Share

3: Ryan

Author: emeraldisa
last update Last Updated: 2022-09-30 16:34:46

Perjalanan ke Bali itu pun memang akhirnya terjadi. Para bos kami dan keluarganya sudah berangkat lebih dulu dari kemarin, sehingga menyisakan aku dan Ellie dan beberapa karyawan yang memang diikutsertakan. Dan karena hanya ingin berduaan, aku sengaja reschedule jadwal pesawat sehingga dapat jadwal penerbangan tengah malam dan kondisi sepi penumpang. Ellie tampak menikmati dengan antengnya bergelayut di sebelahku, walaupun sebenarnya pikirannya sedang kemana-mana karena Ryan pun akan berkunjung juga ke Bali, tepatnya besok.

              “Besok Ryan minta aku jemput dia di bandara.” ujar Ellie sambil menyeruput kopi panasnya. “Kamu temenin aku, ya?”

              “Apa ngga jadi canggung nanti?” balasku tak yakin sambil ikut mencicipi kopinya. Bagiku aneh, karena Ellie selalu menikmati kopinya tanpa gula. Dia bilang sudah terbiasa karena sudah dari kecil ikut-ikutan menyicipi kopi racikan kakeknya yang memang dibuat tanpa gula. Malah baginya aneh kalau minum kopi tapi rasanya manis.

              “It’s okay kok, Mas… Aku pengen banget kalian bisa ketemu…”

              “Buat apa? Biar bisa dibandingin siapa yang lebih baik?”

              Dia hanya diam, tak menjawabku lagi. Apa perlu, Ell? Melihat kami, aku dan Ryan berdiri berhadapan dan saling memperkenalkan diri? Mungkin Ryan bisa memperkenalkan dirinya sebagai ‘pacar Ellie’ atau ‘calon suami Ellie’ sedangkan aku? Apa harus aku memperkenalkan diri sebagai ‘selingkuhan Ellie’ atau ‘orang yang selama ini menggantikan posisimu’?

              Tapi jujur, aku sebenarnya sudah lama membayangkan momen seperti itu, ketika aku dan Ryan akan bertemu. Entah bagaimana, sepertinya aku mulai terobsesi pada lelaki itu, maksudku, aku ingin menjadi dia, benar-benar menjadi dia. Memiliki apa yang tidak bisa kumiliki kini, salah satunya tentu wanita cantik menggemaskan yang susah payah selalu kupertahankan hingga kini. Kupikir aku bisa berteman baik dengannya, karena menurut penilaianku, sosok Ryan dan aku bisa membina hubungan yang baik. Tapi pasti agak aneh ya kalau aku justru bisa berteman dengannya.

              Dan, jadilah aku seperti orang bodoh menemani Ellie untuk menjemput calon suami yang sudah hampir tiga bulan tidak ketemu. Daritadi dia mondar mandir tidak karuan, beberapa kali buang air kecil, bahkan sudah merengek untuk segera ke bandara ketika Ryan mengabari kalau pesawatnya baru boarding. Benar-benar seperti bukan dirinya yang biasanya tenang dan santai. Dia bilang dia cemas dan panik karena aku akan bertemu dengan calon suaminya itu. Ketika kutanya lantas kenapa dia malah mengajakku padahal dia sendiri cemas, dia pun menjawab “kupikir kalian berdua bisa jadi teman baik…”.

              Hei, teman baik apanya?

              Dan sekitar 15 menit kemudian, yang kami nantikan tiba. Lelaki itu akhirnya muncul, membawa koper hitamnya yang berukuran sedang. Dia tinggi, lebih tinggi daripada aku sepertinya, mengenakan kaos biasa berwarna putih dan jin hitam, serta topi hitam. Penampilan yang biasa saja padahal, tapi entah mengapa bahkan sebagai lelaki aku merasakan pesonanya. Benar-benar seperti Elliane versi lelaki.

