Keadaan Narandra semakin hari semakin membaik, dan itu semua berkat pengobatan rutin yang dijalani Narandra juga berkat Alena yang tak pernah henti merawat kekasih hatinya itu. Dan hari ini pun mereka pergi berdua untuk mencari cincin pernikahan mereka. Ini adalah hari yang sangat ditunggu-unggu oleh Narandra dan akhirnya terwujud juga. Narandra pun menjemput Alena di rumahnya. Dan tak lama Alena segera keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil Narandra. Senyum Alena merekah begitu lebarnya, hatinya terasa sangat senang , melihat Narandra kembali sehat seperti sedia kala.“Kamu cantik!” Celetuk Narandra tiba-tiba.Alena tersipu malu mendengar pujian dari Narandra, dia lalu menyelipkan rambutnya di balik telinga kanannya. Pipi merah muda Alena pun kini semakin terlihat merona karena perasaan gugup dan malu-malunya.“Kita jalan sekarang ya!” Ucap Narandra segera.“I..iya!”Selama perjalanan mereka berdua terlihat begitu bahagia , dan terus mengumbar tawa renyah. Mereka pun juga sedang
Alena dan Narandra menutup kencan indah mereka hari ini dengan makan malam di sebuah restoran favorit Alena. Mereka disana juga asyik mengobrol tentang rencana pernikahan mereka berdua yang sudah terbilang semakin dekat. Tawa dan canda tak sedikitpun hilang dari dari raut wajah mereka.Dan saat malam semakin larut akhirnya Narandrapun mengantarkan Alena untuk pulang.“Terimakasih untuk hari yang indah ini ya Al!” Ucap Narandra dengan kedua tangannya yang memegang erat kedua tangan Alena tepat di depan pintu masuk rumah Alena.Alena tersenyum manis sambil terus menatap indah kedua bola mata Narandra.Narandra lalu menjatuhkan ciuman manis tepat di kening Alena, bibir Narandra terasa begitu lembut dan sopan saat mendarat di kening Alena. Jantung Alena pun terasa amat tak karuan rasanya, badannya juga terasa begitu hangat dan nyaman.Keesokan harinya Alena tengah sibuk di dalam ruangannya untuk mengerjalan pekerjaannya yang menumpuk begitu banyak, karena memang selama Narandra sakit dia
“Sorry Ram, aku harus datang ke meeting ini. Kita bicara lagi lain waktu!” Ucap Alena.Rama menatap mata Alena dengan lesu lalu berbalik menatap Sarah. dan tanpa berkata-kata lagi Rama berjalan pelan menuju ke pintu keluar. Dari cara jalannya dapat dilihat kalau Rama dalam keadan yang kurang sehat, dia bahkan sedikit sempoyongan.Dan setelah Rama keluar, Sarah berjalan mendekati meja kerja Alena.“Materinya uda lo siapin kan Sar?” Tanya Alena.“Nggak ada!”“Maksud lo nggak ada? Ini kita mau meeting sama siapa dan kita mau bahas apa sebenarnya kenapa lo nggak nyiapin materi?”“Ya karena nggak ada meeting!” Ketus Sarah.“Hah maksud lo apaan?”“Ya gue bohong soal meeting itu, gue bohong biar Rama pergi dan nggak ganggu kerjaan lo dan ganggu hati lo lagi!”Sarah lalu berbalik dan keluar dari ruangan Alena dengan tangan kiri yang memegang kepalanya, sepertinya Sarah juga ikutan pusing melihat kelakuan Rama dan Alena.Narandra menjemput kekasih hatinya di kantor dan mengantarkan nya pulang.
