Alena masuk ke rumah dengan menenteng sepatunya menggunakan tangan kanan, wajahnya nampak sangat lesu dan sedih. Dia masih terus merasa bersalah karena menyakiti orang sebaik Narandra tapi dia tidak bisa memaksakan hatinya untuk mencintai Narandra.
“Mbak Alena kenapa?”
Alena hanya menggelengkan kepalanya pelan dan berjalan menuju ke kamar.
====
“Bodoh lo Ndra bodoh, harusnya lo tahu kalau Alena nggak suka sama lo dia cuma anggep lo temen!” Cetus Narandra sambil terus memukul kepalanya.
Narandra tidak menyangka ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan, selama dua tahun mereka dekat ternyata belum bisa membuat Alena jatuh cinta padanya. Narandra kemudian melihat ponselnya dan menatap foto Alena yang ia gunakan sebagai wallpaper diponselnya.
“Gue cinta banget sama lo Alena!” Lirih Narandra.
Kemudian Narandra membenamkan wajahnya dan memeluk erat kedua lututnya, ia bersandar dibalik pintu kamarnya deng
“Apa kabar?” Sapa Rama dengan senyum yang merekah dibibirnya.“Ba…baik, ngapain lo kesini?”“Gue cuma mau main aja kesini, dan ini gue bawain bunga kesukaan lo, masih suka kan?”Rama mengulurkan bouqet mawar putih yang ia genggam sedari tadi, dan dengan ragu-ragu Alena menerima bouqet bunga itu.“Gue nggak disuruh duduk nih?” Sahut Rama.“Oh iya silahkan duduk!”Ramapun duduk disebuah sofa panjang yang ada diruangan Alena, ia menyandarkan punggungnya pada sofa dan menyilangkan kakinya.“Lo mau minum apa?”“Terserah lo aja!”Alena kemudian menelfon Office Boy menggunakan telfon kantor.“Halo, tolong buatkan coklat panas dua ya, bawa ke ruangan saya!”Setelah memesan minuman Alena kemudian duduk disebelah Rama, Alena duduk dengan memberi jarak diantara mereka berdua.“Lo sebenarnya ada apa kesin
Alena dan Rama menyusuri loby bioskop dengan senyum yang mengembang dari wajah mereka.“Gimana suka kan sama filmnya?” Tanya Rama sambil melirik kearah Alena.Alena menganggukan kepalanya pelan.“Kita makan dulu ya sebelum pulang!” Ajak Rama.“Boleh!”Karena merasa perutnya lapar Rama mengajak Alena untuk makan di salah satu resto favorite mereka dulu yang terletak di mall itu juga.“Masih suka kesini?” Tanya Rama saat sampai di depan resto yang mereka tuju.Itu adalah resto sushi favorite mereka saat masih pacaran dulu, dan karena memang Alena juga sangat menyukai makanan jepang itu.“Masih.” Jawab Alena lirih.Setelah duduk dan memesan makanan, Rama mengarahkan matanya kesekeliling ruangan di restoran tersebut, dengan senyum yang mengembang dia kemudian menatap wajah Alena.“Gue kangen banget sama tempat ini!” Celoteh Rama.“Lo
Pagi ini Alena mengadakan meeting dengan tim marketing Alena Cosmetic untuk membahas tentang penjualan produk baru mereka. Meeting kali ini berjalan dengan baik, tapi entah kenapa Sarah merasa kalau hari ini Alena terlihat sangat berbeda, wajahnya sedikit murung dan tidak biasanya dia kalem-kalem seperti ini saat meeting dengan marketing, karena biasanya Alena sangat menggebu-gebu saat berhadapan dengan marketing-marketingnya.“Nih anak kenapa tiba-tiba aneh gini!”Batin Sarah.Kali ini Alena tidak banyak komentar dan tidak seambisius biasanya. Setelah selesai meeting Alena masih duduk terdiam sendiri di ruang meeting sambil terus menatap ponselnya.“Apa Narandra uda maafin gue ya?” Gumam Alena.Tok…tok…tok“Bu Alena!” Pangil seorang karyawan wanita dari balik pintu ruang meeting.“Kenapa?”“Bu ada tamu yang mau ketemu Bu Alena!”“Past