              Ellie berlari menghampirinya, dengan aku yang berjalan pelan di belakangnya. Lucu sekali kondisi seperti ini. Kini bahkan Ellie sudah tenggelam di dalam dekapannya, dan aku masih berjalan pelan mengikuti di belakangnya. Tahan, Gamma. Jangan cemburu sekarang.

              Aku tak mengerti, bagaimana Ellie dapat mengatur perasaannya. Merasakan rindu pada kekasihnya sementara setiap hari ada aku yang menemaninya.

              “Oh iya, kenalin ini temen aku yang nemenin aku ke sini…” ucap Ellie sambil bergaya mengenalkanku kepada Ryan. Ryan menyambut dengan mengulurkan tangannya, tersenyum.

“Gamma…” balasku sambil meraih tangan Ryan. Benar-benar lucu. Berkenalan dengan orang yang selama ini kukhianati. Sekejap kulirik Ellie yang juga sedang memandangku. Entah mengapa rasanya kami seperti penjahat yang sedang menipu Ryan dan siap mengambil hartanya.

“Ryan…” jawabnya sambil tetap tersenyum. “Terima kasih sudah membantu dan menemani Elliane selama ini…”

“Oh iya…” aku merasa canggung. Aku tahu pasti Ellie sering menceritakan tentangku padanya. Tapi entah cerita yang seperti apa.

“Hari ini kamu free?” tanya Ryan kepada Ellie. Kini aku berjalan di depan mereka. Sesekali kutengok ke belakang dan kudapati Ellie bergelayut manja pada Ryan, sama seperti yang Ellie lakukan kalau berjalan berdua denganku. Sakit memang saat melihatnya. Hal-hal yang selama  ini hanya ada dalam imajinasiku kini benar-benar terjadi di hadapanku, yaitu melihat Ellie bersama kekasihnya. Rasa sakit dan cemburu yang harus kujaga karena tidak boleh kubiarkan menjadi amarah, sebab aku tidak berhak merasakan itu.

“Iya, tadi siang udah selesai meeting nya.” Kudengar jawaban Ellie. “Kamu mau jalan-jalan kemana? Atau mau dinner di mana?”

Kupercepat langkahku agar aku tidak perlu mendengar obrolan mereka lagi.

              Kuceritakan keluh kesahku kepada dua orang teman yang paling dekat denganku, yaitu Bara dan Lily. Mereka yang paling tahu tentang kisahku bersama Ellie, bagaimana semua perasaan-perasaan itu terjadi atau bagaimana kedekatan itu terjalin. Di kantor, di antara teman-teman kami yang lain memang aku dan Ellie sudah dikenal sebagai pasangan, namun mereka tidak tahu kalau Ellie memiliki pasangan lain yang sudah resmi terikat oleh pertunangan.

Tak pernah ada satupun foto Ryan di sosial media Ellie. Sosial medianya penuh dengan fotoku yang dibalut dengan kalimat sakti ‘teman baikku’ dan kebersamaan kami bersama teman-teman lain tentunya. Beberapa kali kutanyakan alasannya apa, dia hanya bilang kalau Ryan tidak tertarik bermain sosial media. Ryan pun tidak pernah mengecek sosial media Ellie, kalau pun sesekali melihat sosial media Ellie, dia tidak berkomentar apa-apa terkait foto-foto yang diunggah Ellie.

              Makanya saat kami bertemu tadi, Ryan dengan santainya mengatakan terima kasih karena sudah membantu dan menemani Ellie selama ini, yang kupikir dia pasti sudah tahu tentangku lewat banyaknya foto-fotoku yang diunggah oleh Ellie. Kuyakin tanpa dikenalkan pun, Ryan sudah tahu yang mana Gamma, yang mana Bara, atau yang mana Lily.

              “Lo jadi sendirian di kamar?” tanya Bara di sebrang sana, kami ngobrol lewat video call.

              “Keluar dong, jalan-jalan.” Sambung Lily yang ada di samping Bara. Mereka berdua tengah makan malam di restauran favorit kami sembari menunggu jam tayang film yang akan mereka tonton di bioskop.