Alena terus diam memandangi langit-langit kamarnya, pikirannya terus menuju ke Rama. Perkataan dari Bu Nawang tadi sangat mengganggu pikirannya malam ini. Perasaanya sungguh tidak nyaman, padahal beberapa hari terakhir pikirannya sangat tenang dan damai saat dia mencoba menghindar dari Rama dan hanya fokus pada Narandra. Tapi malam ini seolah-olah kedamaian dan kenyamanan itu telah hilang dan pergi begitu saja tanpa meninggalkan apapun dalam hatinya. Magnet dari Rama ternyata begitu kuat dan hebatnya , sehingga membuat Alena malam ini hanya terfokus pada Rama dan Rama.Tapi semua itu bukan tanpa alasan, pikiran resah dan kacau Alena malam ini karena dia begitu takut jika hal buruk terjadi pada mantan kekasih hatinya itu. Dan jika terjadi apa-apa pada Rama maka Alena juga yang akan terpuruk dalam rasa bersalah dan lagi-lagi dia juga yang akan disalahkan oleh keluarga Rama terutama Bu Nawang.Keesokan harinya, Alena merias dirinya dengan cantik seperti biasa, dia juga memandangi dirinya
Setelah beberapa saat akhirnya Rama mulai membuka matanya perlahan, dia merasakan sentuhan lembut yang sedari tadi mengusap rambutnya. Dia juga mendengar sayup-sayup suara tangisan. Bibir Rama tersenyum kecil saat dia melihat bidadari cantik di depan matanya. Alena kamu disini? Lirih Rama.Kamu cepat sembuh ya Ram, kamu harus sehat kamu nggak boleh kayak gini! Lirih Alena dengan air mata yang terus menetes hingga jatuh di kening Rama. Aku akan sembuh kalau kamu terus disini sama aku, dan janji buat nggak ninggalin aku. Aku sakit Al kalau harus kamu tinggal , aku nggak bisa tanpa kamu, aku butuh kamu! Rengek Rama.Melihat Rama yang lemah seperti saat ini, sungguh mengobrak arik hati dan perasaan Alena, dia sangat tidak tega melihat keadaan Rama kali ini, apalagi saat dia melihat ke arah meja yang sudah tersedia beberapa jenis obat untuk Rama. Kamu janji kan Al, kamu nggak akan ninggalin aku kan? Kamu akan terus sama aku kan? Tanya Rama lagi.Tapi kamu juga harus cepat sembuh ya! Lir
Narandra segera berpamitan kepada Bibi dan bergegas mengendarai mobilnya dengan kencang. Narandra segera menuju ke salah satu tempat yang dia yakini disanalah keberadaannya Alena. Hati Narandra merasa tidak karuan saat ini. Pikirannya terbang kemana-mana, dan serasa dia sudah tahu hal buruk akan terjadi. Setelah sampai di tempat tujuannya, Narandra segera memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah. Dan benar saja Narandra dikejutkan dengan mobil Alena yang terparkir di depan rumah itu. “Ternyata benar Alena di rumah Rama!” Gumam Narandra kesal. Narandra mengepalkan tangannya dan memukul keras setir mobilnya, hatinya benar-benar sakit melihat calon istrinya itu kembali menemui Rama. Padahal beberapa hari ini Alena sudah mulai terlihat perhatian kepada Narandra tapi ternyata hari ini Alena masih saja menemui Rama.“Apa gara-gara tadi malam, jadinya hari ini Alena pergi nemuin Rama dari pagi sampai larut seperti ini ?” Narandra terus menunggu Alena dengan perasaan yang hancur dan tera