Naranda berjalan ke salah satu meja karyawan Alena Cosmetic dan meletakkan box makanan berisi cheese cake.“Ini ada sedikit makanan, kalian bagi ya!” Ucap Narandra dengan wajah sendu.“Terimakasih Pak!” Ucap beberapa karyawaan bersamaan.“Ndra!” Panggil Sarah.Narandra melihat Sarah yang berlari ke arahnya dengan wajah yang terlihat panik.“Gue tahu maksud lo apaan tadi nahan gue dulu, thanks usahanya. Tapi sekarang gue uda tahu!” Gumam Narandra.Narandra sebenarnya ingin pulang dan mengurungkan niatnya untuk menemui Alena tapi dia teringat kalau mawar putih yang ditangannya masih belum ia berikan pada Alena.“Gue mau ngasih bunga ini dulu!” Ucap Narandra pada Sarah dan berlalu pergi.Narandra masuk lagi ke dalam ruangan Alena, terlihat Alena dan Rama masih diam mematung di tempat yang sama, sepertinya mereka tetap seperti itu dari beberapa menit yang lalu. Melihat Nar
Narandra mengantarkan Alena pulang ke rumahnya setelah menghabiskan waktu dari siang hingga malam berdua. Alena terlihat kembali ceria dan bahagia bersama Narandra, melihat Alena yang bahagia malam ini membuat Narandra ingin menyatakan kembali perasaannya. Alena berjalan masuk ke rumah tapi Narandra masih terus berdiri di depan pintu memandang Alena dari belakang.“Al.” Panggil Narandra lirih.Alena berbalik badan dan melihat Narandra sedang berdiri di depan pintu rumahnya.“Kenapa?” Alena menjawab dan berjalan pelan menghampiri Narandra.“Aku nggak tahu gimana lagi cara ngomongnya sama kamu, tapi aku rasa aku harus terus mencoba buat selalu ngungkapin perasaanku!”Alena terdiam dan menarik nafas panjang, dari intro yang Narandra jelaskan Alena bisa mengerti kalau Narandra akan menyatakan perasaannya lagi. Dan bahkan jika itu terjadi lagi yang ada dalam fikiran Alena hanya perkataan yang sama dengan sebelumnya ya
Setelah membersihkan badannya dan bersiap untuk tidur Alena tiba-tiba teringat dengan ucapan Narandra tentang Rama. Dia mulai mempertanyakan apakah benar yang dikatakan Narandra kalau Rama masih punya perasaan padanya. Jika benar apa yang harus dia lakukan?“Apa Rama masih suka sama gue?” Gumam Alena sambil memandangi langit-langit kamarnya.“Atau gue yang masih belum move on dari Rama?”****Pagi-pagi sekali Narandra sudah datang untuk menjemput Alena. Dan seperti biasa bouqet mawar putih selalu ada dan tak pernah terlupakan.“Eh Mas Narandra, apa kabar Mas?” Sambut Bibi saat membukakan pintu untuk Narandra.“Baik bi, bibi sehat?”“Iya Mas sehat, Mas Narandra kemana aja kok lama nggak kelihatan?”“Ada banyak kerjaan Bi jadi kemarin-kemarin nggak sempet kesini!”“Oalah, sekarang mau jemput Mbak Alena?”“Iya dong bi, masak mau
Sarah segera masuk ke ruangannya dengan tergesa-gesa, 15 menit lalu dia masih duduk berdua dengan Narandra di sebuah café sebelum Alena menghujaninya dengan puluhan kali panggilan. Setelah sampai di ruangannya dia terkejut melihat Alena yang sudah duduk bersandarkan sofa di ruangannya. Sarah kemudian mengatur nafasnya dan merapikan rambut serta pakaiannya.“Dari mana aja sih lo Sar? Pagi-pagi gini uda kabur aja!” Ketus Alena.Sarah kemudain berjalan menghampiri Alena lalu duduk disebelah bos sekaligus sahabatnya itu.“Gue habis beli kopi tadi, di café ujung jalan tuh!”“Biasanya juga minta dibeliin sama OB!”“Yakan pengen beli sendiri biar nggak ngrepotin OB mulu!”“Tapi lo jadi ngrepotin gue Sar!” Rengek Alena tiba-tiba.“Ke…kenapa emangnya?”“Meeting kita sama client nanti siang batal terus mereka minta dikirim aja filenya