              “Males ah, sendirian. Ellie pacaran terus ngga balik-balik.”

              “Cari cewek lah. Ke beach club mana gitu…” usul Bara. Oh iya, aku dan Bara ini sudah berteman sejak kami masih SMP. Kami sudah layaknya keluarga. Aku sudah hapal betul tingkah polahnya, begitu pun dia terhadapku. Sedangkan Lily adalah pasangannya Bara. Kenapa kubilang pasangan, karena mereka kadang punya ‘pasangan’ lain yang hanya bertahan beberapa minggu, lalu kembali lagi, lalu muncul pasangan lain lagi.

              “Jangan!” cegah Lily, kulihat dia berbicara sambil mengunyah makanan. “Sama temen gue aja ya, dia lagi di Bali juga. Kayaknya deket sama hotel lo deh.”

              “Gue lagi ngga mood.” Jawabku. Kutahu kemana arah pembicaraan mereka. “Gue cuma mau sama Ellie.”

              “Dih emang mau ngapain?” Lily terdengar sewot. “Buat ngobrol-ngobrol aja kali!”

              “Gue sama Ellie juga ngobrol-ngobrol doang kok!” balasku tak kalah sewot.

              “Terus kenapa lo uring-uringan sekarang, Gam?” tanya Lily lagi. “Gue tau lo kepikiran Ellie ngapain sama lakinya kan? Makanya lo uring-uringan!”

              “Ah udahlah! Jadi emosi gue ngobrol sama kalian!” seruku, memang merasa sedikit emosi. Langsung saja kumatikan sambungan video call dengan mereka.

              Padahal kemarin, di jam seperti ini aku dan Ellie sedang berduaan di kamar ini, menikmati wine sambil mempersiapkan bahan presentasi pekerjaan kami yang sudah kami lakukan tadi siang. Tapi hari ini, yang kutahu Ellie bersama lelaki lain, dan entah apa yang dia lakukan. Aku tahu tak seharusnya kubayangkan, tapi tentu saja hal seperti itu langsung terlintas di pikiranku. Bagaimana bertemu kekasih yang sudah tiga bulan tidak bertemu? Bagaimana melepas rindu? Ah, rasanya ingin sekali aku meneleponnya dan berkata, “cepat pulang, lalu tidur denganku.”.

Related chapters

  • Cinta Gila Selingkuhan   4: Jessica

    Kalau Bara selalu mendukungku untuk merebut Ellie dari Ryan, Lily adalah kebalikannya. Dia selalu berceloteh kalau aku dan Ellie lebih baik pisah saja daripada menjalani hubungan tidak jelas seperti ini. Jadi begitu ada kesempatan seperti ini, Lily dengan semangatnya mengirimiku foto-foto dari beberapa temannya yang dia bilang sedang ada di Bali saat ini. “Pick one and I’ll give you her number.” Begitulah kata Lily tadi di akhir chat-nya padaku. Kulihat-lihat dia mengirim foto dari tiga orang wanita, yang ketiganya terlihat cantik dan seksi. Kuteliti satu-satu dan kucari yang paling mirip dengan Ellie. Walaupun tidak ada, tapi yang paling sesuai seleraku adalah yang bernama Jessica, si rambut panjang dengan ujung bergelombang tipikal cewek salon. Jadilah aku menunggu Jessica ini di salah satu beach club tempat kami janjian tadi. Sebenarnya kalau mau cari pacar itu gampang, contohnya seperti ini, tinggal minta Lily untuk promosikan aku di hadapan teman-tem

