merangkulmu dalam suka mau pun duka." "Kau benar. Aku tak akan bisa membalas semua kebaikanmu." "Dalam persahabatan tidak ada ucapan terima kasih, dan tidak ada hutang budi." "Haha, aku menyerah. Kau jauh lebih bijak dari yang kukira." "Aku pun tak menyangka bisa berkata seperti itu, hahaha.." Tawa bahagia dua sahabat yang baru saja saling melepaskan rindu. Tentu saja, ini hanya permulaan sekaligus trik untuk mengelabui orang suruhan Celline. Yang diam-diam menguping pembicaraan mereka sejak tadi.
Sudah tiga bulan Celline berstatus sebagai isteri Nathan. Tapi Nathan tidak pernah menyentuhnya. Jangankan nenyentuh, menatapnya saja Nathan tidak pernah. Dia selalu lebih banyak berbicara tanpa melihat ke arah Celline. Tapi, bukan Celline namanya jika menyerah begitu saja. Seperti malam ini, Nathan sedang bekerja di ruang kerjanya. Celline berjalan ke arah ruangan itu dengan membawa secangkir teh hangat. Celline terlihat sexy mengenakan lingre bewarna hitam dengan perut yang membuncit. Tentu saja dia sengaja. Ia berniat menggoda Nathan lagi malam ini. "Sayang, aku masuk." Ucapnya sambil mendorong pintu dan melangkah masuk. Lalu menuju ke meja dimana terihat tumpukan dokumen yang sedang di pelajari Nathan isinya. Nathan hanya diam dan terus fokus membaca isi tiap-tiap dokumen. "Sayang, ini aku bawakan teh." Celline meletakkan secangkir teh di atas meja kerja Nathan. Namun yang di ajak bicara masih saja diam. Seolah-olah Cel
Terdengar suara Key berbincang dengan Jihan. "Kak, ayo antar Key. Hari ini Momy tidak bisa mengantarkan Key. Momy sedang sakit." Ucap Key pada Jihan yang sedang membersihkan meja sisa sarapan Rachel tadi. "Oh ya? Apakah Momy sangat parah? Apa perlu kita membawanya ke rumah sakit?" Jihan sangat panik mendengar bahwa Rachel sakit. Karena sejak mereka tinggal bersama, Rachel lah orang yang paling jarang sakit. "Em... Sepertinya tidak begitu parah. Momy bilang hanya masuk angin. Sekarang Momy sedang istirahat. Biarkan saja dulu, nanti setelah kita pulang, kita akan menjaga Momy." Saran Key yang tentu saja di setujui oleh Jihan dengan tersenyum, karena Key sangat lucu saat berbicara serius seperti tadi. "Dan sekarang, mari kita beraaangkaaattt." Jihan berkata sambil berlari tertawa meninggalkan Key di belakangnya dan dengan cepat juga berlari mengejarnya dengan suara tawa yang renyah. Tidak terasa, Rachel tertidur sangat lama. Sekitar dua jam ia ti
Di dalam kamar sebuah rumah sakit. Nathan terlihat sangat khawatir, tak henti-henti dia memandang Rachel yang sedang terbaring tak sadarkan diri. Awalnya Nathan ingin berkunjung ke rumah Rachel, namum sebelum sampai di depan pagar rumahnya, Nathan melihat Rachel dengan tergesa-gesa memasuki sebuah taxi. Jadi dia langsung mengikuti kemana arah taxi itu pergi. Dan ternyata kejadian seperti di caffe itu lah yang terjadi. Nathan sengaja tidak datang membantu Rachel saat di permalukan oleh Celline, karena ia takut Rachel akan merasa tersinggung dan lebih malu lagi. Dia juga tidak ingin Celline melakukan dan mengatakan hal yang nantinya akan memojokkan posisi Rachel. Tapi setelah melihat Rachel jatuh pingsan, tentu Nathan tidak bisa tinggal diam lagi. Disini lah mereka sekarang. Seorang Dokter wanita sedang memeriksa keadaan Rachel dengan sangat serius. "Tuan, saya harus bicara dengan anda mengenai keadaan Nona ini." Ucap Dokter itu ketika selesai memeriksa
Nathan menatap wajah lemah Rachel. Ia membelainya dengan pilu. "Sabar lah, sedikit lagi kita akan bersama. Aku akan segera menyingkirkan wanita licik itu dari hidupku." Ucapnya nyaris tak terdengar. Nathan mengambil ponsel dan segera menghubungi Roy. "Bagaimana Roy? Apakah bajingan itu sudah mau mengakui segalanya? Bagus. Aku akan segera kesana." Lalu panggilan itu di matikan. "Honey, istirahat lah. Sebentar lagi Jihan dan Key akan datang. Aku harus pergi saat ini, aku akan mengurus semua hal yang mengganggu ketenanganmu." Dengan sedikit belaian pada kepala Rachel, tak lupa ia mengecup kening wanita itu dengan lembut. Nathan segera keluar dari ruangan tempat Rachel di rawat, namun ia berpapasan dengan putrinya dan Jihan. "Papii.." sapa Key bahagia dan menghambur ke dalam pelukan Nathan. "Putriku yang cantik. Apa kabarmu sayang?" Nathan memeluk dan berjongkok di depan putrinya. "Heemm, sepertinya aku sedang tidak enak hati."