“Kok Sarah bisa tahu?” Batin Alena dengan wajah yang tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya.“Kenapa diem? Bingung kenapa gue bisa tahu?”“Maksud lo apaan sih anjir!”“Nggak usah pura-pura gitu deh, gue nggak bisa lo bohongin gitu aja! Gue tahu lo tadi pergi sama Rama kan? Lo makan siang bareng Rama kan?”“Nggak Sar, gue nggak ketemu sama Rama!”“Terus ini siapa?”Sarah menunjukan sebuah foto menggunakan ponselnya dan itu adalah foto Alena dan Rama sedang makan berdua.“Lo dapatin ini semua dari mana?”“Nggak penting, sekarang lo jujur aja deh sama gue, nggak usah lo sembunyi-sembunyi gini sama gue Al, gue cuma nggak mau lo drop lagi kayak dulu itu aja!”Alena menunduk sambil memainkan jari -jari tangannya, setelah beberapa saat terdiam dia kemudian memeluk tubuh Sarah.“Maafin gue Sar, gue uda bohongin lo ta
“Terserah deh alasannya apa ya tapi lo pastiin kalau Rama nggak datang ganggu Alena lagi, dan satu hal lagi jangan sampai cari tahu dimana keberadaan Alena saat ini, karena kalau Rama tahu itu akan membuat keadaan mereka berdua semakin parah!”“Baik saya mengerti!” Ucap Andreas.****Sedangkan itu di rumah sakit, Narandra masih terus menemani Alena dan berdoa agar Alena bisa segera siuman. Narandra tak sedikit pun melepaskan pandangannya dari Alena. Melihat wajah Alena yang penuh lebam membuat hati Narandra sangat teriris dan begitu sakit rasanya.“Harusnya aku bisa ngejaga kamu Al, harusnya kamu nggak ngalamin in semua!” Lirih Narandra.Narandra tak henti-hentinya mengusap rambut Alena dan mencium punggung tangan Alena yang dingin.Lalu tak lama kemudian terdengar ketukan pintu dan masuklah Bibi ke dalam ruang rawat Alena. Bibi terlihat membawa sebuah bingkisan yang berisi makanan.“Bibi ngapain kesini?”“Ini Bibi bawain makanan Mas, buat Mas Narandra ,Mbak Sarah dan Mas Rio!”Bibi l
“Gue minta maaf Sar, gue minta maaf, sekarang biarin gue minta maaf langsung sama Alena, bawa gue ketemu Alena!” Ucap Rama sambil memohon dan memegang kedua tangan Sarah.“Nggak, gue nggak bakal biarin lo ketemu Alena, dan kalau lo masih berani nemuin Alena gue nggak akan segan laporin lo ke polisi!” Ancam Sarah.“Lo kenapa tega banget sih sama gue Sar, gue cuma mau ketemu dan minta maaf sama Alena, Alena pasti sekarang lagi butuh gue, dia pasti nyariin gue sekarang, jadi bawa gue ketemu dia sekarang!” Ucap Rama dengan nada cukup tinggi.“Alena uda nggak butuh lo dan pergi jauh-jauh lo dari kehidupan Alena!” Maki Sarah dengan penuh emosional.Mendengar kegaduhan dari kamar Rama, Andreas yang tadi berada di dapur untuk mengambil makanan, langsung buru-buru saja berlari sambil membawa makanannya ke kamar Rama. Saat masuk ke dalam kamar, Andreas pun terkejut melihat Sarah dan Rio tengah bersitegang dengan Rama. Andreas lalu segera meletakan makanan yang dia bawa ke atas meja yang ada di
