Sarah segera masuk ke ruangannya dengan tergesa-gesa, 15 menit lalu dia masih duduk berdua dengan Narandra di sebuah café sebelum Alena menghujaninya dengan puluhan kali panggilan. Setelah sampai di ruangannya dia terkejut melihat Alena yang sudah duduk bersandarkan sofa di ruangannya. Sarah kemudian mengatur nafasnya dan merapikan rambut serta pakaiannya.
“Dari mana aja sih lo Sar? Pagi-pagi gini uda kabur aja!” Ketus Alena.
Sarah kemudain berjalan menghampiri Alena lalu duduk disebelah bos sekaligus sahabatnya itu.
“Gue habis beli kopi tadi, di café ujung jalan tuh!”
“Biasanya juga minta dibeliin sama OB!”
“Yakan pengen beli sendiri biar nggak ngrepotin OB mulu!”
“Tapi lo jadi ngrepotin gue Sar!” Rengek Alena tiba-tiba.
“Ke…kenapa emangnya?”
“Meeting kita sama client nanti siang batal terus mereka minta dikirim aja filenya
“Kok Sarah bisa tahu?” Batin Alena dengan wajah yang tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya.“Kenapa diem? Bingung kenapa gue bisa tahu?”“Maksud lo apaan sih anjir!”“Nggak usah pura-pura gitu deh, gue nggak bisa lo bohongin gitu aja! Gue tahu lo tadi pergi sama Rama kan? Lo makan siang bareng Rama kan?”“Nggak Sar, gue nggak ketemu sama Rama!”“Terus ini siapa?”Sarah menunjukan sebuah foto menggunakan ponselnya dan itu adalah foto Alena dan Rama sedang makan berdua.“Lo dapatin ini semua dari mana?”“Nggak penting, sekarang lo jujur aja deh sama gue, nggak usah lo sembunyi-sembunyi gini sama gue Al, gue cuma nggak mau lo drop lagi kayak dulu itu aja!”Alena menunduk sambil memainkan jari -jari tangannya, setelah beberapa saat terdiam dia kemudian memeluk tubuh Sarah.“Maafin gue Sar, gue uda bohongin lo ta
Sarah mencoba menghubungi Alena tapi sekalipun telfonnya tidak diangkat oleh Alena. Dia mondar-mandir di ruangannya sambil terus menggigit burger yang ditangannya. Saat sedang berusaha menghubungi Alena, ada seorang karyawan perempuan yang masuk ke ruangan Sarah.“Mbak Sarah maaf saya mau tanya tentang berkas perjanjian kerja sama kita dengan agency influencer apakah sudah ditanda tangani ya sama Bu Alena. Soalnya hari ini berkas nya sudah harus saya kirim ke pihak Agency!”“Tadi saya lihat sih ada di mejanya Bu Alena, sebentar ya saya cek. Kamu ikut saya ya!”Sarah dan karyawan itu pun ke ruangan Alena, Sarah kemudian memeriksa berkas yang berceceran di meja Alena, setelah beberapa saat mencari akhirnya Sarah menemukan berkas yang dia cari dan ternyata berkas tersebut sama sekali belum ada tanda tangan dari Alena.“Berkasnya ternyata belum ditanda tangani sama Bu Alena. Tunggu Bu Alena balik ke kantor dulu ya!”
Hari sudah semakin sore dan Alena belum juga kembali ke kantor, lalu yang lebih parahnya Alena masih belum juga bisa dihubungi sampai sekarang, sedangkan saat ini kantor sangat membutuhkan kedatangan Alena. Dan dengan terpaksa Sarah harus menandatangani berkas yang sekiranya bisa ia backup dan tidak menjadi masalah jika dia yang membubuhkan tanda tangan.“Lo kemana sih Al, kenapa nggak bisa dihubungi sama sekali. Apa lo pergi lagi sama Rama?” Gumam Sarah sambil terus memandangi ponselnya.Lalu Sarah berfikir untuk menghubungi Rama, tapi sesaat sebelum Sarah menekan tombol panggilan, ada telfon masuk dari Narandra.“Halo Ndra kenapa?”“Sar lo dimana sekarang?” Tanya Narandra dengan panik.“Gue masih dikantor, kenapa kok suara lo panik gitu?”“Lo sibuk nggak? Lo bisa ke rumah Alena sekarang?”“Ada apa emangnya Ndra, lo jangan bikin gue panik gini dong!”&ldqu
Rama hanya diam di depan mamanya yang sedari tadi memperlihatkan wajah yang penuh amarah. Rama membawa mamanya langsung pulang ke rumah setelah kejadian siang tadi di restoran.“Rama mau pulang dulu Ma!” Pamit Rama.“Kamu mau pulang apa nemuin perempuan sialan itu?” Ketus Bu Nawang.“Pulang Ma, dan jangan panggil Alena kayak gitu dong Ma!”“Kenapa? Kan emang bener dia itu perempuan sialan yang nggak tahu diri, nggak ada sebutan yang lebih baik buat dia!”“Mama harusnya nggak bersikap kayak tadi, bikin malu Ma!”“Kalau kamu mau Mama nggak bersikap seperti tadi harusnya kamu jangan dekat-dekat lagi sama dia, Mama nggak suka dan Mama bisa lakukin hal yang lebih buruk lagi dari pada tadi kalau kamu sama dia masih deket kayak tadi!”Rama menunduk lesu, dia sangat enggan berdebat dengan Bu Nawang.“Dan siapa juga tadi yang ngelindungi dia, harusnya perempua