    Last Updated : 2022-09-30
  • Cinta Gila Selingkuhan   5: Aku Cemburu

    Terdengar ketukan di pintu kamarku. Ketukan yang terdengar buru-buru, yang kutahu siapa yang sudah pasti mengetuk dengan cara seperti itu. Pasti Elliane. “Kenapa sih, Ell?” ujarku begitu kubukakan pintu. Dan benar, itu Ellie yang terlihat marah dan dia langsung menghambur masuk ke kamarku. “Kenapa sih, Ell?” ulangku lagi sambil menariknya dan berusaha mengajaknya untuk duduk di atas tempat tidur. Tapi dia menolak. Dia buru-buru mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan menunjukkan sesuatu padaku. “INI APA? INI KENAPA BISA KAYAK GINI?” serunya dengan semakin marah dan menunjukkan isi ponselnya padaku. Yang Ellie tunjukkan adalah tangkapan layar dari akun sosial media yang pasti milik Jessica, menampilkan foto kami berdua yang terlihat begitu dekat dan sungguh mengesankan orang pengar yang baru saja bangun tidur. “Kamu dapat foto ini darimana?” balasku balik bertanya, dan jujur rasanya panik seperti orang yang ketahuan selingku

    Last Updated : 2022-10-02
  • Cinta Gila Selingkuhan   6: Hari yang Sibuk

    Sudah satu minggu berlalu sejak huru-hara di Bali itu, dan kini kehidupanku sudah berjalan normal kembali. Sempat ada satu drama lagi saat kami siap untuk pulang ke Jakarta, namun saat itu posisinya Ryan masih dua hari lagi di Bali. Jadilah Ellie mengajukan cuti dadakan karena masih ingin bersama dengan Ryan. Sebenarnya aku ingin melarangnya, tapi aku tak ingin membuatnya mengungkit perihal Jessica lagi karena itulah senjatanya sekarang. Dan di Jumat pagi yang agak mendung ini, aku sedang menunggu Ellie di basement parkiran tower apartemennya. Aku sudah beberapa kali meminta Ellie untuk pindah saja supaya dekat denganku, tapi dia bilang tidak bisa karena apartemen yang dia tempati sekarang itu milik Ryan dan akan jadi pertanyaan besar kenapa malah pindah padahal sudah difasilitasi. Lokasi kantor kami ada di antara apartemenku dan apartemen Ellie, jadi setiap hari aku harus berangkat jauh lebih awal agar bisa menjemputnya dulu. Dia tidak bisa menyetir, dan

    Last Updated : 2022-10-04
  • Cinta Gila Selingkuhan   7: Pillow Talk

    Bara dan Lily pulang dari tempatku sekitar pukul sebelas malam, dan itu pun harus kuusir dulu karena aku ingin berduaan saja dengan Ellie. Ellie sendiri baru datang sekitar pukul sembilan dan langsung menyerbu kami dengan keluh kesah dan kelelahannya menjaga cucu balita Mr. Ishikawa yang sedang aktif dan ceriwis. Kini keadaan sudah tenang, aku dan Ellie sudah dalam posisi siap cuddling di atas kasur. Posisi Ellie memunggungiku, dia mengenakkan lingerie hitam yang cukup transparan dan menunjukkan bagian punggung yang terbuka. Putih, mulus, dan seksi tentunya. Kucium bagian tengkuknya dan dia merespon dengan kegelian. Aromanya menenangkan sekali. Obsesiku ingin sekali bisa merasakan hal ini setiap malam dan setiap bangun tidur, seumur hidupku. “Capek banget ya hari ini?” tanyaku sambil memeluknya dari belakang. Kuciumi aroma segar rambutnya yang baru saja keramas. “Mau aku pijitin?” Ellie berbalik ke posisi telentang. “Ngga usah,