Hari sudah beranjak malam tapi Alena masih belum juga sadarkan diri, Narandra, Sarah dan Rio juga tak beranjak dari ruang rawat Alena. Rio lalu keluar sebentar untuk membeli makan, karena dari tadi mereka bertiga belum sempat makan apapun. Sedangkan Narandra masih terus duduk disamping Alena dan tak capek-capeknya mengusap lembut rambut Alena yang halus itu. Setelah beebrapa saat Rio pun datang membawa beberapa makanan, ada 3 box nasi , minuman dan beberapa cemilan untuk mereka nanti malam.“Ndra ayo makan dulu, lo kan juga belum makan dari tadi!” Ajak Rio.“Kalian makan dulu aja!” Ucap Narandra.“Ndra, kita makannya disini kok nggak keluar, jadi lo nggak perlu khawatir, kita bisa sambil jagain Alena, inget lo harus jaga Kesehatan lo juga biar nanti kalau Alena bangun, lo kelihatan fresh!” Nasehat Rio.Mendengar nasehat itu Narandra akhirnya ikut makan bersama Sarah dan Rio.“Kalian kalau mau pulang nggak apa-apa, biar gue aja yang nunggu Alena disini!”“Nggak Ndra, kita malam ini jug
Tak berapa lama Dokter keluar dari ruang IGD dan menemui Sarah beserta Rio. Dokter laki-laki yang berusia sekitar 40 tahunan itu menjelaskan keadaan Alena saat ini. Dokter mengatakan kalau tidak ada luka serius di dalam tubuh Alena, hanya luka luar yang nantinya bisa sembuh. Tapi untuk saat ini memang Alena masih pingsan dan belum sadarkan diri. Dokter lalu mengatakan pada Sarah dan Rio kalau Alena akan dipindah dalam ruang rawat inap. Sarah dan Rio lalu segera mengurus segala urusan administrasi yang diperlukan, dari wajah Sarah masih terlihat kaalu dia sangat khawatir dengan sahabat nya itu. Saat selesai mengurus administrasi tibalah Narandra dengan lari yang tergopoh-gopoh dan menghampiri Sarah beserta Rio.“Sar, Yo gimana keadaan Alena dan dimana dia sekarang?” Tanya Narandra dengan wajah yang sangat khawatir.Sarah dan Rio lalu mengajak Narandra ke ruangan dimana Alena di rawat, dan tanpa basa-basi lagi, Narandra langsung berlari menuju tubuh Alena yang terbaring tak sadarkan di
Bibi segera kembali ke kamar Alena setelah menelfon Sarah menggunakan telfon rumah yang ada di lantai bawah, tapi betapa terkejutnya Bibi saat melihat Alena sudah tak sadarkan diri, Bibi mencoba membangunkan Alena tapi Alena masih belum juga sadar. Bibi pun mencoba mengolesi minyak kayu putih di dekat hidung Alena tapi Alena masih saja tak sadarkan diri. Bibi pun semakin cemas dan panik. Bibi berharap agar Sarah segera datang dan dapat membawa Alena ke rumah sakit.Dan akhirnya tak seberapa lama Sarah pun datang bersama Rio, dari wajah mereka berdua terlihat cemas dan juga panik.“Dimana Alena?” Tanya Sarah pada Bibi saat membukakan pintu rumah.“Mbak Alena pingsan di kamar Mbak!” Ucap Bibi panik.Sarah dan Rio pun semakin panik dibuatnya, Sarah dan Rio lalu segera membawa Alena ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.“Bibi di rumah saja, biar aku sama Rio yang ke Rumah Sakit!” Ucap Sarah.“Iya Mbak!”Rio menyetir mobilnya dengan cukup kencang, sedangkan Sarah duduk d
PLAKKKK…….Pukulan keras mendarat diwajah Alena yang mulus, Rama marah karena permintaanya di tolak oleh Alena, dan dia juga marah karena Alena berbicara dengan nada tinggi kepadanya.“Aku nggak terima penolakan dari kamu ya Al, kamu katanya mau nikah sama aku, tapi kenapa nggak setuju dengan ide kawin lari ini? Sedangkan orang tua kamu saja nggak akan ngasih kita restu, kamu mau mainin perasaan aku lagi?” Maki Rafandra sambil menjambak rambut Alena dengan kencang.“Lepas Ram sakit!” Lirih Alena.Tak menghiraukan permintaan Alena, Rama malah mendorong Alena hingga jatuh tersungkur.“Bilang kalau mau nikah sama aku Al, bilang !” Maki Alena.“Iya Ram tapi aku mau dapat restu orang tua aku!” Lirih Alena sambil terus mengeluarkan air mata.“Persetan sama restu orang tua kamu!” Maki Rama sambil mengayunkan tangannya lagi dan tepat mengenai wajah Alena lagi.Teriakan kesakitan Alena dan makian dari Rama terdengar jelas ke Bibi, Bibi saat ini memang sedang berada di ruang tamu yang tak jauh
