Sepanjang perjalanan Alena tak henti-hentinya menangis, dia begitu sedih karena tidak bisa menemui Rama dan terus menyalahkan dirinya sendri atas kondisi Rama saat ini. Sedangkan saat ini dikantor, Sarah tengah mengkhawatirkan keadaan Alena karena dari pagi dia tidak bisa di hubungi. Bahkan Sarah sudah menelfon rumah Alena, dan kata Bibi Alena sudah berangkat ke kantor dari pagi, tapi hingga siang begini Alena belum juga sampai kantor. Ditengah kepanikannya itu ada seorang karyawan yang mengetuk pintu ruangan Sarah. “Maaf Mbak Sarah, di depan ada Pak Narandra nyari Bu Alena!” Ucap seorang karyawan perempuan yang mengenakan blouse berwarna putih itu. “Iya saya akan temui dulu!” Ucap Sarah. Sarah lalu keluar dari ruangan dan melihat Narandra tengah berdiri di depan ruangan Alena sambil membawa bouqet mawar putih kesukaan Alena. Sarah pun memberitahukan kepada Narandra kalau dia tidak tahu dimana keberadaan Alena karena dari pagi Alena belum sampai kantor dan juga tidak bisa di hubungi
Melihat Alena yang sudah sampai kantor membuat Sarah cukup lega, tapi Sarah merasa aneh karena Alena datang ke kantor dengan wajah lesu dan cukup berantakan. Sarah lalu menghubungi Rio dan meminta Rio untuk bertanya kepada Andreas, apakah tadi Alena pergi ke rumah Rama. Dan setelah beberapa saat menunggu akhirnya Rio meemberi kabar dan mengatakan kepada Sarah kalau memang benar tadi Alena pergi ke rumah Rama dan sempat bertengkar dengan Bu Nawang. Mendengar kabar itu membuat Sarah geleng-geleng kepala, karena Sarah sangat tidak habis fikir dengan Alena yang masih terus mencoba untuk kembali kepada Rama padahal baru saja kemarin bertengkar hebat.Sedangkan saat ini di dalam ruangan Alena, Alena dan Narandra nampak tak banyak bicara karena Narandra juga melihat kondisi Alena yang sepertinya sedang badmood.“Oh ya kamu ada apa kesini?” Tanya Alena sambil menatap wajah Narandra.“Nggak kok aku cuma mau ketemu kamu aja!”“Beneran
“Gue uda sejauh ini Sar, gue nggak akan nyerah gitu aja!” Tegas Narandra dengan penuh keyakinan.Setelah berbincang dengan Sarah, Narandra lalu pergi dan segera kembali ke restorannya untuk mengurus beberapa pekerjaannya. Sarah juga segera kembali dan saat ini dia langusng menuju ke ruangan Alena. Terlihat Alena tengah duduk bersandar di sofa, Sarah langsung masuk dan duduk di sebelah Alena.“Gue tahu kok lo tadi abis dari rumah Rama dan lo malah dilarang ketemu Rama sama Bu Nawang!” Ucap Sarah.Alena lalu duduk tegap dan melihat ke arah Sarah, Alena tidak tahu dari mana Sarah tahu tentang semua itu. Dan Alena seperti menunggu Sarah untuk mengatakan sesuatu.“Gue sih terserah lo aja ya, tapi gue kayak nggak habis fikir aja sih. Kemarin lo marah dan nangis-nangis karena Rama bocorin ke orang tua lo tentang masalah kalian, tapi hari ini lo galau kebangetan karena nggak bisa ketemu Rama. Heran gue mau lo sebenarnya
Setelah cukup lama memandangi foto-fotonya dengan Narandra serta menatap sejuk barisan bunga mawar putih di ujung kamarnya, akhirnya rasa lelah dan kantuk mulai menyelimuti Alena. Alena lalu merebahkan badannya dan menarik rapat selimut hingga menutup tubuhnya sampai leher. Malam ini Alena tertidur dengan perasaan yang begitu nyaman dan bahagia, sangat berbeda dengan perasaannya beberapa hari kemarin. Dan mungkin saja malam ini dia akan tertidur dengan nyenyak.Keesokan harinya Alena bangun dengan wajah cerah dan terlihat sangat cantik, bibirnya pun tak berhenti untuk tersenyum. Alena lalu turun dan segera menghampiri meja makan, Bibi pun merasa sangat aneh melihat Alena yang terus mengukir senyum di pagi ini.“Mbak Alena kayaknya lagi bahagia ya?” Tanya Bibi sambil menuangkan minuman ke gelas Alena.“Hah? Nggak Bi, biasa aja kok!” Ucap Alena sambil melahap roti tawar isi selai coklat itu.Tak lama setelah menyelesaikan makannya, A