    Last Updated : 2022-10-06
  • Cinta Gila Selingkuhan   8: Lima Ronde

    Jadi semalam itu Ellie tetap ngotot ingin pulang dan tak ingin diantar olehku. Karena aku juga tak mungkin membiarkannya pulang sendirian tengah malam, mau tak mau aku meminta tolong Lily untuk menjemput Ellie dan mengantarkannya pulang. Sebenarnya pertikaian semalam benar-benar ingin kurahasiakan dari Lily ataupun Bara, tapi yang namanya Lily itu sudah sepaket dengan Bara. Tentu Lily datang berdua dengan Bara dan langsung menanyai kami macam-macam. Lalu hari ini, Ellie tak masuk kerja dengan alasan sakit padahal kata Lily sebenarnya dia masih tak mau bertemu denganku. Jadi sejak Jumat malam itu sampai Senin malam ini, Ellie sama sekali tidak menghubungiku. Aku beberapa kali meneleponnya dan mengiriminya pesan, tapi tetap diabaikan olehnya. “Lil, ajakin Ellie kesini dong!” pintaku pada Lily. Aku, Bara dan Lily, seperti biasa kami bertiga nongkrong di kafe dekat kantor karena percuma kalau langsung pulang jam di jam sekarang ini, jalanan Jaka

    Last Updated : 2022-10-06
  • Cinta Gila Selingkuhan   9: Kisah Jessica

    Kuhentikan laju mobil sesaat setelah Jessica meminta untuk berhenti. Tampak sebuah rumah kos-kosan yang tidak terlalu besar. Apakah Jessica tinggal di kosan ini? “Ngga usah heran.” Ucap Jessica seolah tahu apa yang sedang kupikirkan. “Gue memang tinggal di sini kok.” “Sorry, bukan gitu…” aku jadi merasa tidak enakan. Saat ini sudah hampir pukul sebelas malam, dan aku disuruh Lily untuk mengantarkan Jessica pulang. Sebenarnya aku menghindari hal-hal seperti ini, seperti hanya berduaan dengannya tapi aku juga tidak bisa membiarkan dia pulang sendirian. “Kehidupan nyata ngga seindah sosial media, Gam…” Aku sudah ingin mematikan mesin mobil, tapi Jessica masih terlihat duduk dengan nyaman dan seperti belum ada niatan untuk turun. “Gimana rasanya jadi terkenal, Jess?” tanyaku, yang memang penasaran. Bagaimana rasanya punya pengikut hampir 100.000 orang? Bagaimana rasanya menghadapi banyak komentar dari oran

    Last Updated : 2022-10-07
  • Cinta Gila Selingkuhan   10: Second Night Stand

    Kami benar-benar check in di hotel. Dan aku baru merasa menyesal sekarang. Kenapa aku melakukan hal ini lagi, dan mengkhianati Ellie lagi. Ah tapi aku begini kan karena Ellie juga cuek padaku berhari-hari. Ah itu hanya pembenaran. Ah memang akunya saja yang brengsek. Berbagai pemikiran muncul di kepalaku. Tak mungkin kan kalau aku dan Jessica hanya ngobrol berduaan di kamar sampai besok? Sekarang aku sedang di parkiran mobil, mengambil baju yang ada di bagasi, sedangkan Jessica sudah di kamar dan katanya mau mandi. Baju-baju yang kuambil ini adalah bajunya Ellie yang memang dia siapkan di dalam mobilku, niatnya mau dia simpan di lemariku, tapi karena kemarin dia keburu marah jadi baju-baju ini masih ada dalam bagasi. Aku rindu Ellie. Aku ingin mendengar suaranya. Sekali lagi aku mencoba meneleponnya, dan kalau dia mau angkat teleponku kali ini, saat ini juga aku akan kabur dari Jessica dan akan langsung mendatangi Ellie. Setelah tiga kali pang

    Last Updated : 2022-10-09
  • Cinta Gila Selingkuhan   11: Jessica, Batara & Hate Comments