Perkataan Bu Nawang tadi cukup membuat Rama terus kepikiran dengan nasib nya dan Alena nantinya, Rama merasa apa yang diakatan oleh mamanya itu memang ada benarnya juga. Bisa jadi hubungan mereka kali ini terhambat lagi oleh restu orang tua Alena yang dianggap kolot oleh Rama itu.Setelah semalaman dibuat pusing dengan pikirannya sendiri, Rama hari ini memutuskan untuk menemui Alena di rumahnya. Rama datang tanpa memberitahukan dulu pada Alena, dan kedatangan Rama ini juga disambut baik oleh Alena meskipun dalam hati Alena dia masih cukup kesal karena perkataan Rama kemarin di ponsel.Mereka berdua lalu asyik menonton film dengan ditemani minuman dan juga beberapa cemilan, saat ini Alena berharap Rama menanyakan keadaannya dan juga perusahaannya tapi sudah hampir satu jam Rama disini, Rama tak sekalipun menanyakan kabarnya.“Oh ya ada yang mau aku bicarain sama kamu Al!” Ucap Rama tiba-tiba.“Ada apa?”“Aku mau kita nikah dalam waku dekat, mungkin bisa sebulan lagi!” Ucap Rama dengan
“Al ini makanan lo!” Ucap Sarah sambil mengulurkan makanan ke arah Alena yang tengah berdiri di depan ruangannya sambil menatap karyawannya yang terlihat bahagia.“Iya Sar makasih!” Jawab Alena sambil menerima makanan yang Sarah berikan.“Lo kenapa? Lo uda tahu siapa yang ngasih ini?” Tanya Sarah sambil mencondongkan badannya ke arah Alena.“Heem!” Jawab Alena singkat.Alena lalu masuk ke dalam ruangannya dan meninggalkan Sarah yang masih berdiri di depan pintu ruangan Alena.“Meskipun lo nggak ngomong dan lo nggak pakai nama resto lo di packaging ini, gue tahu ini dari lo Ndra, karena cuma lo yang perhatian sama Alena dan semua karyawannya!!” Gumam Sarah.Sedangkan di dalam ruangan , Alena duduk di sofa panjang yang biasa dia gunakan untuk menerima tamu, lalu dia membuka makanan yang dia pegang. Lalu Alena mengambil ponselnya yang ada di kantong jas yang dia kenakan.Alena l
Narandra malam ini tengah makan malam bersama Rio dan Sarah di salah satu resto milik Narandra. Narandra ingin memperkanalkan menu barunya pada Sarah dan juga Rio, dan ingin mendengar pendapat dari mereka berdua. Sarah dan Rio terlihat sangat menikmati makanan-makanan yang Narandra hidangkan karena memang makanan-makanan itu sangatlah enak dan pastinya terbuat dari bahan-bahan yang berkualitas tinggi.“Gimana enak nggak? Atau kurang apa gitu?” Tanya Narandra.“Enak banget sumpah Ndra, rasanya pas!” Ucap Sarah.“Iya Ndra ini perfect banget, pasti menu ini bakalan laris !” Puji Rio.“Serius kalian ? Nggak cuma mau nyenengin gue aja kan?”“Ya nggak lah serus ini tuh enak banget!” Puji Raka lagi.Mereka berdua lalu lanjut untuk berbincang, Sarah sama sekali tak membahas tentang Alena karena ingin menjaga perasaan Narandra.“Sar gimana kabar Alena?” Tanya Narandra tiba-tiba.Sarah dan Rio lalu saling bertatapan mata, mereka berdua seolah – olah bingung harus menjawab seperti apa. Karena me