“Dan juga kamu harus segera mutusin Narandra!” Tambah Rama.“Nggak bisa semudah itu Ram,bahkan aku sama Narandra sekarang sedang mempersiapkan pernikaahn, nggak mungkin aku tiba-tiba putusin dia tanpa alasan!” Jelas Alena dengan mata yang memerah dan rasa bersalah yang terlihat di raut wajahnya.Rama tak berhenti disitu saja, dia terus memarahi Alena dan terus mendesak Alena agar cepat memutuskan hubungannya dengan Narandra. Tapi berkali-kali juga Alena menjawab kalau dia tidak bisa memutuskannya begitu saja. Rama merasa amarahnya mulai memuncak karena Alena terus saja membantah perintahnya itu. Dan seketika Rama menjatuhkan tamparan keras di wajah Alena hingga Alena terdorong ke punggung sofa. Pukulan Rama itu sangatlah keras, hingga Alena merintih kesakitan dan di ujung bibirnya juga mengeluarkan darah. Ingin rasanya Alena berteriak dan meminta tolong tapi rasa sakit dibibirnya itu menahan nya untuk berucap. Yang ada air matanya lah yang terus
Sepanjang perjalanan pulang Alena terlihat termenung dan sedih, sangat berbeda dengan pagi tadi yang sangat bahagia dan ceria. Narandra pun merasa ada yang di sembunyikan oleh Alena. Tapi Narandra tahu kalau dia menanyakanhal itu kepada Alena, Alena tidak akan berkata jujur. Dan Narandra berniat untuk mencari tahunya sendiri. Sampai di rumah Alena, Narandra mengantarkan Alena sampai ke depan pintu rumah.“Kamu langsung istirahat ya, kalau butuh apa-apa kabarin aku ya!” Ucap Narandra sambil megusap puncak kepala kekasihnya itu.Alena hanya mengangguk sendu dan lalu masuk ke dalam rumah. Alena segera berjalan menuju ke kemar, bahkan saat dia melewati Bibi dan disapa oleh Bibi pun Alena tidak menggubris dan terus melangkah menaiki tangga.“Mbak Alena kenapa lagi, kayaknya baru tadi pagi deh keliatan bahagia, kenapa sekarang kok kayak sedih lagi?” Gumam Bibi penasaran.Sedangkan Narandra langsung melanjutkan perjalanan untuk pergi ke rumah Sarah. Saat ini yang terfikirkan dapat membantu
Pagi ini Alena memilih untuk berangkat ke kantor sendiri dan tidak mau diantar oleh Narandra, luka dipipinya masih cukup terlihat, tapi dia tetap harus segera berangkat ke kantor karena banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan. Saat hendak masuk ke ruangan, Alena berpapasn dengan Sarah, tapi terlihat Alena tidak menyapa Sarah dan Alena berlajan sedikit menunduk untuk menutupi luka yang ada dipipinya. Hal itu malah membuat Sarah semakin curiga dan penasaran dengan apa yang telah terjadi hari kemarin. Sarah lalu berjalan menuju pantry , dan saat dia ada di pantry ternyata ada beberapa karywan yang tengah membuat teh dan kopi. Lalu Sarah masuk ke pantry dan ikut menyeduh secangkir kopi.“Pagi Mbak Sarah!” Sapa tiga orang karyawan perempuan itu.“Pagi…Eh saya mau tanya dong, kalian kemarin ngeliat ada yang aneh nggak sama Bu Alena?”“Aneh? Maksudnya gimana mbak?” Tanya salah seorang karyawan yang mengenakan Blezer dan celana panjang berwarna hitam.“Em..kemarin kalian lihat Bu Alena jat
“ Gue uda tahu semua soal kejadian kemarin Al, lo nggak usah pura-pura lagi!”“Apaan sih Sar, kejadian apa?Lo denger gossip apa dari anak-anak kantor?”“Bukan gossip sih kalau memang ini diwajah lo masih ada bekas lebam kemarin!”Alena dengan buru-buru merapikan rambutnya yang dia gunakan untuk menutup wajah nya yang terlihat lebam.“Kenapa ditutup gitu sih wajahnya?” Sinis Sarah.“Apaan sih lo…!”Sarah lalu berjalan ke arah Alena dan menyibak rambut Alena kebelakang, dan di sana Sarah melihat bahwa mamang benar ada luka lebam di wajah Alena itu. Sarah lalu duduk sambil menutup wjaahnya dengan kedua telapak tangnnya. Dia kali ini tidak tahu lagi harus berbicara apa pada Alena, semua nasehatnya seolah-olah tidak mempan menembus hati Alena. Hati Alena benar-benar sudah buta tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk lagi sekarang.“Gila lo, uda kayak gini