Alena malam ini sungguh tidak bisa memejamkan matanya, karena dia kebingungan kenapa bisa Narandra tahu tentang dia yang seharian ini berada di rumah Rama. Alena pun tengah berfikir keras, bagaimana caranya dia besok untuk menjelaskan semuanya ini kepada Rama. Alena benar-benar takut jikalau nanti nya Narandra akan marah besar padanya. "Bukankah harusnya senang kalau dia marah dan mutusin hubungan ini, tapi kenapa rasanya aku nggak rela! " Gumam Alena sambil menatap langit-langit kamarnya. Waktu terus berjalan dan kini mataharipun sudah menyorot tajam masuk ke dalam kamar Alena melalui celah-celah di jendela di kamarnya. Rasanya tubuh Alena masih menolak bangun, karena masih sangat mengantuk, itu semua gara-gara semalaman dia tidak bisa tidur dan terus memikirkan Narandra dan juga Rama. Sedangkan pagi-pagi sekali Narandra terlihat sudah datang ke rumah Alena sambil membawa makanan untuk breakfast. "Hari ini mau pergi ya mas sama Mbak Alena, kan ini weekend! " Ucap Bibi sambil mene
Alena terdiam dan menunduk , dia sungguh tidak tega melihat Narandra seperti itu, tapi di sisi lain dia harus membuat Rama bahagia agar bisa kembali sehat.“Kenapa Al? Kenapa kamu malah diam? Kamu belum menjawab pertanyaanku!” Lirih Narandra dengan air mata yang coba dia tahan.Narandra menarik nafas panjag dan menyandarkan punggungnya di sofa, dia merasakan kalau selama ini perjuangannya sia-sia. Dengan melihat tingkah Alena saat ini pun dia merasa kalau Alena sudah benar-benar hilang dari haapannya.“Sudahlah Al, kamu jujur saja sama aku, aku nggak akan marah. Nggak masuk akal memang kalau kamu sampai seharian di rumah laki-laki tanpa ada perasaan apapun terhadap dia. Dan bagaiamana mungkin bisa sekhawatir itu kalau memang tidak ada apa-apa!” Lirih Narandra dengan nafas yang sangat sesak.Alena mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Narandra yang terlihat semakin pucat, Alena terlihat menitihkan air matanya. Dan bibirnya seperti tengah bersiap untuk berucap.“Ndra, aku…aku…aku min
“Terserah deh alasannya apa ya tapi lo pastiin kalau Rama nggak datang ganggu Alena lagi, dan satu hal lagi jangan sampai cari tahu dimana keberadaan Alena saat ini, karena kalau Rama tahu itu akan membuat keadaan mereka berdua semakin parah!”“Baik saya mengerti!” Ucap Andreas.****Sedangkan itu di rumah sakit, Narandra masih terus menemani Alena dan berdoa agar Alena bisa segera siuman. Narandra tak sedikit pun melepaskan pandangannya dari Alena. Melihat wajah Alena yang penuh lebam membuat hati Narandra sangat teriris dan begitu sakit rasanya.“Harusnya aku bisa ngejaga kamu Al, harusnya kamu nggak ngalamin in semua!” Lirih Narandra.Narandra tak henti-hentinya mengusap rambut Alena dan mencium punggung tangan Alena yang dingin.Lalu tak lama kemudian terdengar ketukan pintu dan masuklah Bibi ke dalam ruang rawat Alena. Bibi terlihat membawa sebuah bingkisan yang berisi makanan.“Bibi ngapain kesini?”“Ini Bibi bawain makanan Mas, buat Mas Narandra ,Mbak Sarah dan Mas Rio!”Bibi l
“Gue minta maaf Sar, gue minta maaf, sekarang biarin gue minta maaf langsung sama Alena, bawa gue ketemu Alena!” Ucap Rama sambil memohon dan memegang kedua tangan Sarah.“Nggak, gue nggak bakal biarin lo ketemu Alena, dan kalau lo masih berani nemuin Alena gue nggak akan segan laporin lo ke polisi!” Ancam Sarah.“Lo kenapa tega banget sih sama gue Sar, gue cuma mau ketemu dan minta maaf sama Alena, Alena pasti sekarang lagi butuh gue, dia pasti nyariin gue sekarang, jadi bawa gue ketemu dia sekarang!” Ucap Rama dengan nada cukup tinggi.“Alena uda nggak butuh lo dan pergi jauh-jauh lo dari kehidupan Alena!” Maki Sarah dengan penuh emosional.Mendengar kegaduhan dari kamar Rama, Andreas yang tadi berada di dapur untuk mengambil makanan, langsung buru-buru saja berlari sambil membawa makanannya ke kamar Rama. Saat masuk ke dalam kamar, Andreas pun terkejut melihat Sarah dan Rio tengah bersitegang dengan Rama. Andreas lalu segera meletakan makanan yang dia bawa ke atas meja yang ada di