    Aku terbangun dan kudapati Jessica masih terlelap di sampingku. Saat ini ternyata sudah hampir pukul sebelas siang. Kuperiksa ponselku dan tetap nihil, tak ada kabar dari Ellie. Yang ada malah Lily dan Bara yang berisik menanyai di mana aku, kenapa aku tiba-tiba cuti, apakah aku memang sedang bersama Jessica. “Emm… Gammmaaa…” kutengok, dan Jessica menggeliat lalu membuka matanya. “Jam berapa sekarang?” “Jam sebelas.” “Waaah lumayan lama juga ya tidurnya…” Semalam, atau tepatnya tadi pagi, Jessica tidur pukul empat sedangkan aku sejam kemudian karena aku mengirim email dulu untuk menginfokan bahwa aku cuti dan mengecek beberapa kerjaan yang untungnya bisa kukerjakan secara mobile. Jessica lantas bangun dan beranjak menuju meja untuk mengambil minum. Aduh kenapa penampilan saat bangun tidurnya ini membuatku nyaris tegang lagi, dengan rambut berantakan, wajah polos tanpa make up dan lingerie Ellie yang me

    Last Updated : 2022-10-09

Latest chapter

  • Cinta Gila Selingkuhan   19: Friend, with Benefit?

    Sebelum berangkat tadi aku langsung menelepon Bara dan memintanya untuk mengikuti sandiwaraku kalau-kalau Ellie sampai menanyakan pada Bara kemana aku. Tentu saja karena aku dan Bara sudah seperti botol dan tutupnya, dia hanya oke oke saja. Jadi di sinilah aku, di depan rumah kosan Jessica, padahal 20 menit lalu aku masih mengecup bibir wanita yang kuyakini sebagai cinta sejatiku. Tak lama, muncullah Jessica yang seperti dugaanku hanya mengenakan tanktop hitam dan celana pendek berwarna pink. Rambut panjangnya nampak digulung berantakan. Dia menyambutku dengan memberikan senyuman yang malah tampak seperti ejekan. Aku pun mengikutinya masuk ke dalam kosannya ini, melihat pintu-pintu kamar yang sunyi dan sepi, hanya ada rak sepatu, tempat sampah atau keranjang baju kotor. Tidak ada pintu yang terbuka. Kamar Jessica teletak di lantai dua, dan posisi paling pojok. Di depan kamarnya ada rak sepatu berisi sandal, tempat sampah, dan dua pot tanaman. Begitu masuk ke kamarnya, isi kamarn

  • Cinta Gila Selingkuhan   18: Kenalan

    Di hari ketiga Yaya menginap di sini, akhirnya dia bertemu dengan Ellie. Entah kenapa keduanya memintaku untuk mempertemukan mereka. Padahal aku sebenarnya tidak mau mereka saling kenal, karena ya, tentu saja hubunganku dan Ellie tidak akan berlangsung lama lagi. Dan sepertinya Yaya pun menyukai Ellie, tidak seperti responnya terhadap seluruh wanita yang pernah kukenalkan dulu. Seandainya saja aku bisa mengenalkan Ellie sebagai calon kakak iparnya… Kukira Yaya akan menanyakan tentangku seperti kenapa bisa jadi pacarku atau hal-hal semacamnya, tapi ternyata Yaya malah lebih tertarik membicarakan hal-hal seperti parfum, baju, salon bahkan drama Korea dan berbagai hal yang biasanya dibicarakan teman wanita. Yaya malah mengajak Ellie menginap di tempatku dan menyuruhku tidur di sofa karena mereka mau bergadang untuk menonton film. “Adek aja deh yang tidur di sofa. Mas sama Mbak Ell tidur di kamar.” godaku pada Yaya yang sedang mencoba beberapa pakaian Ellie yang terlihat ‘mini’. “Eh en

  • Cinta Gila Selingkuhan   17: Kedatangan Yaya

    Aku sudah berbaikan lagi dengan Ellie. Kami menjalani hari-hari kami seperti biasa. Tiga hari ini kami susah bertemu karena Ellie di luar menemani si bos dan pulangnya langsung diantarkan ke apartemennya oleh supir kantor. Jadi, Rabu malam ini Ellie sengaja minta diantarkan ke tempatku karena dia akan menginap di sini. Aku yang sudah pulang dari pukul enam sore langsung bersih-bersih semua ruangan, terutama kamar tidur dan kamar mandi. Bel pintu depanku berbunyi. Hmm tumben sekali Ellie menekan bel dulu, biasanya dia langsung masuk, apa dia ingin aku menyambutnya dengan sebuah pelukan? Dengan semangat aku menuju pintu depan, sudah kubayangkan aku akan memeluknya, membawanya masuk lalu menciumnya. Tapi aku kaget sekali begitu kubuka pintu, ternyata bukan Ellie yang ada di sana. Yaya-lah yang berdiri di sana. Iya, Yaya adikku. Adik bungsuku. “Mas Gamma!!” Yaya menubruk untuk memelukku. “Adek kok di sini?” aku bing