Setelah melihat Rama pergi bersama beberapa rekan kerjanya, Narandra pun pergi meninggalkan hotel itu dan bergegas ke rumah Alena. Saat sampai di rumah Alena, Bi Imah menceritakan kepada Narandra kalau dari pagi Alena masih belum mau makan dan terus menangis. Kemudian Narandra meminta izin ke Bi Imah untuk menemui Alena di kamar dengan membawa makanan dan bouqet bunga mawar putih yang sudah ia persiapkan. Bi Imah kemudian mengantar Narandra hingga depan pintu kamar Alena, karena posisi kamar Alena saat itu dikunci dari dalam. Setelah mengantarkan Narandra, Bi Imah kemudian pergi meninggalkan Narandra.Tok…tok…tokNarandra mengetuk pelan pintu kamar Alena.“Alena ini aku Narandra, aku boleh masuk?”Setelah mengucapkan kalimat itu ternyata tidak ada jawaban apapun dari Alena. Narandra kemudian mencoba mengetuk kembali pintu kamar Alena, setelah beberapa menit menunggu diluar akhirnya Alena membuka pintu kamarnya perlahan.
Suasana tiba-tiba mendadak menjadi hening,Rama, Rio dan Sarah hanya menunduk diam. Hati mereka sedang berkecamuk sendiri, mereka seperti kehabisan kata-kata lagi. Terlihat Sarah mengepal tangannya kuat-kuat, mungkin saat ini Sarah sangat ingin marah kepada Rama yang duduk di hadapannya itu, Sarah rasanya sudah melihat bayang-bayang kehancuran Alena dan Rama lagi.“Ram tolong lo jauhin Alena, gue nggak mau dia menderita lagi dan gue nggak mau dia jadi sasaran Tante Nawang lagi Ram, gue nggak tega sama Alena!” Lirih Sarah sambil terus mengepal tangannya.“Gue bakalan jagain Alena Sar, gue nggak akan nyakitin Alena. Dan lo juga harus inget dulu yang nyakitin tuh bukan gue, tapi orang tua Alena sendiri yang nyakitin Alena dan juga nyakitin gue serta keluarga gue. Lo inget itu!” Ucap Rama dengan wajah penuh keyakinan yang membuat bulu kuduk Sarah merinding.****Tiga hari telah berlalu dari kejadian malang ha
Narandra mengendarai mobilnya dengan cepat, dia berusaha secepat mungkin untuk sampai di rumah Alena, dia begitu khawatir dengan keadaan Alena karena hingga sekarang Alena masih belum bisa dihubungi. Sesampainya di rumah Alena, Narandra kemudian mengetuk keras pintu utama rumah Alena. Tak berselang lama pintu itu terbuka.“Mas Narandra, ada apa?” Tanya Bi Imah lembut.“Bi, Alena sudah pulang?”“Belum mas!”“Belum pulang juga? Dia nggak ngasih tahu Bibi kalau dia mau pergi kemana dulu gitu sebelum pulang?”“Nggak ada mas!”“Oh ya uda Bi makasih, saya pulang dulu!”“Mas Narandra nggak mau nunggu Mbak Alena disini saja?”“Nggak Bi, saya mau cari Alena saja!”Narandra kemudian masuk ke dalam mobilnya dan lalu menarik nafas panjang sambil mencengkeram erat setir mobilnya.“Rama!”****
Setelah pulang dari tempat makan, malam ini Rama dan Alena memutuskan untuk ke rumah Bu Nawang, mereka ingin mengatakan kepada Bu Nawang kalau mereka sekarang ini masih menyimpan perasaan saling sayang satu sama lain. Sepanjang perjalanan mereka saling bercengkerama mesra, Alena menyandarkan kepalanya di pundak Rama sambil memegang erat tangan kiri Rama. Rama juga sesekali mengecup mesra puncak kepala Alena. Setelah sampai di rumah Bu Nawang mereka langsung menuju ke ruang keluarga, disana terlihat Bu Nawang dan Pak Robi yang tak lain adalah Ayah dari Rama sedang asyik menyaksikan acara di televisi.“Pa,Ma!” Panggil Rama sambil menggandeng erat tangan Alena.Bu Nawang dan Pak Robi pastinya sangat terkejut melihat kehadiran Rama bersama Alena ,mereka berdiri dari duduknya dengan wajah memerah dan bersiap untuk memaki Rama dan Alena.“Apa maksud kamu bawa perempuan sialan ini ke rumah ini Ram?” Tanya Bu Nawang tanpa basa-basi.&ldquo