Hari sudah beranjak malam tapi Alena masih belum juga sadarkan diri, Narandra, Sarah dan Rio juga tak beranjak dari ruang rawat Alena. Rio lalu keluar sebentar untuk membeli makan, karena dari tadi mereka bertiga belum sempat makan apapun. Sedangkan Narandra masih terus duduk disamping Alena dan tak capek-capeknya mengusap lembut rambut Alena yang halus itu. Setelah beebrapa saat Rio pun datang membawa beberapa makanan, ada 3 box nasi , minuman dan beberapa cemilan untuk mereka nanti malam.“Ndra ayo makan dulu, lo kan juga belum makan dari tadi!” Ajak Rio.“Kalian makan dulu aja!” Ucap Narandra.“Ndra, kita makannya disini kok nggak keluar, jadi lo nggak perlu khawatir, kita bisa sambil jagain Alena, inget lo harus jaga Kesehatan lo juga biar nanti kalau Alena bangun, lo kelihatan fresh!” Nasehat Rio.Mendengar nasehat itu Narandra akhirnya ikut makan bersama Sarah dan Rio.“Kalian kalau mau pulang nggak apa-apa, biar gue aja yang nunggu Alena disini!”“Nggak Ndra, kita malam ini jug
Tak berapa lama Dokter keluar dari ruang IGD dan menemui Sarah beserta Rio. Dokter laki-laki yang berusia sekitar 40 tahunan itu menjelaskan keadaan Alena saat ini. Dokter mengatakan kalau tidak ada luka serius di dalam tubuh Alena, hanya luka luar yang nantinya bisa sembuh. Tapi untuk saat ini memang Alena masih pingsan dan belum sadarkan diri. Dokter lalu mengatakan pada Sarah dan Rio kalau Alena akan dipindah dalam ruang rawat inap. Sarah dan Rio lalu segera mengurus segala urusan administrasi yang diperlukan, dari wajah Sarah masih terlihat kaalu dia sangat khawatir dengan sahabat nya itu. Saat selesai mengurus administrasi tibalah Narandra dengan lari yang tergopoh-gopoh dan menghampiri Sarah beserta Rio.“Sar, Yo gimana keadaan Alena dan dimana dia sekarang?” Tanya Narandra dengan wajah yang sangat khawatir.Sarah dan Rio lalu mengajak Narandra ke ruangan dimana Alena di rawat, dan tanpa basa-basi lagi, Narandra langsung berlari menuju tubuh Alena yang terbaring tak sadarkan di
Bibi segera kembali ke kamar Alena setelah menelfon Sarah menggunakan telfon rumah yang ada di lantai bawah, tapi betapa terkejutnya Bibi saat melihat Alena sudah tak sadarkan diri, Bibi mencoba membangunkan Alena tapi Alena masih belum juga sadar. Bibi pun mencoba mengolesi minyak kayu putih di dekat hidung Alena tapi Alena masih saja tak sadarkan diri. Bibi pun semakin cemas dan panik. Bibi berharap agar Sarah segera datang dan dapat membawa Alena ke rumah sakit.Dan akhirnya tak seberapa lama Sarah pun datang bersama Rio, dari wajah mereka berdua terlihat cemas dan juga panik.“Dimana Alena?” Tanya Sarah pada Bibi saat membukakan pintu rumah.“Mbak Alena pingsan di kamar Mbak!” Ucap Bibi panik.Sarah dan Rio pun semakin panik dibuatnya, Sarah dan Rio lalu segera membawa Alena ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.“Bibi di rumah saja, biar aku sama Rio yang ke Rumah Sakit!” Ucap Sarah.“Iya Mbak!”Rio menyetir mobilnya dengan cukup kencang, sedangkan Sarah duduk d