  • Cinta Gila Selingkuhan   16: Sushi Date vs Sushi Delivery

    Sesampainya di restoran sushi tujuan kami, aku dan Ellie masih diam-diaman. Ellie duduk sebelah Lily, dan di hadapannya adalah Bara, sedangkan aku duduk di sebelah Bara sehingga aku berhadapan dengan Lily. Sebenarnya aku tidak terlalu lapar dan aku juga tidak terlalu suka sushi. Ellie bilang sih ini restoran sushi yang paling enak karena rasanya otentik, mirip sushi yang biasa dia makan langsung di Jepang saat kuliah dulu. Dengan seenaknya, Ellie dan Lily memesan porsi yang cukup banyak. Aku tahu kalau Bara juga tidak terlalu suka sushi, makanya kami berpandangan dan merasa kesal karena kalau dua wanita ini kekenyangan, maka kami yang akan disuruh menghabiskan makanan mereka. “Enak kan?” tanya Ellie pada Lily sambil mengunyah makanannya. Entah kenapa dia lahap sekali kalau makan sushi. “Iya, enak!” Lily menjawab, tak kalah lahap makannya. “Gue sukanya sushi asli begini nih, kalau yang rasanya udah nyesuaiin lidah Indonesia, gue m

  • Cinta Gila Selingkuhan   15: Olahraga Malam

    “Hah nemuin apa?” aku mengulang pertanyaannya. Takutnya aku salah dengar. “Bekas kondom Pak, di tempat sampah Bapak.” Ternyata aku memang tidak salah dengar. Bekas kondom yang menjadi perkara. Aku sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mbak Ira ini pasti akan mengancamku, memerasku agar dia tidak buka mulut mengenai penemuannya ini. Nyatanya dia masih berdiri di depanku, tersenyum penuh arti. “Mau berapa?” tanyaku langsung to the point. “Satu juta, Pak.” Jawab Mbak Ira dengan sangat lancar. Hari ini aku sudah merasa sangat lelah, sehingga aku malas berdebat dengannya. Kuambil dompetku, kebetulan aku baru saja mengambil uang cash dan langsung kukeluarkan sepuluh lembar uang Rp 100.000. Tanpa ragu dan malu-malu, si Mbak Ira itu langsung mengambil uang tersebut dan tersenyum senang. “Terima kasih ya Pak Gamma…” serunya, dapat terlihat jelas matanya berbinar memandangi kertas merah itu. “Ini untuk b

  • Cinta Gila Selingkuhan   14: Bekas Kondom

    Ellie menipuku tentang meeting itu. Selain karena ternyata meeting-nya pukul dua siang, yang kebagian tugas presentasi pun memang bukan aku, melainkan Anita dari divisi SDM. Dia benar-benar hanya mencari alasan supaya aku datang ke kantor hari ini. Sekarang Ellie sudah kembali ke ruangannya dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Aku pun ingin mengecek pending job-ku selama aku cuti kemarin, tapi kondisi mejaku berantakan sekali. Ya, tadi ada Ellie di atas meja ini, dengan berbagai posisi. Kami merasa sudah gila karena melakukannya seperti di film-film cabul dewasa. Ah kalau kuingat tadi rasanya aku jadi tegang lagi. Bukan pertama kalinya kami berbuat mesum di kantor, tapi yang tadi adalah yang paling gila yang pernah kami lakukan. Ellie mendominasi dan mengontrolku untuk melakukan ini dan itu. [I still want you. More. Come here.]. Aku mengiriminya pesan. [Aku masih banyak kerjaan. Laper juga belum sempat lunch.] [Mine getting h

  • Cinta Gila Selingkuhan   13: ‘Meeting' Pukul Sebelas

    Tepat pukul setengah sebelas aku tiba di kantor. Untungnya di jalan tadi tidak macet, dan aku pun sempat mengantarkan Jessica dulu ke kosannya. Kini aku sedang mengendap-endap di depan ruangan Ellie, aku ingin mendatanginya tapi tiba-tiba aku merasa sangat gugup. Aku merasa seperti orang yang sudah beres selingkuh lalu kembali pulang ke pasangannya. “Ell?” tanyaku sambil mengetuk pintunya. “Ya, masuk aja.” Jawab Ellie dari dalam. Dengan masih merasa deg-degan kubuka pintu ruangannya dan akhirnya bisa kulihat lagi wanita yang paling kucintai di dunia ini. Hari ini rambutnya tampak agak berantakan, memakai kacamata, make up nya pun kelihatan tipis sekali. Dia memakai dress tanpa lengan berwarna toska. Aku hafal bajunya ini karena aku yang membelikannya beberapa bulan yang lalu. Ellie yang semula sedang fokus pada komputernya, kini dia memandangiku yang berdiri mematung. Tatapannya sangat mengintimidasi, seperti seorang ibu yang ma

  • Cinta Gila Selingkuhan   12: Hari Bersama Jessica

    Karena bosan di kamar terus, hari ini aku dan Jessica memutuskan untuk jalan-jalan keluar walaupun tanpa tujuan. Untuk sementara, Jessica menggunakan bajuku, daripada dia pakai baju Ellie yang terlihat sangat ketat di tubuhnya. Seharian kami hanya keluar masuk kafe dan tempat makan, jadi intinya kami hanya makan dan minum kopi di beberapa tempat berbeda. Aku ingin menjalin hubungan pertemanan yang benar dengannya, maksudku seperti aku berteman dengan Lily atau teman-teman wanita yang lain, bukan sekadar ‘teman sesaat di atas ranjang saja’. “Gam, kapan balik ke Jakarta?” tanya Jessica sambil menikmati es kopinya, itu sudah gelas ketiga untuk es kopi, dan dia juga meminum beberapa jenis kopi panas saat di kafe-kafe yang kami kunjungi tadi. Katanya sih dia bukan orang yang akan sulit tidur karena minum kopi. Aku iseng mengancamnya kalau nanti malam dia tak bisa tidur, maka aku akan ‘menikmatinya’ semalaman. “Lusa.” Jawabku sambil tetap memperhati

  • Cinta Gila Selingkuhan   11: Jessica, Batara & Hate Comments

    Aku terbangun dan kudapati Jessica masih terlelap di sampingku. Saat ini ternyata sudah hampir pukul sebelas siang. Kuperiksa ponselku dan tetap nihil, tak ada kabar dari Ellie. Yang ada malah Lily dan Bara yang berisik menanyai di mana aku, kenapa aku tiba-tiba cuti, apakah aku memang sedang bersama Jessica. “Emm… Gammmaaa…” kutengok, dan Jessica menggeliat lalu membuka matanya. “Jam berapa sekarang?” “Jam sebelas.” “Waaah lumayan lama juga ya tidurnya…” Semalam, atau tepatnya tadi pagi, Jessica tidur pukul empat sedangkan aku sejam kemudian karena aku mengirim email dulu untuk menginfokan bahwa aku cuti dan mengecek beberapa kerjaan yang untungnya bisa kukerjakan secara mobile. Jessica lantas bangun dan beranjak menuju meja untuk mengambil minum. Aduh kenapa penampilan saat bangun tidurnya ini membuatku nyaris tegang lagi, dengan rambut berantakan, wajah polos tanpa make up dan lingerie Ellie yang me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status