PLAKKKK…….Pukulan keras mendarat diwajah Alena yang mulus, Rama marah karena permintaanya di tolak oleh Alena, dan dia juga marah karena Alena berbicara dengan nada tinggi kepadanya.“Aku nggak terima penolakan dari kamu ya Al, kamu katanya mau nikah sama aku, tapi kenapa nggak setuju dengan ide kawin lari ini? Sedangkan orang tua kamu saja nggak akan ngasih kita restu, kamu mau mainin perasaan aku lagi?” Maki Rafandra sambil menjambak rambut Alena dengan kencang.“Lepas Ram sakit!” Lirih Alena.Tak menghiraukan permintaan Alena, Rama malah mendorong Alena hingga jatuh tersungkur.“Bilang kalau mau nikah sama aku Al, bilang !” Maki Alena.“Iya Ram tapi aku mau dapat restu orang tua aku!” Lirih Alena sambil terus mengeluarkan air mata.“Persetan sama restu orang tua kamu!” Maki Rama sambil mengayunkan tangannya lagi dan tepat mengenai wajah Alena lagi.Teriakan kesakitan Alena dan makian dari Rama terdengar jelas ke Bibi, Bibi saat ini memang sedang berada di ruang tamu yang tak jauh
Perkataan Bu Nawang tadi cukup membuat Rama terus kepikiran dengan nasib nya dan Alena nantinya, Rama merasa apa yang diakatan oleh mamanya itu memang ada benarnya juga. Bisa jadi hubungan mereka kali ini terhambat lagi oleh restu orang tua Alena yang dianggap kolot oleh Rama itu.Setelah semalaman dibuat pusing dengan pikirannya sendiri, Rama hari ini memutuskan untuk menemui Alena di rumahnya. Rama datang tanpa memberitahukan dulu pada Alena, dan kedatangan Rama ini juga disambut baik oleh Alena meskipun dalam hati Alena dia masih cukup kesal karena perkataan Rama kemarin di ponsel.Mereka berdua lalu asyik menonton film dengan ditemani minuman dan juga beberapa cemilan, saat ini Alena berharap Rama menanyakan keadaannya dan juga perusahaannya tapi sudah hampir satu jam Rama disini, Rama tak sekalipun menanyakan kabarnya.“Oh ya ada yang mau aku bicarain sama kamu Al!” Ucap Rama tiba-tiba.“Ada apa?”“Aku mau kita nikah dalam waku dekat, mungkin bisa sebulan lagi!” Ucap Rama dengan
“Al ini makanan lo!” Ucap Sarah sambil mengulurkan makanan ke arah Alena yang tengah berdiri di depan ruangannya sambil menatap karyawannya yang terlihat bahagia.“Iya Sar makasih!” Jawab Alena sambil menerima makanan yang Sarah berikan.“Lo kenapa? Lo uda tahu siapa yang ngasih ini?” Tanya Sarah sambil mencondongkan badannya ke arah Alena.“Heem!” Jawab Alena singkat.Alena lalu masuk ke dalam ruangannya dan meninggalkan Sarah yang masih berdiri di depan pintu ruangan Alena.“Meskipun lo nggak ngomong dan lo nggak pakai nama resto lo di packaging ini, gue tahu ini dari lo Ndra, karena cuma lo yang perhatian sama Alena dan semua karyawannya!!” Gumam Sarah.Sedangkan di dalam ruangan , Alena duduk di sofa panjang yang biasa dia gunakan untuk menerima tamu, lalu dia membuka makanan yang dia pegang. Lalu Alena mengambil ponselnya yang ada di kantong jas yang dia kenakan.Alena l
Narandra malam ini tengah makan malam bersama Rio dan Sarah di salah satu resto milik Narandra. Narandra ingin memperkanalkan menu barunya pada Sarah dan juga Rio, dan ingin mendengar pendapat dari mereka berdua. Sarah dan Rio terlihat sangat menikmati makanan-makanan yang Narandra hidangkan karena memang makanan-makanan itu sangatlah enak dan pastinya terbuat dari bahan-bahan yang berkualitas tinggi.“Gimana enak nggak? Atau kurang apa gitu?” Tanya Narandra.“Enak banget sumpah Ndra, rasanya pas!” Ucap Sarah.“Iya Ndra ini perfect banget, pasti menu ini bakalan laris !” Puji Rio.“Serius kalian ? Nggak cuma mau nyenengin gue aja kan?”“Ya nggak lah serus ini tuh enak banget!” Puji Raka lagi.Mereka berdua lalu lanjut untuk berbincang, Sarah sama sekali tak membahas tentang Alena karena ingin menjaga perasaan Narandra.“Sar gimana kabar Alena?” Tanya Narandra tiba-tiba.Sarah dan Rio lalu saling bertatapan mata, mereka berdua seolah – olah bingung harus menjawab seperti apa. Karena me